Selasa, 31 Mei 2011

Tambahan...

Saat kita berdo'a adalah saat yang paling istimewa antara kita dan Allah. Pasti banyak yang kita minta dalam do'a kita, baik secara tersirat maupun secara simbolik. Allah tak pernah tidak mengabulkan do'a-do'a hambaNya, kalopun sekarang kita belum mendapatkan apa yang sedari dulu kita minta adalah karna mungkin Allah menundanya atau bahkan menukarnya dengan yang jauh lebih baik lagi, tanpa kita sadari.
Saat berdo'a saya selalu berusaha "menghadirkan" wajah-wajah orang terdekat saya. Saat mereka saya sebutkan dalam do'a, saya berharap Allah menggetarkan hati mereka, sehingga mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri, ada Allah yang menemani dan saya yang berusaha membantu mereka dengan do'a agar segala kesulitan mereka terselesaikan.
Setiap ada permasalahan dalam hari-hari saya, setiap itu pula "tambahan" do'a saya semakin banyak. Saya mengulang-ulang nya sampai saya rasakan kelegaan dalam hati saya. Memang tidak setiap permasalahan butuh jalan keluar secara logika, terkadang dengan menumpahkan nya dalam do'a, tangis bisa membuat semua masalah "lebur".
Tak perlu malu untuk berdo'a, karena Allah "suka" jika hambaNya bergantung padaNya. Tumpahkan segala keresahan hati hanya padaNya, buat saat berdo'a seperti kita sedang curhat dengan teman dekat, dengan pasangan atau bahkan seperti kita menulis diary. Moment berdo'a harus jadi saat dimana jiwa dan raga kita penuh kepasrahan di hadapanNya. Buang semua kesombongan, ego dan segala bentuk keduniawian yang kita punya. Ini waktu nya untuk kita dan Allah.....
Mari kita berdo'a...

Haruskah???

Siapapun pasti tak ingin miliknya di ambil orang lain, baik itu berupa barang apalagi pasangan hidup. Mengutip cerita seorang teman, dia sedang gusar karena apa yang menjadi miliknya (pasangan) sedang dalam "genggaman" orang lain. Lalu serta merta dengan penuh kemarahan nya dia lampiaskan segala rasa yang mengusik hati pada siapapun yang di temui nya, termasuk saya. Kami lalu berbincang singkat, dalam percakapan itulah dia mengatakan dengan gamblang segala keresahan hati nya.
Saya tidak memberinya banyak masukkan, tidak dalam porsi saya jika saya harus ikut masuk dalam urusan mereka. Bagi saya, dengan membuat teman saya ini lebih tenang saja sudah sangat baik untuk hubungan kami, kan dia jadi ga perlu uring-uringan lagi saat kita bersua.
Mendengar keluh kesah teman saya, membuat saya berfikir apakah bijak jika kita selalu menyalahkan orang lain saat kita sedang marah.... Memang, apa yang dialami teman saya bukanlah masalah yang mudah, tapi alangkah bijaksana nya jika kita kembali "menata" hati kita agar bisa lebih baik lagi. Jangan hanya menyalahkan orang lain, menghujatnya, membuat nya malu jika bertemu tapi jauh lebih bijak jika kita bisa menunjukkan diri kita lebih baik dengan begitu pasangan pun akan "kembali" pada kita dengan sendiri nya.
Betapa bodoh nya kita, membuang energi untuk hal yang membuat kita sendiri malu. Membuka aib keluarga pada orang lain dengan marah-marah pada orang sekitar. Cukuplah masalah yang kita punya menjadi "konsumsi" kita pribadi, bukan orang lain. Benahi diri, tata hati dan perbaiki segala bentuk komunikasi dengan pasangan. Insyaalah segala nya akan jauh lebih baik. amin

