Kamis, 25 Desember 2008

Selamat Hari Ibu....

Mama....
Memang tidak ada surga di telapak kakimu, tapi engkaulah surga untukku. Mama, dari aku lahir sampai detik ini berlalu aku belum bisa membahagiakanmu, aku juga belum sanggup membrikan yang terbaik untukmu. Do'aku, semoga ketulusan, kasih sayang dan kesabaranmu merawatku mendapatkan balasan surga kelak. amin.

Mama...
Engkau memang bukan ibu yang sempurna, tapi engkau adalah ibu yang terbaik untukku. Selamat Hari Ibu, mama....

Sabtu, 06 Desember 2008

Ah Cinta....

Beberapa hari belakangan ini teman - temanku selalu curhat tentang kehidupan cinta mereka. Banyak banget cerita lucu yang aku denger, belum lagi di tambah dengan hal - hal yang kadang menurut aku sendiri ga masuk akal. Salah satu teman aku cerita tentang kekasihnya, yang dari awal mereka deket sampai sekarang belum juga berani untuk "menampakkan" batang hidungnya ke rumah. Ya bisa di bilang mereka back street lah... Sebenernya seh mereka serius, tapi ntah kenapa tapi mereka selalu aja memperdebatkan tentang hal yang kadang "aneh" terdengar di telingaku. Dari mulai komunikasi yang kurang, jarang ketemuan, sampai puncaknya "ketakutan" cowoknya untuk datang ke rumah.
Aku seh udah ngasih masukkan sesuai dengan yang aku tau, tapi ya selebihnya aku serahkan sama mereka, toh aku sebagai teman cuma bisa memberi masukkan, ya kan??!!
Ah Cinta...
"Kamu" memang misterius. Membuat orang yang merasakannya menjadi "Gila". Saat kamu menorehkan rasa maniez, maka kami akan tertawa senang dalam kehidupan kami, tapi saat kamu menorehkan rasa sakit, maka kami akan menangis dalam kepedihan.

Boss oh Boss....

Bencana krisis global ternyata berdampak juga sama kantor tempatku bekerja. Mata uang Yen (Jepang) meningkat sangat tajam, membuat kantorku kalang kabut, secara hampir semua transaksi jual beli menggunakan mata uang Yen.
Bisa di pastikan Bossku selalu marah - marah...
Apa aja yang lewat ke kupingnya, baik kabar baik ataupun kabar buruk, selalu membuatnya naik darah.
Mau tahu ga, sekarang aja sekertarisnya sering banget kena "sasaran tembak" kemarahannya. Hampir tiap hari marah, no day with out marah.
oh Tuhan, kapan enggkau memberikan aku pekerjaan yang lebih baik lagi, aku sudah jenuh Tuhan dengan semua "penyiksaan" ini. Bantu hambaMu ya Allah... amin

Sabtu, 04 Oktober 2008

Back Home....!!!!

Tahun ini adalah Lebaran ke-2 untuk Pasya....
Alhamdulillah kita sekeluarga di beri kesempatan untuk melewatinya bersama - sama dengan keluarga yang ada di Purwokerto. Tanggal 26 malam kami berangkat dari Tangerang, rumah mama. Setelah pamit sana sini, kami pun berangkat dengan membawa sejuta cerita yang ingin kami bagi dengan keluarga di sana.
Alhamdullilah, walaupun lama di perjalanan, tapi Pasya sama sekali ga rewel. Dia bahkan tidur sepanjang perjalanan, mungkin karena udara di mobil yang dingin, makanya dia betah. 18 jam di perjalanan, sampai juga kami di Purwokerto, tempat Mbahnya Pasya. Pasya langsung jadi pusat perhatian, semua sanak saudara berkumpul, hanya untuk melihat dia (halah kaya selebritis ya anakku itu...).
Awalnya kami akan ke Magetan juga, tapi karena selama 18jam Pasya dalam perjalanan, kayanya dia kecapean gitu. Badannya sempet anget, aku ikhawatir kalo dia jadi panas tinggi. Maka kami putuskan, stay di Purwokerto.
Lebaran meriah...

Takbir bersahutan dimana - mana.....

Anakku sudah dandan cantk dengan baju pink-nya, siap pergi sungkeman dengan para saudara. Tapi kok...tiba-tiba aja dia rewel, oh..ternyata dia ngantuk. Wah, bajunya baru, cantik, tapi cuma bisa menghias mimpinya. Tak apalah dia tidur dulu, daripada nanti tambah rewel.
Akhirnya tiba saat muter ke sanak saudara, membawa sebingkai keikhlasan untuk saling memaafkan.
Saat kembali ke Tangerang, kami sengaja memilih hari Jum'at, khawatir macet, nanti Pasya terlalu lama di mobil, anget lagi badannya. Alhamdullilah perjalanan pulang sama sekali ga macet.

eN.....

Tiba saat bermales-malesan di rumah.....Menghabiskan waktu libur yang masih ada 2hari lagi!!!
tak lupa kami ucapkan "Mohon Maaf Lahir Batin y..."

Rabu, 24 September 2008

Radang tenggorokan...

2 hari yang lalu Pasya rewel, badannya anget dan dari hidungnya selalu keluar cairan "ingus". Malam juga tidurnya ga pernah tenang, sebentar bangun, nangis ga jelas mau nya apa...Tapi melihat badannya yang panas, aku ga tega untuk tidak memeluknya. Walau dalam rasa kantuk yang sangat, tapi aku tetap memelukknya....Merengkuhnya dengan kasih sayang, berharap dia segera kembali tidur.
Akhirnya aku memutuskan membawanya ke Dokter Spesialis anak di Honoris. Dokter yang "memegang"nya saat dia di rawat dulu. Lucu memang, baru beberapa detik pulang dari RS, wajahnya sudah kembali ceria, ga hanya senyum yang menghias wajahnya, tapi tingkah polahnya sudah kembali seperti semula...

Ah Pasya...

Lebih baik Bunda dan Ayah kewalahan melihat tingkah polah lucumu, dari pada kami harus melihatmu tergeletak lemah menahan sakit seperti kemarin.

Minggu, 21 September 2008

Mudik...

Tahun ini adalah mudik pertama Pasya. Tepat banget dengan usianya yang tahun ini menginjak 1 tahun. Antusias pastinya, di tambah lagi dengan "khayalan" maniez di kampung nanti. Pasya memang cucu pertama dari keluarga suami, jadi bisa di pastikan akan mendapat sambutan yang luar biasa di Lebaran nanti. Belum lagi Ulang tahunnya nanti akan di rayakan di sana. Udah kebayang kehebohan yang akan terjadi.

Persiapanku sebagai Bundanya tak hanya "repot" mempersiapkan bekal pakaian, susu dan makannya saja. Tapi aku juga mempersiapkan stamina Pasya yang nantinya pasti akan terkuras di perjalanan. Bayangkan saja, dari Tmudikangerang ke Purwokerto jaraknya 20 jam. Wah...aku cukup khawatir dengan kesehatannya.

Memang, Pasya termasuk anak yang lincah. Tapi kalo di perjalanan sebegitu lamanya, aku rasa dia juga akan kecapaian dan tidak menutup kemungkinan dia jadi rewel. Ah semoga saja tidak.

Sekarang aja Pasya flu, dari hidungnya keluar terus cairan. Membuat aku sedih...Dia jadi rewel, mungkin karena badannya juga lagi ga fit. Secepatnya aku minumkan obat, aku takut kalo berkelanjutan, kan 1 minggu lagi sudah saatnya mudik.

Minggu, 24 Agustus 2008

Mo di siksa kok senenk???!!!

