Kamis, 31 Januari 2008

Jodoh Tuh Misteri.......

Seorang teman pernah bertanya kepada saya tentang bagaimana rasanya "kehidupan" saya setelah menikah. Rasanya aneh bercerita tentang hal yang sebenernya klise....

Saya juga sebelum bertemu dengan ayahnya Pasya sering menanyakan hal yang sama pada teman - teman saya yang sudah lebih dulu merasakan indahnya "kehidupan" pernikahan. Jawaban mereka pun sama dengan jawaban yang saya berikan pada teman saya, "Menikah itu Ibadah, jadi apapun yang ada di dalamnya semua bernilai Ibadah. Hati jadi tenang karena ada yang melindungi dan kita juga ga perlu khawatir "terjebak" dalam dosa...Dan yang pasti kita punya seseorang untuk berbagi".

Jodoh memang misteri...Hanya Allah saja yang tau siapa pasangan kita masing - masing nantinya. Bagaimana tidak, kadang kita sudah lama dekat dengan seseorang, tapi ujung - ujungnya malah nihil. Eh giliran kita ga "siap" untuk menikah jodoh datang dari arah yang tak di duga - duga. Itulah jodoh, "siap" atau ga ybig_8564my-love-hearta harus "siap" .

Saya belajar untuk menjadikan hati, diri dan keluarga saya "siap" untuk menanti jodoh yang mungkin akan datang tanpa saya duga. Dan alhamdullilah saat ayahnya pasya datang sebagai jodoh saya, semuanya berjalan dengan baik dan sampailah saya pada "kehidupan" saya yang sekarang, pernikahan.

KENIKMATAN MENJADI SEORANG IBU

Seorang teman yang kebetulan punya aktifitas di luar rumah sempat “menghakimi” saya dalam mengasuh buah hati. Dia beranggapan keberadaan saya yang lebih banyak di rumah seharusnya membuat saya jauh lebih “berhasil” dalam mengasuh buah hati. Saya sendiri kurang paham dengan makna kata “berhasil” yang di maksud olehnya, namun kategori yang di garis bawahi olehnya adalah “keberhasilan” saya dalam memberikan nutrisi juga kasih sayang terhadap buah hati.

Dia membanggakan diri karena dengan keadaannya yang aktif di luar rumah masih “mampu” memberikan nutrisi utama bagi si buah hati yaitu ASI, sedangkan saya yang notabene adalah ibu yang hanya “aktif” di sekitar rumah malah mempercayakan nutrisi buah hati pada susu formula, sebagai pendamping ASI. Saya curhat pada suami, saya merasa bukan ibu yang baik bagi buah hati kami. Tapi suami bertanya kepada saya, apa kategori ibu yang baik??!! Ibu yang baik adalah ibu yang selalu ada untuk buah hatinya, kapanpun si buah hati membutuhkan. Bukan hanya di nilai dengan kita memberikan ASI atau tidak.

Bukankah saya selalu ada saat buah hati memerlukan saya…. Setiap dia bangun tidur saya adalah orang pertama yang selalu di lihatnyamother-child-photo-2, begitu juga setiap dia hendak tidur, saya adalah orang terakhir yang di pandangnya. Saat dia sedang sakit, di mana di saat itulah dia paling suka bermanja – manja, saya juga selalu “stand by” di sampingnya. Saya juga selalu jadi orang pertama yang tau akan “kepintarannya” melakukan sesuatu, juga tumbuh kembangnya. Mungkin teman saya memang “super mom”, apa seh yang ga bisa dia lakukan, menjadi ibu iya, mencari nafkah pun iya. Tapi satu hal yang dia lupa sebagai seorang ibu, bahwa ada sebuah kenikmatan tersendiri melihat tumbuh kembang buah hati secara langsung, bukan hanya menunggu kabar dari si “mbok” yang menjaganya.

Maka sekarang saya belajar PD dengan keadaan saya yang masih saja “berkutat” dengan buah hati, bukannya memilih menjadi wanita karier seperti kebanyakan teman- teman saya. Toh semuanya hanya masalah waktu, saat nanti buah hati siap saya juga akan mencari “kesibukan” lain, tapi untuk sekarang, rasanya tak adil meninggalkan buah hati hanya untuk “keegoisan” sesaat saya.

