Sabtu, 30 Mei 2009

Parno....

Selama saya kerja di kantor saya yang sekarang, banyak hal yang menurut saya (juga teman-teman lainnya) menunjukkan banyak kejanggalan. Bagaimana tidak, semua lini bersandar hanya pada 1 keputusan, yaitu keputusan Boss. Memang, apapun yang kita lakukan pasti keputusan Boss lah yang menentukkan, tapi di kantor saya hal tersebut sangat tidak bisa di tolerir. Hampir semua hal harus di diskusikan sama Boss, walaupun hanya sekedar memberikan data sepele ke customer. Seperti halnya kemarin, saat teman saya, bagian Accounting mendapat telp dari kantor pajak. Boss bertanya dari A-Z, seperti kita itu tertuduh atau penjahat. Padahal kantor pajak hanya ingin minta kelengkapan data perusahaan saja, ga lebih. Tapi rasanya Boss begitu parno, sampai ga percaya dengan keterangan yang di sampaikan teman saya.
Saya di panggil masuk keruangannya, di introgasi mengenai telpon tersebut, maklum teman saya itu pegawai baru, tepatnya bulan Januari kemarin dia bergabung di kantor. Boss seolah ingin mencari second opinion mngenai telpon itu, tapi aku ga mau memberikan keterangan apapun . Aku ga mau nantinya keterangan aku justru menambah ke parno-an si Boss.
Ujung punya ujung, Boss diskusi sama teman aku, yang akhirnya di putuskan data tersebu boleh untuk di berikan ke kantor pajak. Ya ampun...hanya hal sepele gitu aja, rasanya kaya memutuskan 1 masalah yang besar, yang menyangkut kehidupan orang banyak. Orang kok parno banget, sampai ga percaya sama orang lain.

Rabu, 27 Mei 2009

"Merayu" Allah...

Sekarang ini saya sedang dalam masa "merayu" Allah. "merayu" untuk mendapatkan apa yang saya mau, yang saya yakin hanya Allah lah yang bisa memberikannya. Saya mencoba intropeksi diri, atas apa yang saya lakukan selama ini, mungkin masih sangat jauh dari apa yang seharusnya saya lakukan sebagai manusia. Saya masih mementingkan ego saya di atas kepentingan anak dan suami saya, saya juga masih "jauh" dari Allah. Bagi saya, rasanya mustahil untuk Allah mengabulkan so'a saya. Namun, entah dapat kekuatan dari mana, saya seolah semangat untuk "merayu" Allah agar Dia mau mendengar do'a saya, atau bahkan yang lebih nyata adalah dengan mengabulkannya. 
Saya tau, Allah sayang kepada saya...Allah juga ga akan pernah mendzalimi hambanya. Keyakinan saya itu, di amini oleh suami. Bahwa ga ada yang ga mungkin bagi Allah. Allah maha tau segala kebutuhan hambanya, jauh sebelum hambanya meminta. Sekarang hanya masalah waktu, dan kegigihan kita "merayu" Allah. Seperti halnya Pasya, saat dia ingin sesuatu, pastilah dia langsung merengek dan "merayu" saya dengan tangisannya. Segala hal dia lakukan, dari mulai menarik tangan saya, memanggil nama saya, sampai berteriak memaksa jika perlu. 
Itulah yang saat ini saya lakukan terhadap Allah. Saya berusaha "menarik" perhatian Allah dengan segala perbuatan saya (tentunya saya berusaha sebaik mungkin), saya juga "merengek" dalam setiap do'a saya, tak lupa saya "merayu"Nya dengan tangisan saya yang pilu. Kalo sudah begitu saya yakin Allah akan mendengar do'a saya. Kalaupun sampai saat ini belumlah terkabul, tentu Allah sedang menguji kesabaran dan kesungguhan saya dalam meminta, bukankah saat Pasya meminta sesuatu juga tak lantas serta merta saya kabulkan....
Saya selalu berharap, masa indah itu tiba. Dimana Allah mengabulkan do'a saya, dan menjadikan segalanya menjadi jauh lebih baik lagi. amin.

Sabtu, 23 Mei 2009

Restu Orang Tua...