Minggu yang lalu, kita sekeluarga tamasya ke dufan (dunia Fantasi, Ancol). Ga banyak yang bisa kami lakukan di sana, maklum aja, Pasya masih sangat kecil untuk bisa menikmati kehebohan di sana, sedangkan kami, orang tuanya, sibuk juga "menenangkan" Pasya yang kadang - kadang panik karena Dufan yang begitu ramai.
Di sana, kami hanya menikmati wahana istana boneka, karena hanya itu wahanya yang tidak antri dan bisa kami naiki bersama. Didalamnya, Pasya juga belum bisa duduk manis untuk menikmati suasana, karena di dalam keadaan begitu gelap, dan musik yang ada keras banget, alhasil Pasya aga rewel.
Setelah berhasil menuntaskan permainan di wahana Istana Boneka, Ayahnya Pasya merasa tertantang untuk mencoba wahana Tornado. Wahana yang paling banyak "nongol" di iklan Dufan. Dengan senyum keberaniannya Ayahnya "mejeng" nunggu antrian di tornado, maklumlah walaupun termasuk salah satu wahana yang menakutkan, tapi tetep aja banyak peminatnya. Dan akhirnya gilirannya pun tiba. Dengan penuh antusias dia memilih tempat duduk di tengah, mungkin biar lebih jelas keliatan dari bawah, karena kami menonton di bawah.
Hu.......Ha...Hi........
Suasana gaduh begitu penjaga mulai memainkan tornado. Teriakan penuh keteganganpun dimulai. Seru banget rasanya melihat kehebohan itu dari bawah. Sambil aku membayangkan, bagaimana ya rasanya duduk di kursi "siksaan" itu.hehehehe..
Setelah selesai permainan itu, Ayahnya Pasya pun turun menemui kami. Wajahnya tak berubah sama sekali, tetap sumringah. Lalu dia bilang "huh...heboh de, seneng plus puyeng karena kepalanya di kebawahin terus"
Kami lalu meneruskan perjalanan, mengitari Dufan, melihat kehebohan pengunjung lainnya.Kami lalu berfikir, kok aneh ya, mo di "siksa" tapi antusias banget, sampai rela antri kepanasan segala lagi....Wah - wah emang salut deh buat pengunjung Dufan.







Kamis, 24 Juli 2008

Apa Kebahagiaan Terbesarmu???

Aku pernah bertanya pada Ayahnya Pasya, Apa kebahagiaan terbesar dalam hidupnya....Ternyata tak perlu waktu lama untuk dia menjawabnya. "Istri dan Anak Ayah adalah kebahagiaan terbesar buat Ayah, karena dengan adanya mereka Ayah semakin dekat dengan Allah."
Aku terkesima dengan jawaban itu, jawaban yang singkat, jelas dan tanpa rekayasa. Banyak dari teman2 yang aku tanyakan hal yang sama, tapi jauh dari jawaban itu. Meraka lebih suka mengukur kebahagiaan dari hal yang "kasat mata" saja. Tapi jawaban suamiku membuat aku kembali berfikir, sebenarnya apa sih yang membuat aku bahagia???
Sudah 4hari ini Ayah Pasya keluar kota, ke Kalimantan. Kali ini aku merasa ini adalah perjalanannya yang paling membuat aku begitu khawatir dan terbelenggu kerinduan, bagaimana tidak, selama disana hanya beberapa kali saja kita bisa saling berkomunikasi, karena terbatasnya signal, padahal aku sangat mengkhawatirkannya.
Rasanya do'a tak putus2 aku panjatkan untuk keselamatannya. Aku tak meminta banyak dalam do'a ku, aku hanya meminta keselamatan untuk suami dan anakku.
Dan pagi ini, aku mendapat kejutan manis dari Pasya cantikku. Di usianya yang hampir 10Bln (3hari lagi), dia memberikan aku kejutan manis dengan bertepuk tangan sambil bersenandung. Rupanya lagu "Pok Ami2" yang sering aku, Ayahnya dan Eyangnya lantunkan termemori di pikirannya, dan hari ini dia bisa bersenandung lengkap dengan gerakannya.
Ah...
Ternyata benar. Berapa banyakpun harta yang kita punya tak akan lengkap tanpa pasangan hidup yang setia dan anak yang sehat dan normal. Suamiku memang benar. Dengan adanya pasangan hidup dan anak, kita jadi semakin dekat dengan Allah. Kita jadi semakin pasrah, legowo, dan sabar.
Terima kasih ya Allah, karena segala kebaikanmu. Walaupun aku telah berbuat banyak kesalahan, namun kasihmu masih berlimpah kepadaku. Jaga selalu Suami dan anak2ku ya Allah, jadikan mereka Suami dan Anak2ku tak hanya di dunia, tapi juga di akhirat kelak. amin



Kamis, 26 Juni 2008

Siapa sih Anda???!!!


Pertanyaan itu selalu muncul dalam benakku saat aku bersitegang dengan si Boss. Bukannya aku ga menghargai dia sebagai atasan, tapi perilaku dia yang tidak "manusiawi" terhadap kami karyawannya membuat aku marah. Tak jarang dia marah-marah tanpa sebab, belum lagi dengan kata-katanya yang lebih mirip "orang tak berpendidikan" dari pada seorang intelek.


Siapa sih Anda Pak???


Jika Anda pikir Anda adalah Tuhan hanya karena kami "menumpang" makan dari tangan Anda, Anda salah besar. Kami memang "mengabdi" pada Anda pak, tapi itu tak lebih sebatas karyawan, bukan sebagai "budak". Kami juga manusia, kami mengerti bahasa yang Bapak katakan, bahkan bukannya tidak mungkin kalo kami jauh lebih intelek di bandingkan Bapak.

Kami mungkin sering membuat kesalahan, tapi apakah Bapak juga tidak??!! Kita semua sama Pak, tak ada beda, hanya "garis tangan Tuhan" yang membuat kami sekarang menunduk di depan Bapak, tak lebih. Bukan menunduk tanda kami takut, tapi karena kami masih menghargai Bapak.

Tolonglah kita bisa berfikir secara dewasa, kembalikan semuanya ke dalam hati nurani kita. Apa kita ini satu Visi??!! Visi memajukan perusahaan untuk kepentingan kita bersama, bukan untuk keegoisan dan kearoganan kita??!!Mari kita dewasa, dan memposisikan diri kita sebagai "manusia" agar kita bisa melihat orang lain juga sebagai manusia, bukan binatang.

Minggu, 25 Mei 2008

Pasyaku...

Saat tidur tadi malam aku terbangun karena mendengar Pasya yang merengek dalam tidurnya. Aku langsung meraihnya, dan memberikan susu untuk mendiamkannya. Tapi dia tak juga tenang, malah semakin merengek, seolah susu yang aku berikan bukanlah yang dia mau. Aku memeluknya, mengelus lembut kepalanya..Aku bisikkan di telinganya lembut "Pasya mau apa de...??!!" Tapi dia tetap saja merengek. Aku tengok jam diding kamarku, jam masih menunjukkan pukul 2 malam. Aku pasrah, aku ga tau mesti gimana lagi. Dalam rasa kantuk, aku coba memeluknya dan memegang seluruh badannya, memastikannya apa dia kesakitan...

Tak lama, aku temukan penyebabnya. Dia pup....Ya, beberapa hari belakangan ini dia memang suka sekali pup malam-malam seperti ini, padahal sebelumnya tidak. Aku intip pampersnya dan aku lega, karena pup nya biasa, tidak mencret. Aku angkat tubuh mungilnya ke kamar mandi, matanya yang masih mengantuk menatapku dengan penuh arti, seolah dia juga ga mau bangun malam - malam seperti ini, dia juga masih ngantuk. Aku membersihkan bekas pup-nya, dan menggantikan pampersnya. Lalu dia tidur lagi dengan lelap. Aku pandangi wajahnya yang mungil, aku ciumi dengan penuh kelembutan. Rasanya sudah lama banget aku ga bangun malam - malam gini, semenjak Pasya beranjak "gede". Aku kPasya_on_majalahangen juga saat seperti ini...

Rasanya dia tumbuh cepat sekali. Sekarang sudah bisa merangkak, ga terasa ya...Selasa besok usianya sudah 8 bulan, itu tandanya sudah 8 bulan juga dia berada di antara aku dan Ayahnya. Buah cinta kami itu semakin pintar saja, semakin ekspresif dan banyak maunya. Dia sudah bisa bilang "mamam.." ah lucunya, belum lagi teriakkannya yang keras, yang kadang membuat om-om nya marah, karena terganggu.

Pasyaku juga sudah bisa duduk, walaupun masih perlu bantuan. Ya, ga terasa waktu berlalu dengan begitu cepatnya, seolah "memakan" semua hal yang melewatinya. Aku bahagia dengan perkembangannya, badannya memang mungil, bahkan kata beberapa orang dia tergolong kurus di banding teman - teman seumurannya, tapi untuk gerakkannya...Jangan di tanya deh, beberapa orang yang pernah menggendongnya, mengaku kewalahan dengan tingkahnya yang akif banget. Pasyaku juga tergolong anak yang gampang banget, ga rewel, di ajak sapa aja mau, trus untuk urusan makan juga dia gampang banget. Bangga banget punya bidadari seperti dia.

Pasyaku...

Semoga kau menjadi anak yang sehat, akt if dan cerdas. Lengkapi kebahagiaan Bunda dan Ayah dengan menjadi anak kebanggaan keluarga, ya nak....Do'a kami selalu untukmu.

Sabtu, 10 Mei 2008

Seharusnya Kita Malu...