Sabtu, 26 Januari 2008

Indonesia..."Pesona"mu Kini

Sebenernya seh ga pengen nulis artikel yang berhubungan dengan pemerintahan, bukannya apa, saya kan hanya warga negara biasa, takutnya nanti malah jadi perkara lagi sama pemerintah, tapi semoga saja tidak ya...

indonesia2Indonesia sekarang sudah tidak seramah dulu. Bagaimana tidak, dalam sehari berapa kali kita baca banyak sekali warga negaranya yang "teraniaya", baik secara langsung maupun tidak. Saya sebagai warga negara sangat berharap semua yang saya baca ataupun saya tonton di TV hanyalah isu belaka, tapi sayangnya hal itu adalah nyata.

Membesarkan buah hati di era Indonesia yang seperti ini juga tidaklah mudah. Semua kebutuhan mahal harganya, ga cuma urusan uang, urusan sekolah pun tak kalah bersaing harganya. Mau jadi apa anak Indonesia nantinya kalo bayar sekolah saja mereka tak lagi mampu.....Saya pun sempat mengernyitkan dahi saat melihat daftar harga SPP sekolah yang di tawarkan beberapa sekolah terkenal, harganya tak jauh beda dengan harga SPP saat masuk Universitas. Sungguh sangat tak masuk akal....

Tapi ya mau bagaimana lagi, toh hidup harus tetep berjalan kan??!! Baik keadaan Indonesia baik maupun sedang terpuruk. Saya berusaha untuk tidak "terpengaruh" dengan segala hal yang terjadi di Indonesia. Biarlah itu menjadi urusan Pemerintah, urusan saya sebagai warga negara ya hanyalah menjadi warga negara yang baik, sambil berusaha "memantau" Pemerintah tentunya.....

Kamis, 24 Januari 2008

Setiap Anak Adalah Istimewa

Setiap anak adalah istimewa. Seperti halnya kita, orang dewasa, anak juga punya kekurangan dan kelebihan. Maka, tak adil rasanya kalo kita membanding – bandingkan seorang anak dengan anak lainnya. Kadang kita sebagai orang tua sering kali lupa akan hal itu. Kita sering kali membandingkan anak – anak kita dengan anak orang lain. Baik secara pribadinya maupun secara fisik yang terlihat.

Padahal setiap anak adalah Istimewa. Bagaimana tidak, walaupun kita kumpulkan banyak anak – anak yang berumur sama dalam sbayi-from-godatu tempat yang sama, tetap saja akan kita jumpai banyak perbedaan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Begitu juga dengan anak kita. Dia berbeda dengan anak lain seumurnya, baik kebutuhannya maupun fisiknya yang terlihat.

Saya adalah salah satu Ibu yang kadang lupa akan hal itu. Saya masih saja “iri” dengan keadaan anak lain yang seumur dengan anak saya. Kadang saya “iri” dengan badan anak lainnya yang lebih gemuk di banding anak saya, kadang juga saya “iri” dengan kepandaiannya yang lain. Tapi saat saya melihat hal lain yang anak saya lakukan, saya kemudian sadar, bahwa dia (anak saya), juga punya kelebihan lain yang anak lainnya tidak punya. Contohnya saja, dengan umurnya yang baru saja memasuki 3,5 bulan, dia sudah tumbuh gigi, hal yang sangat jarang terjadi pada anak seumurnya.

Maka saya belajar untuk tidak lagi “melihat” anak orang lain hanya untuk membandingkannya dengan anak saya, karena bagi saya, anak saya lah yang paling Istimewa di banding dengan anak lainnya. Seperti halnya Ayah dan Bundanya, nantinya dia juga pasti jadi anak yang membanggakan…amin.

Minggu, 20 Januari 2008

Iri Deh....

Kadang timbul rasa iri deh sama Ayahnya Pasya. Gimana nggak coba, saat aku sibuk "berkutat" dengan Pasya di rumah, Ayahnya di kantor dengan teman - temannya dan juga kerjaannya. Belum lagi pas saat Ayahnya baru aja pulang kantor eh..da berangkat lagi untuk kegiatannya. Nah saat aku capek karena berusaha meninabobokan Pasya, eh Ayahnya malah "merangkai" mimpi.

Hem...Aku ga tau deh apa cuma aku yang ngerasain ini, atau banyak juga Ibu - ibu di luar sana yang seperti itu juga. Tapi saat Ayahnya sibuk ngitung - ngitung kerjaan kantor di rumah, akusibling kasihan juga. Sudah repot di kantor seharian, di rumah masih juga sibuk sama kerjaan.

Tapi saat aku ingat kata temanku, bahwa nantinya anak tuh akan lebih deket sama Ibunya, daripada Ayahnya, karena kedekatan yang terjalin sebelumnya. Aku jadi semakin "semangat" untuk ngasuh Pasya, walaupun Ayahnya kadang ga bisa di ajak "bekerjasama".