Seberapa pentingnya seh peran Orang Tua dalam setiap langkah yang kita lakukan. Tentu kita tidak bisa memungkiri bahwa keberadaan kita sekarang pun adalah karena Orang Tua jua. Dari mulai di dalam kandungan Orang Tua telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Mereka menjadi sebuah tonggak kehidupan kita. Orang Tua yang memberikan "separuh nafasnya" untuk kehidupan kita, mereka jua yang memberikan "sebelah nyawanya" untuk kehidupan kita. Mereka yang rela bertaruh apapun yang mereka miliki hanya untuk kita, termasuk nyawanya sekalipun. 
Seorang teman bercerita kepada saya, bahwa dia terjepit keadaan dimana dia menghadapi di lema dengan Orang Tuanya. Dia telah menjalin kedekatan dengan seorang pria, namun entah karena alasan apa, Orang Tuanya tidak memberikan celah untuk hubungan itu. Lalu dia bertanya, haruskah dia "lari" dari Orang Tuanya, demi mengejar cintanya...atau haruskah dia "setia" mengabdi pada Orang Tuanya yang telah membesarkannya??!!
Saya diam..terpaku dalam pertanyaan yang sama sebagai seorang anak. Sebagai seorang anak yang juga memiliki cinta, tentu saya akan berusaha menggapai cinta saya, saya akan memperjuangkannya sampai saya benar-benar tidak dapat lagi untuk itu. Tapi naluri saya sebagai Orang Tua juga tak bisa berhenti berfikir, saya membayangkan hal itu terjadi pada Pasya kecilku kelak (jangan sampai ya Allah!!!...). Tentu saya sebagai Orang Tua akan sangat terluka dan kecewa kalo buah hati saya memilih jalan "lari" hanya demi kepuasannya. Saya lalu memberikan gambaran pada teman saya, bahwa sebagai anak kita hanya terbebani tanggung jawab atas diri kita sendiri, tapi setelah kita "naik kelas" 1 tingkat dari status kita sebagai anak, yaitu sebagai Orang Tua, maka tanggung jawab kita pun "naik kelas" 1 tingkat. Kita juga punya tanggung jawab terhadap keluarga kita, terutama anak-anak kita. Kita tak hanya bertanggung jawab terhadap kebutuhan fisik mereka, namun juga kebutuhan batiniah mereka. Salah satu nya seperti kasus di atas. Kalo anak-anak kita menghadapi kasus diatas, maka kita sebagai Orang Tua lah yang nantinya akan menjadi "tumbal" tanggung jawab atas apapun keputusan yang anak-anak kita ambil. Maka itu, jadilah anak yang bijak dalam mengambil setiap keputusan dalam hidup kita, terutama keputusan yang sangat besar, yang nantinya akan "menyeret" Orang Tua kita ke dalam pertanggung jawaban di kemudian hari. 

Rabu, 06 Mei 2009

Kami Cuma "Sapi Perahan"


Semua pasti tau kan, hewan yang namanya Sapi. Hewan yang warna tubuhnya di dominasi dengan warna putih, dan menghasilkan susu tentunya. Tapi aku bukan lagi ingin membahas Sapi yang sesungguhnya, melainkan "Sapi" dalam lingkaran yang lain. Kerja kami disini, ga lebih baik dari seekor Sapi Perahan. Setiap hari kami di paksa kerja mati - matian, loyal, dan banyak syarat lainnya. Tapi tak satupun "keistimewaan" yang kami dapatkan. Bahkan sebuah penghargaan dengan ucapan Terima kasih saja ga pernah kami dapatkan...
Semua ke-BT an aku memncak kemarin, saat Big Boss dengan tanpa tendeng aling - aling dan malu - malu menuduh aku memakai uang kantor. Alasannya sepele, karena dia merasa meninggalkan uang kas banyak saat keluar negeri, tapi uang itu sekarang habis, padahal menurut dia ga ada staff yang keluar, juga ga ada barang yang perlu di beli. Aku di panggil ke ruangannya, di sidang dengan sejuta pertanyaan yang menusuk. Aku ga jawab apa - apa, ga membela diri, ga juga menyangkal. Aku ga pengen menimbulkan kesan bahwa aku membela diri. Biar aja Allah yang menjawab semuanya.
Allah menjawab do'a ku. Ga lama, dia sadar bahwa hitungan dia salah, bahwa pengeluaran sesuai dengan uang yang dia kasih. Ya ampun, tapi setelah kejadian itu pun, dia ga minta maaf. Hanya membisik pelan " ternyata pengeluaran kita banyak ya..." Gubrak!!!!
Ya Allah...
Hanya Engkaulah yang menggenggam jiwa - jiwa ini, hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui segala yang ada di bumi dan di langit. Biarlah hanya Engkaulah yang tahu apa yang terjadi, semoga semuanya menjadi pintu pembuka Rezeki untuk aku, jadi aku ga perlu kerja lagi di tempat ini, dengan Boss yang seperti dia. amin

Minggu, 03 Mei 2009

Boss Pulang...

1 minggu yang lalu Boss keluar negeri. Katanya seh untuk urusan kerjaan, tapi selebihnya ga tau deh... Maklum aja, namanya juga Boss kan, banyak uang, selain kerja bisa mampir sana - sini. Aku dan teman - teman kantor lainnya ga masalah dengan hal itu, bagi kami, kami bisa "bernafas" lega untuk 1 minggu saja, sudah sangat bersyukur....
1 minggu tanpa Boss ternyata bukanlah hal yang sepenuhnya menyenangkan. Bagaimana ga, Boss emang pergi, tapi Nyonya Boss tetep nongkrongin kantor, wal hasil "project" seneng - seneng yang kami rencanakan GATOT alias Gagal Total deh. Nyonya Boss ternyata ga kalah ribetnya dari pada Boss. Datang tiba - tiba ke ruangan, kasih kerjaan ini itu, yang kadang kerjaan itu sebenernya adalah kerjaan dia. Kalo ga gitu, telpon orang hanya untuk tanya hal - hal yang ga penting gitu...Ampun deh. 
Selasa ini Boss balik, ya Ampun. Ga terasa ya.... Kebebasan yang cuma sebentar itu sebentar lagi akan sirna. BT banget deh...