Berapa banyak dari kita yang kala sibuk dengan pekerjaan lalu melalaikan tugas kita yang lain, yang justru jauh lebih penting. Saya terkesima saat saya pulang kerja dan mampir ke tukang jual makanan kecil. Adzan magrib memang telah bergema, membahana memanggil kita semua manusia yang beragama Isalam. Perut lapar saya membuat saya membelokkan kaki terlebih dahulu, "toh baru azdan", begitu pikir saya. Tapi saat saya telah memasuki tukang makanan yang saya tuju, saya di kagetkan dengan ketidak hadirannya si penjual makanan..."kemana dia??!!" pikir saya.

Tukang makanan lain di belakang saya langsung melayani saya dengan sigap. "Maaf Bu, tukangnya sedang shalat..Mau beli apa??" Ups... Saya lalu menunjuk makanan yang saya inginkan, lalu membayarnya dengan segera, dan bergegas meninggalkan warung itu, sambil mata saya sigap mencari masjid terdekat.

Dalam sujud panjang saya, saya kembali termangu dengan1457 kejadian tadi. Bagaimana tidak, saat kita sibuk dengan pekerjaan kita masing - masing, di luar sana ada orang yang justru rela meninggalkan pembelinya untuk menunaikan kewajibannya terlebih dahulu. Saya jadi ingat, bukankah rezeki kita sudah ada yang mengaturnya, lalu mengapa kita takut dan seolah mengejarnya tanpa kenal waktu...Alangkah kerdil jiwa kita, seharian kita bergelut dalam rutinitas duniawi, kita lupa dengan sang pemberi rezeki kita. Ah, sudah seherusnya kita malu bukan??!!

Sabtu, 03 Mei 2008

Emang Enak Ga di Percaya!!!!

Kepercayaan emang mahal harganya. Bukannya ga mungkin semua yang kita miliki bisa hilang dalam sekejap hanya karena kita di hianati oleh orang yang kita percaya. Apalagi kalo kepercayaan itu hilang dari sebuah hubungan tentu akan fatal sekali akibatnya.

Dalam pekerjaan saBurglar_bigya yang sekarang, saya sama sekali tak menemukan itu. Antara Boss dan anak buah tak pernah ada rasa saling percaya. Boss saya bahkan "mengunci" semua akses komputer sehingga saat kami butuh data, kami harus lebih dulu konfirm ke dia. Wah...apa jadinya saat kami butuh data, tapi dia sedang tidak di kantor, pastilah kami yang kena marah karena laporan yang kami kerjakan belum selesai, padahal dia sendiri yang mempersulit keadaan. Serba repot kan??!!

Rasanya sejak saya mulai menginjakkan kaki saya di kantor itu, selalu saja banyak kehebohan setiap harinya. Ga soal data yang ga lengkap, barang yang ga jelas letaknya, sampai semua hal lain yang selalu aja bikin kehebohan. Dan ujung-ujungnya selalu kami sebagai karyawan yang di salahkan. Nah, akhirnya...Blog saya 1 bulan ini penuh dengan cerita tentang Boss saya dan "keanehan-keanehannya". Bosen juga seh sebenarnya ngisi Blog dengan hal - hal yang itu-itu aja. Lagi - lagi soal Boss saya yang "aneh", kerjaan yang tiada henti, sampai pulang malam hanya untuk sebuah kerjaan yang sebenarnya masih bisa di selesaikan besok.

Boss...

Coba deh di pikirkan lagi apa yang pernah Boss lakukan sama kami sebagai anak buah. Kalo saja Boss pernah menjadi anak buah, tak mungkin Boss berlaku seperti itu. Kami manusia juga Boss, bisa bikin salah tapi juga bisa berjasa. Kami karyawan tak selamanya bisa salah dan jadi karyawan. Kami juga sangat mungkin menjadi Boss, tapi kami sangat tidak mungkin untuk menjadi seperti Boss, karena kami jauh lebih punya hati nurani.

Jeritan Hati Seorang Suami

Di kantor, saya sering bertukar cerita tentang keluarga dengan teman saya yang kebetulan juga sudah berkeluarga. Suatu hari dia curhat tentang kecemasan hatinya. Anaknya yang sekarang berusia 3 tahun (yang pertama) dan 7 bulan (yang kedua), belum di Aqiqah. Bukan karena dia tak ingin melakukannya, tapi karna keadaan keuangan lah yang menundanya. Dia juga bercerita tentang kesedihan hatinya karna belum bisa membahagiakan istrinya. Dengan gajinya yang tidak seberapa itu, dia masih harus menyisihkannya untuk sanak saudara dan mertuanya. Jangankan untuk memberikan sesuatu yang special untuk istrinya, untuk memberikan gajinya utuh saja kadang bisa kadang juga tidak.

Miris memang mendengarnya, apalagi dia sering banget bilang gini "Aku kasihan liat Istriku, tiap hari berkutat ngurusin anak- anak, ga bisa istirahat, tapi aku belum bisa ngasih apa-apa yang bisa ngebahagiain dia." Uh..sedih banget kan dengernya...

Saya ingin tau apakah jeritan hati itu juga di miliki banyrom-mainiloveyouak suami lain, termasuk suami saya. Saya memang tak pernah menanyakannya pada suami. Tapi saya bahagia kok dengan keadaan kami sekarang, terlepas dari segala kekurangan yang memang masih kami miliki, kapan seh manusia merasa sempurna dan cukup, ya kan??!! Saya dan suami "tak pernah" lagi memikirkan tentang diri kami lagi, kami lebih berfikir tentang buah hati kami, Pasya. Bagaimana kami membahagiakan Pasya, bagaimana kami memberikan yang terbaik untuknya.

Ah ternyata tak mudah ya menjalani hidup ini. Masih banyak orang yang memperdulikan tentang perasaan pasangannya, walapun dia sibuk berkutat dengan pekerjaan dan rutinitas yang melelahkan. Saya berharap semua kesulitan yang membelit bisa segera berakhir, agar para suami di luar sana bisa membahagiakan istri mereka, walaupun ukuran kebahagiaan tak hanya lewat materi semata.

Kamis, 01 Mei 2008

Manusia Butuh Penghargaan

Apa jadinya kalo kita hidup di dunia ini tanpa penghargaan dari manusia lain. Tentu jadinya kita saling melukai dan menyakiti. Itulah yang tidak saya dapatkan dalam pekerjaan saya yang baru sekarang. Saya dan karyawan lain yang ada di kantor itu tak pernah merasa di hargai, tak sedikitpun. Apapun yang kami lakukan selalu saja salah. Tapi tak banyak yang bisa kami lakukan, kami hanya bisa "nrimo" dengan keadaan yang ada.

Saya pernah mencboss_cartoonoba berontak dengan keadaan yang ada. Saya ga ingin hidup dalam penderitaan yang double. Penderitaan batin karena selalu di marahi, di salahkan, dan di pojokkan. Juga penderitaan lahir yang setiap hari ada saja "kerja rodi" yang kami lakukan. Hanya pertama saja saya sudah pulang malam, hanya karena mengedit 1 laporan yang sebenarnya bisa di kerjakan keesokan harinya. Dan hal itu terjadi terus sampai detik ini. Jangan di kira saya tak ingin menyudahi semuanya dengan "cabut" dari keadaan ini, tapi saya mencoba bertahan dengan lebih berfikir bahwa, "masa saya kalah dengan keadaan yang ada". Toh dia juga manusia...Ya kan??!!

Tapi di balik semua penderitaan yang kami rasakan ada "hikmah" tersembunyi yang kami temukan, kami menjadi saling dukung, saling bantu dan saling menguatkan satu dengan yang lain. Kami berusaha untuk tidak menjatuhkan dan menghakimi. Tapi kami juga saling berjanji bahwa apa yang kami lakukan sekarang bukanlah sebuah kepasrahan, tapi sebuah kekuatan yang tertunda. Suatu saat kami akan "menggugat" segala yang telah menjadi sakit hatri kami...jadi tunggu aja saatnya tiba!!!!

Minggu, 27 April 2008

Perang Urat Syaraf

Ada beberapa persamaan yang aku temukan antara menghPasya_senyumadapi Boss ku yang baru dengan menyuapi Pasya. Aku memang karyawan baru di kantor itu, tapi rasanya tak pernah 1 hari saja aku tak di tegur oleh Boss ku, entah karena hal yang menyangkut pekerjaan sampai hal lain yang hanya sekedar basa - basi. Begitu juga dengan menyuapi Pasya, kalo ga menghadapinya yang ngambek, ga mau buka mulut, nangis, sampai muntah. Selalu aja ada kejutan saat mengahadapi Boss ku juga saat menyuapi Pasya.