Selasa, 24 Mei 2011

Usia Pernikahan

Tahun ini pernikahan kami, insyaallah memasuki usia 5 tahun. Lengkap dengan 2 buah hati yang selalu menyemarakkan rumah kami. Tidak ada yang kurang, setidak nya bagi ku. Semua begitu "sempurna". Memang sebagai wanita rasa nya begitu naif kalo aku menganggap pernikahan kami ini selalu mulus, tak tersentuh masalah. Ada memang beberapa masalah yang sempat mampir, tapi sampai hari ini kami bisa bergandeng tangan melewati nya.
Beberapa orang bilang, usia 5tahun pernikahan termasuk usia rawan. Dimana suami sudah mulai membandingkan "masakan" dirumah dengan "masakan" luaran. Suami juga mulai pulang telat ke rumah dengan sejumlah alasan yang dulu tak pernah di utarakan sebelumnya. Lalu apakah perubahan itu hanya berlaku terhadap suami, tidak. Istripun mulai dengan kejenuhannya mengurus si buah hati, selalu duduk di rumah menghitung detik yang berlalu tanpa ada kegiatan yang signifikan. Kalo sudah begini, bagaimana nasib rumah tangga yang ada, haruskah mereka saling mendahulukan keinginan masing-masing untuk mendapatkan apa yang selama ini tidak di dapat nya??
Anak-anak bisa menjadi salah satu peredam keinginan yang ada. Saat suami tergoda dengan segala kesenangan di luar rumah, bukalah dompet dan liat foto-foto anak-anak di sana. Dengarkan celoteh ringan mereka lewat telpon. Tak mudah memang, apalagi jika hati benar-benar tergoda untuk mencari pelabuhan lain. Lalu, apa yang sanggup mengembalikan nya...
Percayakah, bahwa semua yang suami lakukan di luar rumah tak lepas dari ridho Istri, dan dari do'a Istri?? Semua yang suami dapatkan semata bukan karna hasil kerja keras nya, tapi karena kerelaan Istri yang selalu menautkan nama nya dalam do'a panjang. Apakah hal itu bisa suami dapatkan saat suami "sibuk" mengejar pelabuhan lain?? Apakah suami rela melepaskan nya demi kebahagiaan yang belum pasti untuk sebuah kerusakkan yang permanent??
Berapapun usia pernikahan kita, janganlah selalu melihat kemolekan fisik yang ada. Kalopun Istri tak lagi cantik seperti saat menikah dulu, lalu apakah suami juga tidak berubah... Menjadi keriput, gemuk dsb. Bawalah pernikahan yang ada tak hanya menjadi status di surat-surat legalitas, tapi di hati dan pikiran mu. Kembalilah ke rumah tidak hanya dengan lelah dan penatmu, tapi dengan cinta yang meluap yang siap kau bagikan untuk Istri dan anak-anakmu.

Berjuang

pohon uangMemang tidak ada yang kurang dalam kehidupan kami sekarang, alhamdullilah… Tapi aku juga tak ingin terlena dengan keadaan yang ada. Aku ingin menjadi lebih berarti karena mempunyai nilai lebih. Ga mudah memang, apalagi sekarang ijin untuk berkarya di luar rumah tak lagi ku dapatkan seiring dengan tumbuh nya anak-anak. Tapi aku tak kecil hati, mulai ku cari “kegiatan” lain yang takkan menyita banyak waktuku di luar. Duduk di rumah, membuka laptop dan BB sebagai teman setia walau mengurangi jam tidur siang karena memang hanya bisa ku kerjakan saat anak-anak terlelap, tapi aku fun.

Berjuang… Ya sekarang itu yang sedang aku lakukan. Mencari celah kesempatan, mencoba mengukur kemampuan diri dan terus bersabar. Orang bilang “kegiatan” yang aku lakukan sekarang tidak beda jauh dengan memancing. Aku sudah mengumpulkan kail, menebar umpan dan jala tinggal berdo’a dan bersabar agar ikan-ikan segera berdatangan masuk jala.

Bismillah… Semoga perjuangan ini tak hanya sampai disini. Aku ingin bisa mandiri walau suami mencukupi. amin