Sabtu, 29 Agustus 2009

Allah ga pernah Tidur..

Allah memang tidak pernah tidur. Kapanpun kita meminta padaNya, Allah pasti medengarkannya. Alhamdulillah...Usahaku mengirim lamaran demi lamaran, interview demi interview membuahkan hasil juga. Aku mendapatkan kesempatan untuk bekerja di tempat yang baru. Sujud syukur aku dan Mas panjatkan untuk karunia ini. Rencana sabtu ini aku tanda tangan kontrak kerja untuk masuk per 1 Oktober, tapi Manager aku menjadwalkan ulang sampai Sabtu depan. Hem..sempet Bt juga seh, kenapa harus di tunda. Tapi aku ga berfikir negatif, di pesan singkat yang Manager aku kirim tadi, Beliau ijin mengantarkan Istri & Anak nya ke RS. Berarti Beliau memang sedang berhalangan, Insyaallah Minggu depan ga ada lagi halangan. Amin. Suasana kantor sudah sangat tidak bersahabat, setiap saat teriakan-teriakan selalu bergema dimana-mana. Siapapun sekarang selalu kena marah, dari mulai kami karyawannya, Istrinya sampai OB (Office Boy). Hem....bener-bener ga berpendidikan banget ya, marah-marah kemana-mana, sama siapapun. Ya Allah...Insyaallah awal Oktober aku sudah di tempat baru. Amin.

Minggu, 16 Agustus 2009

Working Mom..

Membaca buku La Tahzan for working mothers karangan Izzatul Jannah, membuat saya merasa tak sendiri dengan permasalahan yang saya hadapi di kantor. Betapa tidak, dalam buku tersebut di ceritakan oleh kurang lebih 15 Ibu Bekerja dengan berbagai problematika yang di hadapi. Tidak sedikit yang mengalami hal seperti saya. Saya harus "rela" meninggalkan buah hati di rumah untuk sekedar menjadi berarti bagi suami dan keluarga (walaupun tanpa bekerjapun kehadiran saya bagi Pasya dan Suami telah sangat berarti, kata Suami), dengan bekerja maka saya juga di tuntut "lebih" pandai membagi waktu antara tugas kantor, rumah dan waktu untuk diri saya sendiri. 
Saya tidak lagi bisa santai menikmati waktu luang saya sepulang kantor, karena saya masih harus membereskan beberapa pernak-pernik rumah dan kebutuhan yang harus saya dan suami bawa kekantor keesokkan harinya. Saya juga harus lebih tau diri, untuk "membayar" waktu kebersamaan saya dan Pasya yang jauh berkurang karena keberadaan saya di kantor. Tapi saya lagi-lagi tidak sendiri. Banyak Ibu bekerja di luar sana yang juga terbiasa menjalani rutinitas seperti saya. Pasya juga tidak sendiri, banyak kakak-kakak lain, juga adek yang usianya jauh di bawah dia harus berpisah sementara karena Ibu mereka bekerja. 
Tapi diam-diam terselip perasaan bangga, karena saat gajian tiba, ada sebuah kebahagiaan "kecil" dalam hati saat saya bisa membawa pulang buah tangan untuk Pasya. Hem... Romantika luar biasa yang sampai detik ini saya belum bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkannya. Terngiang dalam benak saya kata-kata seorang teman "Kamu ga harus bekerja untuk bisa menjadi berarti bagi keluarga, dengan menjadikan anak-anakmu menjadi orang hebat itu sudah sebuah pengabdian" Ya, memang...kata-kata teman saya tidaklah sepenuhnya salah, tapi dengan bekerja saya menunjukkan pada Pasya bahwa kita sebagai Wanita juga bisa berkarya, dan menjadi berguna bagi keluarga. Kita juga jadi lebih "sempurna" menjadi wanita, selama apa yang kita kerjakan tidak lepas dari kodrat kita sebagai wanita dan Ibu. Apalagi jika suami dan keluarga juga mendukung apa yang kita lakukan....
Terima kasih untuk suamiku tercinta, yang dengan tulus telah memahami dan mendukung keinginan istrinya ini untuk sekedar menjadi berarti dalam bentuk pengabdian yang lain dari kodrat saya sebagai Istri dan Ibu. Juga untuk kesanggupannya menunggui saya lembur dan menjemput saya setiap hari, sungguh cintamu tak bisa aku gambarkan di sini, biarlah ke Maha-an Allah yang membalasnya. Untuk Pasya (dan calon adik-adiknya), semoga kalian mengerti perjuangan Bunda, dan bisa memberikan Bunda banyak maaf karena kalian tidak bisa merasakan kebersamaan dengan Bunda sepanjang waktu. Bunda cinta kalian lebih dari apapun....

Minggu, 09 Agustus 2009

Aku Kalah....

Akhirnya aku Kalah.... Air mataku tumpah jua. Ga sedikitpun aku ingin menangis, tapi rasanya hari itu hatiku sedang mellow. Aku kalah, dan tergugu dalam tangis. Perdebatan itu di mulai saat aku belum juga sempat menginjakkan kaki di kantor, ya, aku masih dalam perjalanan menapaki langkah menuju kantor, tapi teriakan-teriakan itu sudah membahana di telepon genggamku. Ya Allah, aku lemas... kakiku rasanya mati rasa, ga pengen rasanya aku langkahkan kakiku ke kantor. Sudah terbayangkan bagaimana terkutuknya tempat itu. Tapi aku ga mau di cap sebagai pengecut, lari dalam ketidakberesan pekerjaanku. Aku harus berani menghadapi hari ini, walaupun akhirnya mungkin akan berat. 
Di ruangan tak dapat lagi aku tahan. Tumpahlah segala kegundahan hati selama ini. Aku menangis sejadinya di telpon mengadu pada Ayahnya Pasya, (belahan hati yang paling benci mendengar aku mengeluh tentang tempat kerjaku, karena baginya tempat itu bukanlah tempat yang layak untuk bekerja, melainkan tempat "perbudakan"). Aku tak bisa membendung lagi air mata yang tumpah, semua keluar begitu saja. Ku ulang-ulang kata yang sama setiap kali "Yang, Ade capek...capek dengan semua ini". Mas sangat mengerti dengan kata-kataku, siapa juga yang tahan dengan deraan caci maki yang hampir tiap saat aku dan rekan sekerja dapatkan. Dengan sedikit menenangkan Mas bilang "Ade pulang aja, kalo udah ga kuat keluar aja..ga usah di paksakan." Ya, selalu kalimat itu yang aku dapatkan saat aku sedang mellow soal pekerjaan. Ga ada jalan lain selain menyudahi semua penderitaan ini dengan cabut dari sini. Karena ga mungkin merubah karakter Si Boss yang psikopat, ga mungkin....
Ehm...
Aku mengambil nafas dalam, diam dan merenung. Dengan seorang teman aku diskusi tentang keadaanku sekarang. Ia menanyakan kenapa aku masih bertahan juga sampai sekarang. Aku menjawab simple, karena belum lagi ada tempat baru yang bisa memberikan aku pencerahan yang lebih baik. Ya, satu tempat yang lebih baik belum juga aku dan rekan semua dapatkan. Kami masih "terkungkung" dalam satu tempat pengap ini tanpa menemukan jalan keluar yang terbaik. Ya Allah...Aku kalah, namun aku tetap berusaha bangkit dan Ikhtiar untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik lagi. Bukakanlah jalan untuk kami Ya Allah, agar kami bisa segera keluar dari "neraka jahanam" ini. Amin