"Perabossng Urat Syaraf" itu lama - lama membuatku terbiasa "naik darah" bahkan tak jarang menjadi migran. Boss ku juga punya kebiasaan yang "aneh". Gimana nggak coba, kalo bicara sama dia, ga jauh beda dengan bicara sama Pasya, semuanya harus jelas dan detail. Ga boleh kita menunjuk sesuatu hanya dari jauh. Harus lengkap di hadapkan ke "hidung" nya. Ga jauh beda kan seperti kita menghadapi anak - anak kita. Wajarlah kalo anak - anak, mereka memang masih butuh banyak pengertian dalam setiap hal nya. Tapi kalo udah Bapak - bapak kaya Boss ku, rasanya kok keterlaluan banget ya...

Ya itulah romantikanya antara kerja versus punya anak. Sama - sama ribet dan penuh "Perang Urat Syaraf". Tapi aku berusaha menikmatinya, toh anak adalah anugrah terindah yang pernah Allah kasih kan, dan kerjaan adalah kesibukan baru yang aku pilih, pastinya akan ada konsekwensinya kan....

Sabtu, 12 April 2008

Back 2 Work......

Mulai 7 April kemaren aku mulai aktif lagi beraktifitas di luar rumah. Pasya aku titipkan di tempat Eyangnya. Tentu saja hal itu aku lakukan dengan seijin Ayahnya Pasya. Kali ini aku ga seambisius sebelumnya, aku ga lagi "nafsu" dengan hal - hal yang dulu menjadi prioritas untukku. Aku mencoba rileks manjalani semuanya.

Kerjaanku sekarangpun sebenarnya menjadi perdebatan tersendiri dengan Ayahnya Pasya. Bagaimana tidak, baru hari pertama aja aku da pulang telat ke rumah. Apalagi kalo bukan karena kerjaan yang memang harus segera di selesaikan. Ayahnya Pasya memberikan banyak sekali pertimbangan ke depannya kalo aku harus selalu pulang malam seperti sekarang. Ya, semuanya menyangkut tanggung jawabku sebagai seorang Ibu. Aku ga lagi bebas seperti saat aku masih single. Sekarang aku harus memikirkan perasaan Pasya dan juga masalah - masalah lainnya. Aku juga ga mau Pasya jadi lebih dekat dengan Eyangnya di banding dengan aku, Ibunya.

Aku ga menjanjikan banyak hal pada Ayahnya Pasya. Aku hanya bilang " Kita liat saja nanti ke depannya Yang, kalo pun memang kondisinya ga berubah ya kenapa juga harus di paksakan....." Sekarang aku mencoba melihat "dunia" dari sisi yang lain. Dari kacamata Ibu yang "jauh" dari anaknya. Bagaimana aku menikmati setiap detik kerinduanku sama Pasya. Rasa ingin segera pulang ke rumah saat jam sudah menunjukkan pukul 5.30 sore. Rasanya kemacetan lalu lintas membuatku semakin tak sabar untuk melihat senyumnya yang lucu.

Memang aku merasakan ada perubahan dalam diri Pasya. Dia jadi sedikit manja, aku ga menyalahkannya. Mungkin itu ungkapan kerinduannya karena selama 1 minggu ini dia tidak lagi bisa bermanja denganku setiap siang seperti hari sebelumnya, padahal dari lahir dia tak pernah jauh dari aku.

Aku berharap semuanya berjalan baik - baik saja. Pasya bisa tetep sehat selama aku tinggal, dan kerjaanku juga bisa berjalan dengan baik. Ya semoga saja...

Sabtu, 29 Maret 2008

Hidup itu Pilihan....

Sejak kita bangun pagi sampai kita tidur lagi, kita selalu di hadapkan dengan banyak pilihan. Apa yang akan kita lakukan hari ini, apakah kita akan membuat sebuah prestasi atau kita akan melakukan sebuah kesalahan... Saat saya melihat Pasya bangun setiap paginya, saya selalu di hadapkan pada pilihan - pilihan yang sangat berbeda setiap harinya. Apa yang akan saya lakukan dengan Pasya hari ini, apakah kami akan menghabiskan waktu dengan jalan - jalan seharian, ataukah hanya bermain di kasur dengan boneka dan mainan lainnya yang dia punya. Apakah kami akan belajar membaca, memahami huruf demi huruf (walaupun Pasya memang belum bisa membaca), atau kami hanya akan menonton TV yang kebanyakan isi acaranya tidak di mengerti dan bahkan tidak baik untuk Pasya. Ya itulah keseharian ku, selalu mencoba aktif dan kreatif mencari hal - hal baru untuk membangun daya kreatifitas Pasya.

Tadi pagi aku dan Ayahnya memilih untuk mengisi hari ini dengan memperbanyak ilmu kami tentang mengasuh Pasya dan calon adik - adiknya kelak. Kami sadar, sebagai orang tua, kami tidak punya tempat belajar layaknya kami sebagai anak. Kami tidak lagi bisa sembrono dengan apapun yang kami lakukan dan kami katakan, karna hal itu akan menjadi bias untuk Pasya nantinya. Kadang kami berfikir, hadirnya Pasya dalam hidup kami tak lain adalah karena kebaikan Allah, bagaimana tidak kami yang baru 4 bulan menikah sudah mendapat "kado" yang demikian istimewa dari Allah, yaitu Anak. Padahal kami sendiripun masih "belajar" memahami satu sama lain. Karena itu kami berusaha untuk tidak menyianyiakannya apalagi menelantarkannya.

Kami lalu mencoba menilai segala hal yang telah kami berikan pada Pasya, sejak dia lahir sampai detik ini, dari hal yang berbau materi sampai pendidikan moral. Sudah sempurnakah kami sebagai orang tua??!! Aku rasa belum, masih banyak kekurangan kami di segala hal. Kami masih tidak tau apa yang harus kami lakukan saat Pasya sakit, kami juga heboh saat Pasya menangis tak kunjung henti. Belum lagi saat Pasya mulai tumbuh, kami semakin bingung untuk memberinya "makanan" untuk perkembangan jiwanya.

Hidup memang pilihan...

Saat Allah memberi kami Pasya dalam hidup kami, kami di minta untuk memilih, akan kami bentuk seperti apa dia nanti... Menjadi Islamkah, Nasranikah, atau Majusi. Dan sekarang pun kami sedang membuat pilihan dalam diri kami masing - masing sebagai orang tua, apakah kami akan menjadi contoh yang baik untuk Pasya, atau kami justru akan membuatnya melihat hal yang tidak baik dari diri kami.

Minggu, 23 Maret 2008

Show Me The Meaning of Being Lonely....

Kalo ga salah sekitar tahun 2000an Back Street Boys mempopulerkan lagu Show Me The Meaning of Being Lonely. Lagu itu sempet booming banget, bahkan aku sampai punya kasetnya. Tapi aku sama sekali ga pengen bahas soal Back Street Boys, atau lagu - lagunya. Aku pengen bahas soal arti lagu itu. Lagu itu dalam banget... Lagu yang ngegambarin gimana perasaan kita saat kita sendirian. Dan sekarang aku lagi ngerasain itu.

Aku emang bukan type cewek yang punya banyak temen perempuan, justru temen - temenku kebanyakan adalah lawan jenisku. Aku memilih mereka pun bukannya tanpa alasan, tapi memang sengaja. Kaum perempuan lebih suka nge-gosip di banding laki - laki, perempuan juga lebih suka menghakimi dari pada memberi saran dengan baik, ga kaya laki - laki, dan banyak lagi deh kelebihannya. Dengan tidak bermaks ud mendiskriditkan kaum perempuan, tapi memang itu lah yang aku rasakan selama aku berteman dengan mereka, di banding dengan temanku yang laki - laki.

Sekarakartunng ini aku lagi ngerasa lonely banget. Karena teman - teman perempuanku yang segelintir itu sekarang jauh banget sama aku. Bukan hanya jarak yang memisahkan kita, tapi juga komunikasi kami yang semakin lama semakin berkurang. Belum lagi permasalahanku dengan temanku yang sebelumnya telah aku tulis dalam blog ini beberapa hari yang lalu, Anakku Anak Sapi??!! Sekarang akiu menjaga jarak dengan semua teman - temanku. Bukan karena aku ingin memutus tali silahturahmi dengan mereka, tapi lebih karena aku ga ingin hal yang sama terulang lagi.

Aku kini hanya punya keluargaku. Suamiku, Pasyaku dan orang - orang yang mencintaiku, yang aku yakin tak akan mengecewakan aku. So... Show Me The Meaning of Being Lonely, biarlah menjadi rasa yang tetap ada.

