Minggu, 29 Maret 2009

Orang Terkasih

Semalam saya nonton berita tentang musibah Situ Gintung bersama Pasya. Memang kejadiannya sudah 2hr yang lalu, tapi saya semalam kembali menontonnya, dan kali ini berdua dengan Pasya. Saya menunjukkan kepada Pasya bahwa ada dede bayi yang hilang, belum bertemu mamanya. Juga kakak yang menangis mencari mamanya. Dengan wajahnya yang polos, walau aku tau dia pasti belum mengerti yang aku bicarakan, tapi matanya tajam menatap kearah TV, seolah dia juga berempati dengan kejadian yang sedang terjadi. Pasya memang suka sekali melihat gambar dede bayi, atau kakak yang usianya tidak terlalu jauh dari dia. Kali ini Pasya melihat dede bayi dan kakak dalam situasi yang berbeda.
Bayi-bayi kehilangan kesempatan mereka untuk menatap masa depan, kesempatan untuk merajut kebersamaan dengan orang tua mereka. Saya ga tau bagaimana saya harus menjelaskan pada Pasya apa yang terjadi pada dunia akhir-akhir ini. Dimana dunia tak lagi bersahabat, bumi tak lagi aman untuk kita. Memang semuanya kembali kepada kita, kitalah penyumbang terbanyak segala kerusakan dan bencana yang terjadi sekarang ini. Lalu bagaimana saya menjelaskannya pada Pasya...Anak-anak tak berdosa itu terdiam kaku di tumpukkan puing-puing, bahkan tak sedikit mereka yang di temukan terongok di atas sampah-sampah, sungguh mengerikan pemandangan yang terpampang di TV. Saya menatap Pasya yang kali ini sedang asyik menikmati sebotol susu hangatnya, ya sebotol susu yang sekarang tak lagi bisa di nikmati oleh anak-anak itu. Saya memeluknya dan menciumi wajah mungilnya, sambil berbisik "Bunda sayang Pasya..." seolah mengerti, Pasya juga menciumi pipi saya. Ah betapa sejuk hati ini. Saya tak sanggup membayangkan kebahagiaan ini akan "hilang", seperti pemandangan di TV. Saya selalu berdo'a..."bahagiakan orang-orang terkasih saya Allah, karena saya tak akan sanggup kehilangan mereka."

Rabu, 25 Maret 2009

Kamu Masih Terlalu Kecil

Kemaren aku jalan sama Pasya di Ruko dekat rumah. Ga di sangka dia mau jalan sendiri, padahal biasanya dia paling susah untuk jalan sendiri, maunya gendong. Aku seneng banget liat dia jalan sendiri tanpa aku gandeng, jalan dengan "Percaya Diri" nya di tengah lalu lalang orang banyak. Lucu juga ya ngeliat dia jalan dengan sepatu kecilnya, bunyi juga gitu...cit,cit,cit. Ga terasa waktu berlalu begitu cepat, rasanya baru kemaren aku duduk bersanding sama Ayahnya di pelaminan, eh sekarang bidadari cantikku sudah sebesar itu. Ya bulan ini Pasya kecilku sudah 1.5thn...sudah pintar jalan, ngocehnya juga tambah banyak dan lucu banget. Rasanya lama-lama di kantor udah ga nyaman lagi pengen cepet-cepet pulang aja. Melihatnya berada di tengah orang dewasa, membuat aku khawatir. Ternyata dia masih terlalu kecil untuk bisa sejajar dengan orang dewasa. Banyak orang dewasa yang terkadang minggir melihatnya jalan, mungkin karena takut nabrak Pasya. Nak, Bunda khawatir banget sama kamu. Berada di tengah orang dewasa sekarang ga seaman dulu. Banyak mata-mata tajam dan nakal yang kadang menatap tubuh mungilmu...Bunda takut dan ngeri membayangkannya.Nak, dunia ini sekarang ga lagi ramah. Banyak tangan-tangan jail yang ingin menjamahmu. Ya allah tolong lindungi Bidadari kecilku...

Minggu, 22 Maret 2009

Diam

Pernahkah kita menyempatkan diri kita untuk sejenak diam. Banyak rutinitas yang kita lakukan, juga banyak waktu yang kita habiskan setiap harinya. Tapi, pernahkah kita berfikir untuk sejenak diam, mendengarkan "suara" alam yang menyeru pada kita. Hari ini saya menerapkan hal itu. Saya mencoba untuk diam sejenak saat Pasya mencoba menarik perhatian saya. Seharian ini memang dia terlihat cengeng, lebih dari biasanya. Mungkin hal itu wajar, melihat kenyataan yang terjadi, bahwa setiap harinya saya selalu meninggalkannya untuk sibuk berkutat dengan rutinitas kantor. Hari ini saya mencoba cuek dengan ulah Pasya yang tidak henti-hentinya mencoba "mencuri" perhatian saya. Dari mulai merengek minta susu, menangis minta naik sepeda, sampai nangis untuk hal yang saya sendiri ga mengerti tujuannya untuk apa. Awalnya memang saya memberikan apa yang dia minta, tapi lama-lama yang dimintanya semakin "aneh-aneh" dan membuat saya menjadi "gemes" juga dengan polahnya. Saya lalu menggunakan aksi diam. Ya diam tanpa kata yang keluar, tidak marah, ngomel ataupun tersenyum. Hanya diam tanpa kata-kata. Awalnya dia masih merengek meminta perhatian saya. Tapi tak lama kemudian, dia diam...Diam sendiri dan mengambil botol susunya lalu tidur. Saya sempat bingung, tidak menyangka cara yang saya gunakan berhasil juga. Ternyata kadang kita hanya butuh reaksi diam untuk menyelesaikan masalah yang kita alami. Lalu kenapa kita harus menghabiskan energi kita untuk marah-marah, bukankah...diam lebih indah.

Sabtu, 21 Maret 2009

Pemilu...


Ga terasa bentar lagi Pemilu... Kurang lebih 2 minggu lagi ya kita sambut hari yang biasa di sebut Pesta Demokrasi. Aku kadang pesimis dengan keadaan yang ada sekarang. Mungkinkah nantinya semuanya akan berubah menjadi lebih baik lagi... Apa mungkin??!!
Banyaknya kejahatan yang ada sekarang, membuat aku semakin miris. Aku seorang Ibu bekerja, hampir setiap hari aku "meninggalkan" buah hatiku di rumah sendiri. Ya walaupun tetap dalam pengawasan Eyangnya, tapi tetap saja aku tidak tenang karena keadaan sekarang yang kurang bersahabat. Tapi aku tidak melihat perubahan yang di buat oleh Pemerintah. Apa sih yang sekarang mereka lakukan.. Kejahatan makin merajalela, bahkan sekarang para penjahat semakin "berani" melakukannya di depan umum.
Sekarang, apa yang harus kita harapkan dari Pesta Demokrasi yang sebentar lagi akan kita jelang??!! Lalu apa yang harus kita benahi sekarang, Pemimpinnya kah, atau sistemnya??!! Mari kita pakai hati kita untuk melihat lebih jauh lagi, mana yang baik untuk kita. Mana yang dapat memberikan kita perubahan yang lebih "sehat" lagi....