Kamis, 24 Mei 2012

This is me...

This is me guys...
Ini lah saya, teman yang punya segudang kekurangan...
Saya tidak bisa "berpura-pura" lembut sedang hati saya tidak menginginkan nya...
Saya terlahir dengan ke spontan-an saya dalam bersikap maupun bersuara...

This is me guys...
Ini lah saya yang kadang lugas dan tegas dalam berkomunikasi dengan kalian...
Saya tidak terbiasa memberikan senyum suka jika hati saya tidak demikian...
Saya juga tidak bisa menjadi teman yang "selalu" menyenangkan dengan selalu mengamini setiap tindakan kalian...

Teman...
Sedih saya membaca beberapa comment kalian di facebook maupun media lain tentang saya.
Saya memang manusia yang tidak lah sempurna, saya paham itu.
Berkali kali saya menghubungi kalian menanyakan tentang alasan kalian tidak memberi kabar pada saya, menanyakan kenapa semua hal "berubah" di antara kita.
Tapi kalian diam, berkilah semua baik - baik saja...

Teman...
Bukan air mata gurauan yang mengalir dari mata ini saat saya melihat foto kebersamaan kalian tanpa kehadiran saya. Belum lagi banyak janji yang kalian susun tanpa saya tau...
Saya sedih, marah sekaligus kecewa pada diri saya sendiri.
Kenapa saya tidak bisa menjadi orang yang menyenangkan untuk kalian, kenapa saya tidak dapat memberikan kalian kenyamanan, kenapa saya selalu menjadi "tertuduh" dan point kesalahan..

Teman...
Cukup saya tau sejauh mana "kualitas" pertemanan kita, cukup saya paham bagaimana yang nama nya teman sejati. Saya berusaha hadir dalam masa sulit kalian, juga masa bahagia kalian..
Tapi tak terhitung berapa banyak ketidak hadiran kalian dalam langkah saya.
Saya maklum, paham...

Teman...
Biarlah pertemanan ini "indah" dalam hiasan kaca, baik dalam pandangan mata...
Biarlah semua terlihat apa ada nya tanpa rekayasa, karna yang saya inginkan adalah tetap jadi teman kalian walau hanya teringat nama...

** Tertulis untuk semua teman yang telah "menghapus" keberadaan saya dalam kehidupan mereka**

Senin, 14 Mei 2012

Lempar Batu....

Lempar batu sembunyi tangan, tentu pribahasa ini sudah sering kita dengar kan...
Beberapa waktu lalu saya mengalami nya sendiri. Pertemanan ini bermula karena suami kami dekat di kantor, suami sering mengajak mereka jalan dengan keluarga kami. Mulai dari jalan santai sampai kegiatan keluarga lain nya seperti berenang atau tamasya. Semuala semua nya baik, sampai si istri "percaya" untuk curhat berbagai macam keluhan tentang suami nya. Lalu datanglah siang naas itu, tiba - tiba BBm saya masuk beberapa pesan sekaligus, dari si istri..
Tau - tau aja dia marah gitu, kata nya saya mebeberkan rahasia antara dia dan suami nya...
Saya yang ga paham tentang apa yang dia maksud langsung BBm dia, balik bertanya "permasalahan apa yang sebenar nya terjadi.."
Ga tau karena masih marah atau memang si istri termasuk pelaku lempar batu sembunyi tangan, BBm saya tidak di gubris nya, tidak kehabisan akal saya sms dia, saya telpon tapi tetap sama, tidak ada tanggapan positif dari nya.
Oke...
Permasalahan berlalu tanpa ada penyelesaian yang jelas, masalah ini menggantung.
Tiba-tiba, saya menerima lagi BBm dari dia, tentang hal yang lain.. Obrolan santai yang cuma tanya kabar soal anak-anak, oke lagi-lagi saya tanggapi dengan biasa dan baik. Tapi lagi-lagi hal itu terjadi, dia pasang status ga jelas di FB nya persis saat dia marah-marah dengan saya dulu. Jelas saja saya menegur nya, menanyakan apakah status yang dia maksud adalah saya, lagi-lagi saya berhadapan dengan pelaku lempar batu sembunyi tangan.... Dia diam, mengalihkan pembicaraan dan saya yang justru jadi tertuduh nya.
Oalah Gusti...
Capek ah menghadapi orang yang "bebel" kaya gitu...

Selasa, 08 Mei 2012

Bu Guru oh Bu Guru...