Jumat, 21 Maret 2008

Spontan Dikit donk..Yang!!! (panggilan sayang kepada pasangan)


Kadang ada hal yang suami lakukan yang membuat saya kesal. Terutama saat manyangkut Pasya, anak semata wayang kami. Bagaimana tidak saat Pasya PUP contohnya, suami bukannya membersihkannya malah berteriak kesal " Bunda, Pasya PUP nih..." Aduh, padahal saat itu saya sendiri bukannya sedang santai atau berleha - leha, tak jarang saat hal itu terjadi saya sedang makan atau bahkan sibuk dengan pekerjaan rumah lainnya.

Sudah berkali - kali saya menyampaikan kekesalan saya ini pada suami, tak lain agar suami lebih "berempati" pada keadaan saya. Tapi yang saya dapat ya hanya alasan klise nya yang sudah entah untuk keberapa kali dia ungkapkan. Apalagi untuk masalah PUP Pasya, pasti alasannya klise, " Bunda, Ayah kan ga kuat dengan bau yang ga enak di hidung, nanti Ayah muntah..." Tak jarang saya luluh juga dengan alasannya, tapi saya tak memintannya lagi untuk membersihkan PUP Pasya, tapi hanya melihatnya, apakah benar Pasya PUP, tapi ya tetap saja hal itu hanyalah kata - kata....Akhirnya saya juga yang harus turun tangan.

Saya terbiasa dengan segala hal yang cepat, semua hal harus di kerjakan dengan cepat. Tapi kadang suami tidak. Terutama saat dia berhadapan dengan laptop kesayangannya dan terhubung deng an internet, duh jangan harap deh dia akan berfikir spontan dengan hal yang terjadi 
di sekitarnya, yang ada ya harus saya lagi yang mengingatkannya.

Tapi kata teman - teman hal itulah yang justru melengkapi kebersamaan kami. Suami menutupi segala kekurangan saya di berbagai hal, sedangkan saya menjadikan kelebihan saya untuk melengkapi kekurangan dia. Saya juga tak pernah bosan untuk selalu mengingatkan dia untuk tetap "spontan" saat ada hal yang memang harus segera di lakukan. Spontan dikit donk, yang....

Kamis, 20 Maret 2008

Kehadiran Yang Tak Tergantikan....

Saat anak itu masih terlelap papa-mamanya harus segera bersiap untuk pergi kerja.
ketika ia sudah tertidur pulas dengan mimpi indah papa-mamanya baru saja sampai dirumah. Ketika ia diminta oleh salah seorang guru untuk menceritakan papa-mamanya didepan kelas, ia hanya diam terpaku tanpa sepatah kata.

Didalam benaknya tak pernah terukir figure papa-mama seperti apa.
Yang ia ingat hanyalah semua hadiah dan barang mewah yang selalu dijejalkan padanya tanpa kata-kata.
Begitulah kira-kira kehidupan sang anak hingga ia dewasa.

Anak bukanlah alasan agar kita bekerja tanpa henti.
Ia butuh kehadiran kita, bukan hanya untuk menyediakan semua materi.
Tetapi untuk membimbing dan menuntunnya kemasa depan.

INGAT !!!!!

Tidak ada pohon yang kokoh tanpa akar yang kuat.
Biarlah kita para orang tua menjadi akar yang kuat agar pohon kita tidak pernah goyah diterpa angin badai masa depan.

(Artikel ini di kutip sesuai aslinya dari Blog teman elieloe.blogs.friendster.com, semoga kita sebagai orang tua bisa lebih bijak lagi mempergunakan waktu kita dan bisa memilih mana hal yang prioritas, uang kah atau keluarga??!!)

Sabtu, 15 Maret 2008

Anakku Anak Sapi??!!

Aku ga pernah menduga bahwa sebuah pertemanan yang ku bangun dengan niatan baik malah berakhir dengan sebuah ending yang ga baik. Aku memang kadang sulit untuk membedakan mana teman yang bisa aku ajak untuk "sehidup semati" mana yang tidak.

Semua berawal dari sebuah perbincangan ringanku dengan dia lewat sebuah sms. Kami berbincang tentang anak kami. Aku menanyakan tentang kabar anaknya yang usianya memang tak jauh beda dengan putri kecilku, Pasya. Sudah bisa apa dia, sejauh mana perkembangannya dan banyak lagi. Tapi ternyata aku masuk dalam sebuah lubang pertanyaan yang ujungnya justru menyulut perdebatan di antara aku dan dia. Dia menanyakan sejauh mana aku memberikan nutrisi untuk Pasyaku, apa aku masih memberikan ASI atau tidak. Aku menjawab dengan santai, bahwa aku menambahkan susu formula sebagai pendamping ASI untuk Pasyaku, hal itu pun aku lakukan bukan karena sengaja, tapi semata karena ASI ku tidak lagi mencukupi untuk menahan lapar Pasyaku. Mulailah perdebatan sengit itu. Aku mulai di hakimi dengan kata - kata yang sangat kejam, kata - kata yang membuatku seolah tak pantas menjadi seorang Ibu. Aku adalah Ibu yang jahat (itulah pandangannya tentang aku...) Aku berontak, dalam hati aku mengutuk perbuatan bodohku yang tanpa berpikir panjang memulai diskusi ini dengannya. Tapi aku seolah kalah dalam semua pernyataan yang aku kemukakan padanya. Aku kalah...

Waktu berlalu sejurus dengan perbincanganku dengannya. Aku berusaha tidak membuat apa yang kami bahas itu sebagai sebuah permasalahan. Aku masih menganggapnya sebagai seorang teman yang mengingatkan aku akan kesalahanku yang tidak bisa memberikan nutrisi terbaik untuk buah hatiku, yaitu ASI. Tapi 01_SAPIternyata kekecewaanku tak hanya sampai di situ. Lagi - lagi aku kecewa dengannya. Kali ini jauh lebih kecewa.. Bagaimana tidak, sebagai seorang Ibu yang telah bertaruh nyawa saat melahirkan buah hatiku, tiba - tiba saja tanpa tendeng aling - aling dia menyebut buah hatiku sebagai ANAK SAPI hanya karena aku memberinya susu formula sebagai pendamping ASI.

Ya Allah.... Aku sangat tidak percaya dengan kenyataan yang ku dengar. Rasanya aku bagai di lempari kotoran olehnya. Sebuah pertemanan yang selama ini aku jaga dengan baik, ternyata berakhir hanya seperti ini. Aku marah, tapi lagi - lagi tidak bisa ku lampiaskan langsung padanya. Aku masih berfikir sehat, aku tak mau membuka jurang permusuhan di antara kami. Aku masih harus bertemu dengannya setiap minggu. Tapi aku tak bisa membohongi perasaanku kalo aku terluka akan kata - katanya.

Saat ini aku bagai seorang pelajar yang semua tindakanku atas buah hatiku selalu di nilai oleh dia. Aku harus jadi JUARA, aku ga boleh SALAH.... Dan pada akhirnya aku STRESS. Aku selalu terobsesi dengan keadaan buah hatiku, dia HARUS sehat, GA BOLEH SAKIT, barat badannya HARUS ideal dsb. Lama kelamaan aku seolah menjadikan Pasyaku sebagai objek percobaanku. Aku buat dia menjadi yang temanku inginkan... Aku salah, salah besar!!!! Buah hatiku adalah permataku, buah hatiku.. Aku ga boleh menjadikannya sebagai bahan obsesiku. Aku harus membiarkannya tumbuh seperti apa adanya. Biar dia menjadi bintang indah di hatiku, bukan kelinci pesakitan di tanganku.....

Senin, 18 Februari 2008

Allah Mengajari Kami Untuk Saling Ber-Empati

Baru saja hari minggu kemarin Bidadari Kecilku pulang dari Rumah Sakit karena Panas tinggi dan Diare, eh sekarang Ayahnya yang masuk Rumah Sakit, karena Operasi Hernia.

Aku memang ga menyalahkan keadaan, karena aku tau, memang sudah seharusnya hal ini terjadi. Tapi rasanya rasa lelah minggu lalu belum juga lepas dari badan ini, sekarang sudah di "paksa" lagi untuk kembali berpacu dengan waktu dan berbagi antara Ayahnya di Rumah Sakit dengan Pasyaku di rumah.

