Selasa, 31 Januari 2012

Berapa Tahun....

Sudah berapa tahun usia pernikahan kita??!! 
Saya dan pasangan tahun ini memasuki usia pernikahan 6tahun, bilangan angka yang tidak sedikit dan bilangan waktu yang juga tidak sebentar. Tapi bukan itu yang hendak saya share dengan anda, melainkan berapa banyak sudah waktu berkualitas yang anda dan pasangan habiskan hanya untuk menikmati moment indah, berdua saja.
Bagi pasangan yang belum punya momongan tentu hal ini bukan lah hal yang sulit. Tapi tidak bagi saya dan pasangan. Waktu kami sangat "sempit" untuk bisa sekedar duduk berdua menikmati tontonan televisi, ya anak-anak banyak "menyita" waktu dan perhatian kami. Namun hal tersebut tidaklah lantas membuat kami menjadi pasangan pasif satu sama lain. Kami coba untuk tetap menghangatkan suasana dengan sekedar melempar "senyum nakal" saat makan malam atau candaan-candaan "halus" yang anak-anak tidak mengerti.
Jangan jadikan usia pernikahan yang terus bertambah membuat hubungan kita menjadi tua. Padahal, banyak hal indah yang bisa kita lakukan tanpa harus mengurangi waktu kebersamaan kita dengan anak-anak. Foto berdua saat sedang berwisata juga bisa menjadi moment pengikat kemesraan, jangan lupa dengan pose yang mesra tentu nya.
Jangan tanya berapa usia pernikahan oarang sekitar anda, tapi lihat lah kemesraan yang mereka tabur sehingga orang lain menjadi iri melihat nya.

Senin, 30 Januari 2012

Memilah Kasih Sayang

Sebagai Ibu rasanya tak mungkin kalo saya tak sayang pada anak-anak.
Tapi tak bisa di pugkiri, kadang muncul "sifat" memilah kasih sayang pada si sulung dan ade nya. Sejak kelahiran si kecil, memang saya akui saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan si kecil, selain ASI ekslusif bagi saya mempunyai anak laki-laki yang memang di tunggu kehadiran nya membuat saya bahagia "berlebihan". Sampai saya "melupakan" keberadaan si sulung.
Pada banyak kesempatan, si sulung lebih banyak main sendiri, tanpa mendapat perhatian dari saya. Kalopun saya menemaninya, mata saya tidak lepas dari si kecil atau gadget pribadi. Kesibukan pekerjaan rumah pun kadang membuat fisik saya lelah dan ogah-ogahan membagi waktu istirahat saya dengan menemani si sulung.
Tak jarang saya merindukan nya saat dia sekolah, mengamati foto nya sambil tertunduk sedih jika mengingat kekasaran saya memarahi nya tapi seketika rasa itu sirna jika kembali dia membuat "ulah".
Pagi ini pun begitu, si sulung berangkat sekolah dengan eyang nya karena saya marah besar saat mendapati nya menangis tanpa sebab saat saya menyuruhnya mandi. Padahal di malam sebelumnya, saya telah berkali berpesan, besok sudah waktu nya dia sekolah jangan rewel yang nanti nya membuat saya marah. Tapi rasa nya "peringatan" saya hanya lah kata-kata semata untuk nya, kembali dia mebuat "ulah",,, Ya Allah....
Berkali saya bertanya dalam hati, kenapa saya seolah tak memberinya "tempat" di hati saya. Kenapa saya seolah selalu menjadikan dia "tersangka" dari setiap kesalahan yang ada. Kenapa saya tak bisa sabar menghadapi nya dan ribuan kenapa lain nya bertebangan di otak saya...
Si sulung memang salah satu jembatan surga saya, jembatan untuk menggapai surga nya yang nyata. Tapi kenapa saya masih saja tidak bisa "berdamai" dengan nya??!!
Semoga Allah mengampuni saya...

Jumat, 20 Januari 2012

Luka Hati

Mengobati luka hati memang tidak lah perkara mudah...
Dari banyak kasus teman yang curhat pada saya, mereka membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan untuk menyembuhkan segores luka hati.
Bukan hany luka hati karena pasangan yang mencari kesejatian cinta lain, tapi luka hati "sederhana" karena salah nya kata yang terucap dari seseorang atau tingkah laku seseorang pun mampu membuat kita menghabiskan energi untuk melupakan nya.
Pasangan saya selalu bilang "Hidup ini bagaikan garam, sedangkan hati bagaikan air.. Jika kita meletakkan garam dalam segelas air maka air akan menjadi sangat asin karena jumlah air yang terbatas. Tapi coba kalo kita tabur garam di air sungai, maka garam akan terlebur dengan air lain nya".
Laki-laki memang selalu menggunakan nalar mereka sedangkan saya lebih "main" perasaan. Mereka seolah selalu menganggap hal-hal yang ada sebagai suatu hal yang biasa dan tak perlu selalu di ambil hati. Memang ada hikmah baik nya, saya jadi sering mendapatkan "pengertian" pasangan jika berbuat sedikit kesalahan, karna bagi nya ya itu tadi... Hati bagaikan air, luaskan hati mu maka kau akan mudah memaafkan.
Saya termasuk yang meletakkan hati saya pada segelas air...
Hati saya sering kali "sempit" untuk memaafkan orang lain, seringkali saya bisa kembali menangis tanpa sebab jelas hanya karena saya teringat beberapa kali saya tersakiti dan jika itu terjadi, maka saya akan menjadi "tertutup" pada siapapun kemudian jadi oarng yang tidak lagi percaya pada orang yang bertipe sama dengan si pelaku.
Beberapa kali saya bahkan harus menjaga jarak dengan teman hanya karena alasan tidak logis, ya karena menurut "kacamata" saya kata-kata meraka atau tingkah laku mereka menyakiti dan memojokkan saya. Saya akan betah berlama-lama "diam" pada orang tersebut, tanpa perduli akibat panjang nya.
Luka hati memang menguras emosi...
Sering kali membuat kita lupa banyak hal indah lain yang bisa kita lakukan dari sekedar menangisi luka yang mungkin sudah hampir kering, namun akhir nya "basah" kembali.

Selasa, 17 Januari 2012

Status

twitter

Berteman dengan banyak orang di socmed memang menyenangkan, tapi ada “batasan” yang juga perlu di lakukan. Kadang saat lagi buat status di socmed, kita ga sadar kata-kata yang kita tulis mungkin saja bisa mengganggu seseorang atau bahkan melukai nya. Saya termasuk yang paling risih membaca status teman yang isi nya terlalu “lebay” atau sarat dengan romansa kisah rumah tangga nya. Apa kita sebagai follower atau friend - nya sudah memenuhi standart kelayakan untuk tau apa yang terjadi di balik pintu rumah nya…..

Sampai dalam hati selalu bertanya, apa perlu saya removed saja teman yang selalu curhat ga penting diwall saya itu…

FB

Kita haruslah bijak memanfaatkan teknologi. Teknologi bisa menjadi salah satu agenda wajib kita jika kita mampu membuat nya menjadi bagian hidup kita dengan manfaat yang lebih baik, tapi kalo jusrtu kita membuat orang lain merasa terganggu buat apa kecanggihan teknologi?? Suami sejak dini juga sudah mengenalkan anak kami dengan kecanggihan teknologi, suami membuat anak-anak familiar dengan laptop, HP dan gadget lain nya. Tapi tetap dengan manfaat yang anak-anak perlukan yaitu belajar alfabet, game-game pendidikan atau menelpon saudara yang tinggal berjauhan dengan kami.