Ya itulah nikmatnya jadi seorang Ibu, ga perduli apapun yang terjadi, yang namanya kasih sayangnya mengasuh anak, tak akan bisa di gantikan oleh siapapun.

Sabtu, 19 Januari 2008

Hidup Harus "Balance"

timbangan Seperti halnya mata uang, seperti itu lah gambaran hidup kita. Semuanya ada dua sisi yang saling berdampingan. Ada baik, ada buruk. Ada kaya ada miskin, ada yang taat dan ada pula yang membangkang. Hidup haruslah seimbang atau "Balance". Bisa kita bayangkan kalo dalam 24 jam kita hanya mengurusi dunia, tanpa ingat dengan akhirat. Apa jadinya hidup kita nanti setelah dunia ini tak lagi berputar. Namun saat kita juga hanya mengurusi akhirat, tanpa mencari penghidupan dunia, siapa yang akan menampung kebutuhan kita sehari - hari nantinya....

Setiap yang ada dalam diri kita juga butuh "makanan". Baik itu jasad kita maupun ruh kita. Jasad kita selalu butuh "makan" yang nyata dalam pandangan mata kita. Sedangkan ruh kita butuh "makan" yang bentuknya lebih kepada hal yang kasat mata. Semuanya haruslah "Balance", tak boleh saling mendahului atau bahkan meninggalkan.

Kita mencari penghidupan yang layak, untuk dapat hidup layak dan juga "menghidupi" orang lain di sekitar kita lewat zakat dan sedekah kita. Kita memenuhi kebutuhan akhirat kita juga untuk memudahkan jalan dunia kita. Dengan selalu berdo'a kita bisa membuka pintu segala kemudahan dari setiap masalah yang kita hadapi. Maka semua aktifitas kita haruslah "balance", baik aktifitas dunia kita, maunpun aktifitas akhirat kita, jangan sampai kita tidak memenuhi hak salah satunya.

Gembok Dan Kunci

ESP20Lock Seperti halnya pasangan Gembok dan Kunci, begitulah Allah selalu memberi solusi di balik setiap masalah. Pasangan Gembok dan Kunci yang ada dalam diri kita, adalah pasangan masalah dan solusi yang selalu kita hadapi dalam keseharian kita. Kita perlu berjuang untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang kita hadapi. Karena pada dasarnya hidup memang penuh perjuangan, bukan.....

Allah tak pernah memberikan ujian kepada manusia di luar batas kemampuan manusia itu sendiri. Allah selalu memberikan hikmah di setiap permasalahan yang kita hadapi. Tinggal bagaimana kita "belajar" untuk membuka tabir hikmah tersebut. Setiap masalah yang kita hadapi membuat kita makin dewasa dan makin kuat dalam menghadapi hidup. Jangan kita terlena dengan segala kemewahan dunia, karena bentuk kemewahan itu adalah bentuk ujian tersendiri bagi kita.

Mari kita "belajar" untuk mencari kunci dari tiap gembok yang kita punya. Mari kita buka satu persatu masalah yang kita punya dengan solusi yang sudah di berikan Allah. Jangan berputus asa dari rahmat Allah.......

Sabtu, 12 Januari 2008

Baju Merah

anime.chocolate4breakfast.com_wallpaper_red_1680 “Saya mendapatkan baju merah ini dari suami saya sebagai hadiah pernikahan kami yang ketiga.” Seorang wanita memulai ceritanya tentang baju merah yang sekarang di kenakannya di pemakaman suaminya. Pada awal kedatangan saya, saya memang sedikit heran melihat penampilan wanita itu, yang notabene adalah istri dari almarhum. Bagaimana tidak, saat pemakaman sang suami, dia malah memakai baju merah yang menurut saya warnanya sangatlah mencolok mata. Maka saya beranikan untuk bertanya padanya perihal alasannya memakai baju itu. Dia pun mulai bercerita.

“Suami saya sangat tau, kalo saya sangat suka gaun ini. Saya melihat gaun ini saat kami jalan – jalan ke sebuah butik. Di etalase butik itulah baju merah ini terpajang. Begitu indah dan anggun. Saya lalu berbisik pada suami, bajunya bagus banget ya mas…” sambil sesekali tangannya mengusap air matanya yang terus mengalir.