Dalam kelelahan menunggui Ayahnya Pasya yang masih terbaring lemas karena baru saja keluar dari Rumah Sakit, aku mencoba menelaah apa hikmah indah dari kejadian berurut ini. Aku mencoba melihat kembali ke beberapa waktu yang lalu. Saat aku terbaring lemas di kasur Rumah Sakit 4 bulan silam, saat harus melahirkan Pasyaku lewat Operasi Caesar, keadaanku tak jauh berbeda dengan Ayahnya Pasya sekarang. Lemah, badan rasanya tak beraturan rasanya, makan tak lagi menyenangkan seperti di rumah, apalagi tidur, rasanya aku tak pernah lagi bermimpi...Aku banyak "mengajarkan" pada Ayahnya Pasya tentang hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh sehabis Operasi. Disinilah aku sadar tentang 1 hal, bahwa saat ini Allah sedang mengajarkan kami untuk saling ber-Empati. Ayahnya Pasya jadi tau rasanya terbaring lemas di kasur Rumah Sakit dengan selang infus dan jahitan di tubuhnya, mau gerak aja susah apa lagi mau jalan. Sedangkan saya di ajarkan untuk tau bagaimana capeknya Ayahnya Pasya dulu mondar mandir ke Rumah Sakit setiap hari, naik turun lift untuk sekedar cari makanan yang saya mau atau menebus obat keperluan saya dan Pasya. Kami juga di ajarkan untuk saling "berbagi" dalam ketakutan kami menanti kabar dari ruang Operasi. Belum lagi be-BTan menunggu Dokter Bedahnya Visit, maklumlah Dokter Bedah yang menangani kami adalah salah satu Dokter Bedah yang cukup laris di Rumah Sakit itu.

Itulah hikmah yang sejauh ini kami rasakan. Kami belajar untuk lebih "berterima kasih" lagi dengan kebersamaan kami yang selama ini kami rasakan.

Selasa, 12 Februari 2008

Kedekatan yang di Rindukan

Seorang Ibu tua menangis sendu di pelataran rumahnya. Sudah sekitar 2 hari dia memandangi cucunya bermain tanpa bisa ikut bermain bersamanya. Sang cucu selalu menangis setiap kali si Ibu Tua itu ingin "meraih"nya. Bukanbeggarnya dia tak berusaha, ini adalah kali ke 5 si cucu bertandang main ke rumahnya bersama dengan orang tuanya, anak sulung si Ibu Tua. Tapi sudah lima kali pula si cucu selalu menangis saat berdekatan dengannya.

Si Ibu Tua mencoba menerawang kembali ke masa lalu, saat si cucu masih sangat kecil, saat semua yang terjadi sekarang belumlah menjadi kenyataan. Dia ingat, saat si cucu lahir, walaupun dia adalah cucu pertama yang lahir dalam keluarga besarnya, namun si Ibu Tua serasa tak punya waktu untuk sekedar menengoknya. Entah apa yang membuatnya enggan melihat wajah lucu tanpa dosa itu, wajah yang terpahat dari darah dagingnya sendiri... Si Ibu Tua juga ingat saat si cucu tergolek lemah di Rumah Sakit, saat semua orang memberikan perhatian ekstra padanya, si Ibu Tua yang adalah Neneknya, seolah tak perduli dengan keadaannya. Dia juga tak tergerak untuk menengoknya. Itu hanya sekelumit dari beberapa kejadian yang membuatnya jauh dari cucu yang selama ini di rindukan kehadirannya.

Tapi rasa sesal itu kini tak lagi berarti apa - apa. Semuanya telah berlalu, sirna lenyap beriring dengan waktu yang terus merambat maju. Si cucu sudah tak mengenalinya lagi sebagai Nenek, tak lagi perduli dengan kehadirannya. Bahkan cenderung menganggapnya tak lagi ada. Sekarang semua hanyalah impian untuk mengulang kembali semua waktu yang telah hilang....

Pasyaku tergolek lemas di pelukanku....

Panas Pasya kecilku semakin merambat naik seiring berjalannya hari, sampai pada saat malam setelah semua orang lelap dalam tidurnya, aku harus memeluk tubuh mungilnya yang telah tergolek lemas ke Rumah Sakit. Wajahnya yang tak lagi "perduli" dengan kehadiranku dan Ayahnya, membuat kami di landa ketakutan yang sebelumnya tak pernah kami rasakan. Panas itu telah membuatnya lemah, tak berdaya, tidur namun tetap sadar dalam pelukkan ku...

"Ini di rawat aja ya, Bu. Tubuhnya sudah kekurangan cairan..." Kata Dokter di UGD. Aku termangu, tanpa sadar timbul rasa bersalah dalam hatiku, kenapa harus kamu nak, yang merasakan sakitnya jarum infus itu, kenapa tidak Bunda atau Ayah saja. Pasya kecilku tertidur dengan infus bergelayut di tangan kirinya.

Pagi harinya, Panas badannya turun, bahkan mendekati ambang normal. Dia juga sudah tidak selemah semalam. Senyum sudah menghiasi wajahnya yang cantik, walau sedikit di paksakan. Aku, dan Ayahnya lega. Kami berdua tak hentinya berucap syukur, ternyata do'a kami semalaman tak sia - sia. Kami mendekati tubuh mungilnya, memeluknya dengan kasih yang tak pernah kami tau berapa ukuran besarnya. Tapi sungguh kami sangat menyayanginya...

"Hari ini Pasya sudah boleh pulang, Bu.." Kata Dokter anak yang merawatnya. Alhamdulilah...hanya Allah yang Maha Menggenggam segala kerisauan hati dan hanya Dia pulalah yang sanggup mengabulkan segala do'a. Aku dan Ayahnya menghela nafas lega, bayi kecil kami telah sembuh, dia tak lagi sakit, tak lagi lemah dan sudah bisa ceria seperti sedia kala.

Kami pulang dengan sejuta do'a, semoga ini adalah sakitnya yang pertama dan terakhir. Aku takkan sanggup lagi melihatnya tergolek lemah dalam pelukkanku.... Cepat sembuh ya Pasya kecil Bunda, Do'a Bunda Dan Ayah selalu untukmu, sayang.....

Rabu, 06 Februari 2008

Sakitmu Deritaku......

Hari ni Pasya kecilku sakit...Badannya panas sampai 38 derajat. Dia juga rewel banget, bukannya hal yang aneh seh, kita saja orang dewasa saat sedang "ga enak body" pastinya juga kita ngerasa "asing" dengan diri kita. Pasya ku juga pasti begitu.... Dia sudah aku bawa ke dokter, dengan penuh kecemasan aku dan ayahnya membawanya ke dokter UGD jam 3 dini hari tadi. Bukannya kami tak tahu kalau malem - malem itu tak ada Dr. Anak yang "stand by" tapi mau bagaimana lagi, keadaan Pasya yang panas tinggi juga muntah beberapa kali membuat kami tak lagi sanggup bermain logika dan kompromi dengan jumlah uang di kantong, yang terlintas pertama kali dalam benak kami adalah Pasya bisa sembuh dan tawanya kembali ceria. Itu saja, selebihnya biarlah menjadi urusan belakang...

Sekarang Pasya kecilku masih saja menangis, karena panas yang masih "bergelayut" di badannya, rasanya panas itu tak mau jauh darinya walaupun sudah kami usir dengan segenap tenaga kami, baik lewat obat Dokter, maupun obat tradisional lainnya. Tapi kami tak pernah beranjak dari sampingnya, bahkan segenap keluarga "bergotong royong" membantu untuk meredakan sakitnya. Kami ingin dia segera ceria.....

Pasya kecilku... Tangismu adalah sayatan luka dalam hatiku, perih melukai kalbuku yang terdalam. 9 bulan kau "menyatu" dalam tubuhku, dengan sejuta rasa yang aku bawa, kau juga membawanya. Sakitmu adalah deritaku, maka segeralah sembuh, agar untaian senyummu dapat kembali mengembang indah di bibirmu...

Kamis, 31 Januari 2008

Jodoh Tuh Misteri.......

Seorang teman pernah bertanya kepada saya tentang bagaimana rasanya "kehidupan" saya setelah menikah. Rasanya aneh bercerita tentang hal yang sebenernya klise....

Saya juga sebelum bertemu dengan ayahnya Pasya sering menanyakan hal yang sama pada teman - teman saya yang sudah lebih dulu merasakan indahnya "kehidupan" pernikahan. Jawaban mereka pun sama dengan jawaban yang saya berikan pada teman saya, "Menikah itu Ibadah, jadi apapun yang ada di dalamnya semua bernilai Ibadah. Hati jadi tenang karena ada yang melindungi dan kita juga ga perlu khawatir "terjebak" dalam dosa...Dan yang pasti kita punya seseorang untuk berbagi".