Sudah menjadi kewajiban saya mengantar jemput Pasya ke sekolah setiap hari nya, walaupun ada si "mbak" tapi tugas tersebut tidak pernah saya delegasikan pada nya, selama saya mampu saya ingin "eksis" di sekolah anak - anak. Awal nya semua berjalan baik, saya tidak mengalami kendala apapun bahkan bisa di bilang cukup akrab dengan para guru, namun beberapa hari terakhir saya baru menyadari bahwa saya "terjebak" dalam rutinitas sekolah yang ternyata membosankan.
Ehm.. Maap, bukan rutinitas antar jemput nya yang membosankan, tapi kebiasaan para guru yang suka memanggil kami orang tua murid untuk ngobrol seputar kegiatan anak di kelas. Memang, saya sebagai orang tua pasti ingin tau kemajuan anak saya di sekolah seperti apa, bagaimana dia bergaul, belajar dan banyak hal lain nya tapi kalo setiap antar jemput bu guru selalu siap di depan kelas "menanti" saya untuk ngobrol yang biasa nya selalu berujung dengan nasihat panjang lebar, lama- lama saya bosan juga.
Saya kok jadi merasa di "mata-matai" oleh mereka, sang pendidik. Ada saja terapan rumah yang saya berikan pada Pasya di kritik oleh mereka, belum lagi hal - hal kecil yang kadang tidak sejalan dengan system pendidikan yang mereka terapkan di sekolah saya lagi deh yang kena "getah nya" di ceramahi...
Saya lalu berfikir, jalinan orang tua - guru harus nya berjalan baik kan, walau memang pasti ada kendala di perjalanan nya. Tapi saya juga tidak ingin kalo apa yang sudah baik antara kami jadi tidak baik karena hal - hal sepele tadi. Saya berinisiatif "kabur" dari rutinitas itu. Bukan tidak lagi mengantar jemput Pasya, tapi lebih bijak mengatur waktu nya. Saya antar kan Pasya pagi sekali saat Bu Guru masih sibuk menata kelas, dengan begitu Bu Guru tidak punya kesempatan banyak karena waktu nya tidak tepat, saat jemput pun begitu, saya jemput Pasya saat siswa sudah mulai sepi jadi Bu Guru sudah "lelah" menunggu kedatangan saya, jangankan untuk ngobrol melihat saya saja hanya senyum dari jauh...
Cara saya berhasil, 2 minggu sudah saya "bebas" dari rutinitas yang ada, dan hubungan saya dan Bu Guru tetap baik (setidak nya itu yang terlihat). Saya tetap lah orang tua Pasya yang memegang penuh kendali apapun tentang Pasya, Bu Guru atau siapapun di luar lingkaran kami sebagai orang tua hanya lah second opinion saja, ga perlu memaksakan pendapat apalagi menceramahi, bukan baik hasil nya malah....

Potensi...

Saya percaya tiap anak terlahir dengan keistimewaan nya masing - masing. Begitu juga dengan anak - anak saya, Pasya dan El - Jundi. Dari usia 2 tahun, Pasya sudah kami tes sidik jari, tes yang sekarang sedang tren di kalangan pendidik. Tes yang bisa melihat lebih jelas bakat dan potensi anak sehingga orang tua bisa mengembangkan nya lebih baik. Dari tes tersebut, Pasya lebih dominan dengan Logika Matematika nya. Bisa di katakan dia suka sekali berhitung, dan cocok dengan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian angka.
Awal nya, kami tidak terlalu melihat hal tersebut dalam diri Pasya, maklum lah baru usia 2 tahun. Saat masuk Play Grup, kami mulai melihat potensi nya kearah sana. Pasya suka sekali menghapal angka dari pada huruf, Pasya suka menghitung apa saja benda yang dilihat nya walau masih hitungan sederhana. Potensi itu semakin terlihat sekarang, saat Pasya TK - A. Untuk menghitung tambahan ataupun kurangan, Pasya lebih mudah menangkap nya, tapi kalo soal belajar membaca... ehm, ini yang butuh kesabaran ekstra.
Disini lah saya "sadar" bahwa percuma saya memaksakan kehendak saya agar Pasya bisa membaca kalo dia tidak enjoy dalam belajarnya, walau memang hal tersebut penting tapi saya juga harus ingat bahwa ada hal penting lain yang hampir saja saya lupakan, yaitu potensi berhitung Pasya.
Dengan usia nya yang masih 4 tahun, berhitung nya sudah baik, menulis nya juga sudah mengalami banyak kemajuan. Ga salah kalo saya memberikan nya "rangsangan" bermain menulis atau pun membaca lewat angka. Cara jitu yang pasti Pasya suka dan tidak sadar kalo itu termasuk belajar membaca. Ya, saya mengajak nya menulis angka - angka, kemudian membaca nya huruf per huruf sampai Pasya paham, simple kan...
Tiap anak adalah istimewa, kita sebagai orang tua nya lah yang harus mampu melihat keistimewaan itu, jangan hanya terfokus pada kelemahan nya saja...