Rabu, 12 September 2007

Perkataan Ibu = DO'A

“Saya menjadi seorang wanita penghibur seperti sekarang ini tak lain karena do'a Ibu saya.” Ungkapan itu muncul dari seorang wanita yang sudah 11 tahun ini menjalani pekerjaan sebagai pemuas syahwat para lelaki hidung belang. Dahi saya langsung berkerut mendengar pengakuan polos wanita itu.
“Maksudnya apa ya mbak...Kok apa yang terjadi sama mbak sekarang ini atas do'a Ibu Mbak??!!” Tanya saya menyelidik padanya. Saya memang sangat penasaran dengan pernyataan wanita itu, bagaimana tidak. Pekerjaannya yang sekarang adalah hasil do'a dari seorang wanita yang selama 9 bulan bersusah payah mengadungnya, dan merawatnya sampai lepas dewasa. Apakah hal itu mungkin??!! padahal setahu saya, seorang Ibu yang tak akan pernah tega melihat anaknya menderita, bahkan melihat anaknya sedih saja pastilah seorang Ibu akan menjerit kesedihan pula.
“Sedari kecil Ibu selalu menghujani pikiran dan hati saya dengan kata – kata yang selalu saya tanam dalam otak saya sampai sekarang” Wanita itu mulai bercerita, menjawab pertanyaan saya yang mungkin terdengar aneh di telinganya.
“Ibu mungkin menganggap saya sebagai satu – satunya anak beliau yang merupakan aib keluarga. Ibu tak pernah sekalipun bangga terhadap apapun yang saya lakukan. Dari mulai prestasi sekolah, pergaulan, sampai tingkah laku saya di rumah, selalu salah dimata Ibu” Wanita itu bercerita sambil matanya menerawang jauh ke langit, menebar kesedihan yang selama ini dia pendam seorang diri.
“Ibu tak pernah setuju atas apapun pendapat yang saya lontarkan pada beliau. Bagi beliau, mendengarkan saya berbicara tak lain hanyalah sebuah kewajiban saja, bukanlah sebagai sebuah kasih sayang Ibu kepada anaknya. Saya juga tak pernah mendapatkan perlakuan sama dengan adik – adik saya yang lain. Itulah yang membuat saya selalu lari dari rumah tanpa perduli apakah saya akan mati di jalan. Ibu juga selalu menhujani saya dengan kata – kata yang pedas ditelinga. Kata – kata yang sebenarnya tak pantas diucapkan seorang wanita mulia. Wanita yang selama 9 bulan berpeluh mendekap saya dalam rahimnya. Wanita yang bertaruh nyawa untuk membuat saya melihat indahnya dunia. Ya, wanita yang menurut Rasul tempatnya jauh lebih mulia dari seorang laki – laki yang sering kita panggil dengan sebutan Ayah.” wanita itu mengakhiri ceritanya dengan air mata yang meleleh deras dari setiap sudut matanya.
Ya, sekarang saya mengerti mengapa dia mengatakan kalo apa yang terjadi padanya sekarang adalah hasil do'a dari wanita yang selama ini dihormatinya, wanita yang selama ini di panggilnya dengan panggilan Ibu. Kata – kata apapun yang keluar dari seorang Ibu adalah sebuah DO'A untuk anak – anak dan keluarganya. Tidak hanya perkataan Baik, perkataan Burukpun akan berdampak pada si anak. Apakah layak seorang Ibu memberikan perkataan tidak baik pada buah hatinya, perkataan yang akan membuat si anak menjadi jatuh dalam keburukan??!!
Saya langsung beristigfar sambil mengelus perut saya yang tengah membuncit. Sambil menghela nafas dalam saya berdo'a “ Ya Allah, jadikanlah anak – anakku anak yang shaleh/shalehah. Dan jangan kau jadikan aku Orang Tua yang justru menjadikan keburukan untuk anak – anakku.” Semoga cerita dari wanita yang tak mungkin saya sebutkan identitas dirinya itu dapat menjadikan kita menjadi calon Orang Tua atau Orang Tua yang lebih baik lagi.

Kemana Perginya Pemahaman Itu??!!

Saya banyak belajar dari peristiwa yang terjadi pada orang – orang terdekat saya. Peristiwa yang banyak mengajarkan saya tentang banyak hal, terutama makna menghargai kerja keras orang lain. Ada satu peristiwa yang selalu membuat saya berfikir, apakah benar yang kita lakukan didunia ini sudah benar..
Peristiwa ini menggambarkan tentang seorang yang menurut saya sangat paham dan benar dalam penerapan ilmu – ilmu agamanya, tapi entah mengapa banyak sekali “complain” dari orang – orang terdekatnya tentang hal – hal yang justru terkesan sangat “terdzolimi” oleh sikap – sikap orang tersebut. Bagaimana tidak, salah satu contoh, sebagai seorang pengusaha yang bisa dibilang sukses dibidangnya (walaupun baru usaha rumahan), tidaklah sepantasnya dia melalaikan pembayaran upah pegawainya. Tapi pada kenyataannya tak hanya satu dua orang pegawainya yang “complain” dengan sistem penggajian yang di terapkan dalam perusahaannya itu. Bahkan ada seorang pegawainya yang seumur hidupnya bekerja sebagai karyawan, tapi tak sepeser uangpun yang dia dapatkan. Memang si pengusaha memberikan rumah untuknya berteduh, tapi bukan sebuah rumah pribadi khusus untuknya, melainkan rumah si pengusaha yang dipakai untuk tinggal bersama dengan karyawan lainnya. Begitu juga soal makan, tak pernah karyawan itu mendapatkan uang makan yang merupakan haknya, tapi dia makan juga di rumah yang merupakan rumah si pengusaha. Satu hal yang membuat saya tidak mengerti adalah bagaimana mungkin seorang yang mengerti agama, bahkan sering memberikan ceramah agama untuk orang lain bisa berbuat demikian terhadap orang terdekatnya. Sungguh sangat ironis. Itulah sekelumit cerita tentang sekitar kita yang kadang sering kita temui. Orang yang kita anggap benar pemahamannya, malah banyak membuat kita berfikir, kemana sebenarnya perginya pemahaman itu??!!