“Suami saya lalu memeluk saya mesra dan membisikkan bahwa gaun itu akan jadi milik saya saat ulang tahun pernikahan kami nanti. Saya bahagia sekali, karena ulang tahun pernikahan kami dua hari lagi. Berarti dua hari lagi gaun indah itu akan menjadi milik saya. Akhirnya hari itu tiba. Gaun indah itu menjadi milik saya. Saya bahagia sekali. Sampai – sampai karena sayangnya dengan gaun itu, gaun itu hanya menjadi pajangan lemari pakaian saya. Tak sekali pun gaun itu saya kenakan, bahkan saat hari ulang tahun pernikahan saya di tahun – tahun berikutnya. Suami pun sangat sering menanyakannya, kemana gaun itu, kenapa gaun itu tak pernah saya pakai. Saya hanya menjawab santai, sayang…baju itu terlalu bagus untuk acara yang sederhana seperti ini, nanti ya kalo ada acara istimewa. Selalu jawaban itu yang saya kasih. Sampai akhirnya “hari itu “ tiba. Saya mendapat telpon kalo suami saya kecelakaan dan dia meninggal dunia. Saya kaget, histeris dan pingsan. Saat saya sadar, saya sudah berada di kamar saya. Saat saya membuka lemari untuk mengambil baju ganti untuk ke pemakaman, baju merah itu tergantung indah di hadapan saya. Saya baru sadar, saya telah melewatkan saat terindah dalam hidup saya, yaitu saat di mana saya memakai gaun pemberian suami saya dan memakainya di depan suami. Saya kehilangan saat terindah itu. Maka sekaranglah saya memakai gaun ini, walaupun suami saya sudah meninggal tapi saya yakin dia pasti melihatnya dari atas sana…” dan tangis wanita itu pun meledak.

Bayi Juga Punya Kesukaan

Bayi Rierie ...Saya baru menyadari satu hal, bahwa ga cuma kita manusia dewasa yang punya kesukaan terhadap sesuatu, tapi bayi pun punya kesukaan. Saya mengamati tumbuh kembang anak pertama saya yang kebetulan masih bayi ( 3bulan ). Banyak banget hal – hal lucu yang jadi kesukaan dia, dari mulai dia lahir sampai sekarang.

Dari saat lahir Pasya (anak saya) sudah sangat suka di gendong dengan model kepala di taruh di pundak, kami menyebutnya gendong Nyet. Kalo di gendong seperti itu, dia suka sekali, bahkan kadang sampai tertidur lelap di pundak saya. Pasya juga sangat suka tidur dengan posisi miring. Kalo tidur dengan posisi telentang, tidurnya pasti tidak tenang dan mudah bangun, tapi kalo di miringkan, pasti tahan sampai berjam – jam. Pasya juga sangat suka kalo di tidurkan sambil di gendong Nyet dan kepalanya di elus – elus lembut. Rasanya dia nyaman sekali.

Ternyata bayi pun punya kesukaan yang kadang kita tak pernah menyadarinya. Kadang kita menganggap bayi hanyalah makhluk kecil yang tak mengerti apa – apa. Padahal saat saya “ngobrol” dengan Pasya pun dia menanggapi saya dengan bahasanya. Sudah saatnya kita belajar untuk memahami dan mencari tau kesukaan bayi kita masing – masing, karena dengan begitu akan mempererat hubungan batin kita dengan dia, dan membuat bayi kita pun menjadi semakin nyaman bila bersama kita.

Rabu, 02 Januari 2008

Privaci


Mungkin kita sering kali mendengar kata ini. Bahkan tak jarang dari kita sering "menjerit" karena tidak bisa merasakan privaci dengan sebagaimana mestinya. Saya memang sudah berumah tangga, namun yang namanya privaci saya masih sangat ingin merasakannya dalam kehidupan saya. Saya tetap butuh "ruang" tersendiri dalam kehidupan rumah tangga saya.
Saat saya dan suami berbeda pendapat akan suatu hal, maka saya selalu meminta "ruang" untuk merenungi masalah yang kami hadapi. Saya butuh waktu untuk "bermain" dengan pikiran saya, sampai saya bisa kembali lagi dalam kehidupan rumah tangga saya. Beberapa hari yang lalu saya sempat kehilangan privaci itu. Saya sempat merasa bahwa saya bukan lagi berada dalam dunia saya. Waktu seolah berjalan lambat, dan saya harus berbagi kehidupan saya dengan orang lain. Rasanya itu bukanlah saya, namun semua itu tak bisa terelakkan, saya harus melakukannya.
Sekarang saya belajar terampil menata hati saya. Memang tak setiap saat kita bisa menemukan privaci kita, namun saat semua hal yang menjadi kewenangan kita "dilewati" oleh orang lain, maka tak ada salahnya jika saya kembali "menarik" diri untuk meminta privaci saya.