Jodoh memang misteri...Hanya Allah saja yang tau siapa pasangan kita masing - masing nantinya. Bagaimana tidak, kadang kita sudah lama dekat dengan seseorang, tapi ujung - ujungnya malah nihil. Eh giliran kita ga "siap" untuk menikah jodoh datang dari arah yang tak di duga - duga. Itulah jodoh, "siap" atau ga ybig_8564my-love-hearta harus "siap" .

Saya belajar untuk menjadikan hati, diri dan keluarga saya "siap" untuk menanti jodoh yang mungkin akan datang tanpa saya duga. Dan alhamdullilah saat ayahnya pasya datang sebagai jodoh saya, semuanya berjalan dengan baik dan sampailah saya pada "kehidupan" saya yang sekarang, pernikahan.

KENIKMATAN MENJADI SEORANG IBU

Seorang teman yang kebetulan punya aktifitas di luar rumah sempat “menghakimi” saya dalam mengasuh buah hati. Dia beranggapan keberadaan saya yang lebih banyak di rumah seharusnya membuat saya jauh lebih “berhasil” dalam mengasuh buah hati. Saya sendiri kurang paham dengan makna kata “berhasil” yang di maksud olehnya, namun kategori yang di garis bawahi olehnya adalah “keberhasilan” saya dalam memberikan nutrisi juga kasih sayang terhadap buah hati.

Dia membanggakan diri karena dengan keadaannya yang aktif di luar rumah masih “mampu” memberikan nutrisi utama bagi si buah hati yaitu ASI, sedangkan saya yang notabene adalah ibu yang hanya “aktif” di sekitar rumah malah mempercayakan nutrisi buah hati pada susu formula, sebagai pendamping ASI. Saya curhat pada suami, saya merasa bukan ibu yang baik bagi buah hati kami. Tapi suami bertanya kepada saya, apa kategori ibu yang baik??!! Ibu yang baik adalah ibu yang selalu ada untuk buah hatinya, kapanpun si buah hati membutuhkan. Bukan hanya di nilai dengan kita memberikan ASI atau tidak.

Bukankah saya selalu ada saat buah hati memerlukan saya…. Setiap dia bangun tidur saya adalah orang pertama yang selalu di lihatnyamother-child-photo-2, begitu juga setiap dia hendak tidur, saya adalah orang terakhir yang di pandangnya. Saat dia sedang sakit, di mana di saat itulah dia paling suka bermanja – manja, saya juga selalu “stand by” di sampingnya. Saya juga selalu jadi orang pertama yang tau akan “kepintarannya” melakukan sesuatu, juga tumbuh kembangnya. Mungkin teman saya memang “super mom”, apa seh yang ga bisa dia lakukan, menjadi ibu iya, mencari nafkah pun iya. Tapi satu hal yang dia lupa sebagai seorang ibu, bahwa ada sebuah kenikmatan tersendiri melihat tumbuh kembang buah hati secara langsung, bukan hanya menunggu kabar dari si “mbok” yang menjaganya.

Maka sekarang saya belajar PD dengan keadaan saya yang masih saja “berkutat” dengan buah hati, bukannya memilih menjadi wanita karier seperti kebanyakan teman- teman saya. Toh semuanya hanya masalah waktu, saat nanti buah hati siap saya juga akan mencari “kesibukan” lain, tapi untuk sekarang, rasanya tak adil meninggalkan buah hati hanya untuk “keegoisan” sesaat saya.

Sabtu, 26 Januari 2008

Indonesia..."Pesona"mu Kini

Sebenernya seh ga pengen nulis artikel yang berhubungan dengan pemerintahan, bukannya apa, saya kan hanya warga negara biasa, takutnya nanti malah jadi perkara lagi sama pemerintah, tapi semoga saja tidak ya...

indonesia2Indonesia sekarang sudah tidak seramah dulu. Bagaimana tidak, dalam sehari berapa kali kita baca banyak sekali warga negaranya yang "teraniaya", baik secara langsung maupun tidak. Saya sebagai warga negara sangat berharap semua yang saya baca ataupun saya tonton di TV hanyalah isu belaka, tapi sayangnya hal itu adalah nyata.

Membesarkan buah hati di era Indonesia yang seperti ini juga tidaklah mudah. Semua kebutuhan mahal harganya, ga cuma urusan uang, urusan sekolah pun tak kalah bersaing harganya. Mau jadi apa anak Indonesia nantinya kalo bayar sekolah saja mereka tak lagi mampu.....Saya pun sempat mengernyitkan dahi saat melihat daftar harga SPP sekolah yang di tawarkan beberapa sekolah terkenal, harganya tak jauh beda dengan harga SPP saat masuk Universitas. Sungguh sangat tak masuk akal....

Tapi ya mau bagaimana lagi, toh hidup harus tetep berjalan kan??!! Baik keadaan Indonesia baik maupun sedang terpuruk. Saya berusaha untuk tidak "terpengaruh" dengan segala hal yang terjadi di Indonesia. Biarlah itu menjadi urusan Pemerintah, urusan saya sebagai warga negara ya hanyalah menjadi warga negara yang baik, sambil berusaha "memantau" Pemerintah tentunya.....

Kamis, 24 Januari 2008

Setiap Anak Adalah Istimewa

Setiap anak adalah istimewa. Seperti halnya kita, orang dewasa, anak juga punya kekurangan dan kelebihan. Maka, tak adil rasanya kalo kita membanding – bandingkan seorang anak dengan anak lainnya. Kadang kita sebagai orang tua sering kali lupa akan hal itu. Kita sering kali membandingkan anak – anak kita dengan anak orang lain. Baik secara pribadinya maupun secara fisik yang terlihat.

Padahal setiap anak adalah Istimewa. Bagaimana tidak, walaupun kita kumpulkan banyak anak – anak yang berumur sama dalam sbayi-from-godatu tempat yang sama, tetap saja akan kita jumpai banyak perbedaan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Begitu juga dengan anak kita. Dia berbeda dengan anak lain seumurnya, baik kebutuhannya maupun fisiknya yang terlihat.

Saya adalah salah satu Ibu yang kadang lupa akan hal itu. Saya masih saja “iri” dengan keadaan anak lain yang seumur dengan anak saya. Kadang saya “iri” dengan badan anak lainnya yang lebih gemuk di banding anak saya, kadang juga saya “iri” dengan kepandaiannya yang lain. Tapi saat saya melihat hal lain yang anak saya lakukan, saya kemudian sadar, bahwa dia (anak saya), juga punya kelebihan lain yang anak lainnya tidak punya. Contohnya saja, dengan umurnya yang baru saja memasuki 3,5 bulan, dia sudah tumbuh gigi, hal yang sangat jarang terjadi pada anak seumurnya.

Maka saya belajar untuk tidak lagi “melihat” anak orang lain hanya untuk membandingkannya dengan anak saya, karena bagi saya, anak saya lah yang paling Istimewa di banding dengan anak lainnya. Seperti halnya Ayah dan Bundanya, nantinya dia juga pasti jadi anak yang membanggakan…amin.

Minggu, 20 Januari 2008

Iri Deh....

Kadang timbul rasa iri deh sama Ayahnya Pasya. Gimana nggak coba, saat aku sibuk "berkutat" dengan Pasya di rumah, Ayahnya di kantor dengan teman - temannya dan juga kerjaannya. Belum lagi pas saat Ayahnya baru aja pulang kantor eh..da berangkat lagi untuk kegiatannya. Nah saat aku capek karena berusaha meninabobokan Pasya, eh Ayahnya malah "merangkai" mimpi.

Hem...Aku ga tau deh apa cuma aku yang ngerasain ini, atau banyak juga Ibu - ibu di luar sana yang seperti itu juga. Tapi saat Ayahnya sibuk ngitung - ngitung kerjaan kantor di rumah, akusibling kasihan juga. Sudah repot di kantor seharian, di rumah masih juga sibuk sama kerjaan.

Tapi saat aku ingat kata temanku, bahwa nantinya anak tuh akan lebih deket sama Ibunya, daripada Ayahnya, karena kedekatan yang terjalin sebelumnya. Aku jadi semakin "semangat" untuk ngasuh Pasya, walaupun Ayahnya kadang ga bisa di ajak "bekerjasama".

Ya itulah nikmatnya jadi seorang Ibu, ga perduli apapun yang terjadi, yang namanya kasih sayangnya mengasuh anak, tak akan bisa di gantikan oleh siapapun.