Senin, 10 September 2007

Lelaki Hidung Belang

Pastinya judul BLOG saya kali ini membuat dahi berkerut, atau mata terbelalak. Tapi memang judul itulah yang menurut saya sangat cocok dengan isi BLOG saya kali ini. Terinspirasi dari sinetron religi yang saya tonton tadi pagi di TV, saya tergelitik untuk menulisnya dalam BLOG ini, menurut versi saya tentunya.
Dalam sinetron tersebut memang menggambarkan secara jelas kehidupan seorang PSK (Pekerja Seks Komersial) sehari-hari. Bagaimana mereka memulai hari sampai bagaimana mereka meratapi dosa yang selama ini menggelayuti hidup mereka. Tapi di BLOG ini bukan itu yang ingin saya tulis, melainkan tentang bagaimana perlakuan lingkungan terhadap mereka.
Di sinetron tersebut, jelas tergambar kalo limgkungan sekitar sangat membenci dan mencibir pekerjaan mereka. Saya tidak menyalahkan perlakuan mereka, tapi saya sangat tidak bisa menerima saat perlakuan buruk itu justru datang dari orang yang sebenarnya malah menjadi penggemar mereka. Para lelaki hidung belang yang setiap malam tanpa ragu duduk bersama mereka. Para lelaki itu seolah tak pernah perduli dengan status mereka. Padahal mereka banyak yang telah mempunyai istri dan anak, bahkan terkadang tak hanya satu istri. Lalu apa yang mereka cari sebenarnya ditempat itu. Bukankah dirumah mereka telah memiliki semuanya??!!
Tapi setelah para lelaki itu keluar dari sarang kenikmatan sesaat itu, mereka serasa lupa dengan kelakuan mereka didalam tadi. Mereka langsung membuang topeng diwajah mereka, seolah mereka tak mau kalo ada orang lain yang mengenali dan mengetahui perbuatan mereka. Apalagi saat mereka berada dirumah, mereka berbuat seolah mereka adalah para malaikat yang bersih hati dan kelakuannya. Mereka juga tanpa ragu mengomentari tentang banyaknya tontonan yang menggambarkan betapa tidak setianya para suami – suami diluar sana. Mereka tak sadar, bahwa mereka juga salah satu diantaranya.
Mereka juga memandang sinis ke arah para wanita yang berada di pinggir jalan, diwarung remang – remang, diskotik dan cafe – cafe. Padahal itu adalah tempat favorit mereka menghabiskan malam. Itulah gambaran manusia yang sebenarnya. Kadang kita lupa bahwa yang kita komentari adalah hal yang mungkin pernah kita lakukan sebelumnya. Sekarang waktunya kita belajar untuk melihat kedalam sebelum kita melihat jauh keluar. Jangan mendidik diri kita menjadi manusia yang selalu sibuk melihat pada kesalahan orang lain, sedangkan kesalahan kita tertinggal jauh dibelakang.

Rabu, 05 September 2007

1Tahun Kebersamaan Kita

Tak terasa 1 Tahun sudah kita lalui bahtera rumah tangga ini. Tak hanya suka yang kita reguk, tapi juga duka dan lara. Memang bukan hal yang mudah untuk selalu menemanimu dalam kebersamaan ini, tapi cinta dan sayangku memanduku untuk selalu setia menemanimu. Sebagai Istri mungkin aku belumlah sempurna, namun dengan kasih sayangmu, kau dengan telaten mengajari aku untuk dapat selalu memahamimu. Setiap hari bersamamu, aku belajar hal baru dalam hidupku. Belajar untuk memahamimu, mencintaimu, dan selalu setia disampingmu. Aku mencintaimu, dulu, sekarang, nanti dan selamanya....
Sebulan lagi genap sudah kebahagiaan kita, dengan hadirnya buah cinta kita. Bayi mungil yang selama ini kita tunggu kahadirannya. Semoga dengan lahirnya simungil, semakin mempererat cinta kita, dan menjadikan kita sebagai pasangan yang jauh lebih baik lagi.amin.
Selamat hari pernikahan, suamiku...Aku bahagia Allah menjadikan kau sebagai belahan hatiku.