Sabtu, 19 Januari 2008

Hidup Harus "Balance"

timbangan Seperti halnya mata uang, seperti itu lah gambaran hidup kita. Semuanya ada dua sisi yang saling berdampingan. Ada baik, ada buruk. Ada kaya ada miskin, ada yang taat dan ada pula yang membangkang. Hidup haruslah seimbang atau "Balance". Bisa kita bayangkan kalo dalam 24 jam kita hanya mengurusi dunia, tanpa ingat dengan akhirat. Apa jadinya hidup kita nanti setelah dunia ini tak lagi berputar. Namun saat kita juga hanya mengurusi akhirat, tanpa mencari penghidupan dunia, siapa yang akan menampung kebutuhan kita sehari - hari nantinya....

Setiap yang ada dalam diri kita juga butuh "makanan". Baik itu jasad kita maupun ruh kita. Jasad kita selalu butuh "makan" yang nyata dalam pandangan mata kita. Sedangkan ruh kita butuh "makan" yang bentuknya lebih kepada hal yang kasat mata. Semuanya haruslah "Balance", tak boleh saling mendahului atau bahkan meninggalkan.

Kita mencari penghidupan yang layak, untuk dapat hidup layak dan juga "menghidupi" orang lain di sekitar kita lewat zakat dan sedekah kita. Kita memenuhi kebutuhan akhirat kita juga untuk memudahkan jalan dunia kita. Dengan selalu berdo'a kita bisa membuka pintu segala kemudahan dari setiap masalah yang kita hadapi. Maka semua aktifitas kita haruslah "balance", baik aktifitas dunia kita, maunpun aktifitas akhirat kita, jangan sampai kita tidak memenuhi hak salah satunya.

Gembok Dan Kunci

ESP20Lock Seperti halnya pasangan Gembok dan Kunci, begitulah Allah selalu memberi solusi di balik setiap masalah. Pasangan Gembok dan Kunci yang ada dalam diri kita, adalah pasangan masalah dan solusi yang selalu kita hadapi dalam keseharian kita. Kita perlu berjuang untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang kita hadapi. Karena pada dasarnya hidup memang penuh perjuangan, bukan.....

Allah tak pernah memberikan ujian kepada manusia di luar batas kemampuan manusia itu sendiri. Allah selalu memberikan hikmah di setiap permasalahan yang kita hadapi. Tinggal bagaimana kita "belajar" untuk membuka tabir hikmah tersebut. Setiap masalah yang kita hadapi membuat kita makin dewasa dan makin kuat dalam menghadapi hidup. Jangan kita terlena dengan segala kemewahan dunia, karena bentuk kemewahan itu adalah bentuk ujian tersendiri bagi kita.

Mari kita "belajar" untuk mencari kunci dari tiap gembok yang kita punya. Mari kita buka satu persatu masalah yang kita punya dengan solusi yang sudah di berikan Allah. Jangan berputus asa dari rahmat Allah.......

Sabtu, 12 Januari 2008

Baju Merah

anime.chocolate4breakfast.com_wallpaper_red_1680 “Saya mendapatkan baju merah ini dari suami saya sebagai hadiah pernikahan kami yang ketiga.” Seorang wanita memulai ceritanya tentang baju merah yang sekarang di kenakannya di pemakaman suaminya. Pada awal kedatangan saya, saya memang sedikit heran melihat penampilan wanita itu, yang notabene adalah istri dari almarhum. Bagaimana tidak, saat pemakaman sang suami, dia malah memakai baju merah yang menurut saya warnanya sangatlah mencolok mata. Maka saya beranikan untuk bertanya padanya perihal alasannya memakai baju itu. Dia pun mulai bercerita.

“Suami saya sangat tau, kalo saya sangat suka gaun ini. Saya melihat gaun ini saat kami jalan – jalan ke sebuah butik. Di etalase butik itulah baju merah ini terpajang. Begitu indah dan anggun. Saya lalu berbisik pada suami, bajunya bagus banget ya mas…” sambil sesekali tangannya mengusap air matanya yang terus mengalir.

“Suami saya lalu memeluk saya mesra dan membisikkan bahwa gaun itu akan jadi milik saya saat ulang tahun pernikahan kami nanti. Saya bahagia sekali, karena ulang tahun pernikahan kami dua hari lagi. Berarti dua hari lagi gaun indah itu akan menjadi milik saya. Akhirnya hari itu tiba. Gaun indah itu menjadi milik saya. Saya bahagia sekali. Sampai – sampai karena sayangnya dengan gaun itu, gaun itu hanya menjadi pajangan lemari pakaian saya. Tak sekali pun gaun itu saya kenakan, bahkan saat hari ulang tahun pernikahan saya di tahun – tahun berikutnya. Suami pun sangat sering menanyakannya, kemana gaun itu, kenapa gaun itu tak pernah saya pakai. Saya hanya menjawab santai, sayang…baju itu terlalu bagus untuk acara yang sederhana seperti ini, nanti ya kalo ada acara istimewa. Selalu jawaban itu yang saya kasih. Sampai akhirnya “hari itu “ tiba. Saya mendapat telpon kalo suami saya kecelakaan dan dia meninggal dunia. Saya kaget, histeris dan pingsan. Saat saya sadar, saya sudah berada di kamar saya. Saat saya membuka lemari untuk mengambil baju ganti untuk ke pemakaman, baju merah itu tergantung indah di hadapan saya. Saya baru sadar, saya telah melewatkan saat terindah dalam hidup saya, yaitu saat di mana saya memakai gaun pemberian suami saya dan memakainya di depan suami. Saya kehilangan saat terindah itu. Maka sekaranglah saya memakai gaun ini, walaupun suami saya sudah meninggal tapi saya yakin dia pasti melihatnya dari atas sana…” dan tangis wanita itu pun meledak.

Bayi Juga Punya Kesukaan

Bayi Rierie ...Saya baru menyadari satu hal, bahwa ga cuma kita manusia dewasa yang punya kesukaan terhadap sesuatu, tapi bayi pun punya kesukaan. Saya mengamati tumbuh kembang anak pertama saya yang kebetulan masih bayi ( 3bulan ). Banyak banget hal – hal lucu yang jadi kesukaan dia, dari mulai dia lahir sampai sekarang.

Dari saat lahir Pasya (anak saya) sudah sangat suka di gendong dengan model kepala di taruh di pundak, kami menyebutnya gendong Nyet. Kalo di gendong seperti itu, dia suka sekali, bahkan kadang sampai tertidur lelap di pundak saya. Pasya juga sangat suka tidur dengan posisi miring. Kalo tidur dengan posisi telentang, tidurnya pasti tidak tenang dan mudah bangun, tapi kalo di miringkan, pasti tahan sampai berjam – jam. Pasya juga sangat suka kalo di tidurkan sambil di gendong Nyet dan kepalanya di elus – elus lembut. Rasanya dia nyaman sekali.

Ternyata bayi pun punya kesukaan yang kadang kita tak pernah menyadarinya. Kadang kita menganggap bayi hanyalah makhluk kecil yang tak mengerti apa – apa. Padahal saat saya “ngobrol” dengan Pasya pun dia menanggapi saya dengan bahasanya. Sudah saatnya kita belajar untuk memahami dan mencari tau kesukaan bayi kita masing – masing, karena dengan begitu akan mempererat hubungan batin kita dengan dia, dan membuat bayi kita pun menjadi semakin nyaman bila bersama kita.

Rabu, 02 Januari 2008

Privaci


Mungkin kita sering kali mendengar kata ini. Bahkan tak jarang dari kita sering "menjerit" karena tidak bisa merasakan privaci dengan sebagaimana mestinya. Saya memang sudah berumah tangga, namun yang namanya privaci saya masih sangat ingin merasakannya dalam kehidupan saya. Saya tetap butuh "ruang" tersendiri dalam kehidupan rumah tangga saya.
Saat saya dan suami berbeda pendapat akan suatu hal, maka saya selalu meminta "ruang" untuk merenungi masalah yang kami hadapi. Saya butuh waktu untuk "bermain" dengan pikiran saya, sampai saya bisa kembali lagi dalam kehidupan rumah tangga saya. Beberapa hari yang lalu saya sempat kehilangan privaci itu. Saya sempat merasa bahwa saya bukan lagi berada dalam dunia saya. Waktu seolah berjalan lambat, dan saya harus berbagi kehidupan saya dengan orang lain. Rasanya itu bukanlah saya, namun semua itu tak bisa terelakkan, saya harus melakukannya.
Sekarang saya belajar terampil menata hati saya. Memang tak setiap saat kita bisa menemukan privaci kita, namun saat semua hal yang menjadi kewenangan kita "dilewati" oleh orang lain, maka tak ada salahnya jika saya kembali "menarik" diri untuk meminta privaci saya.