Jumat, 28 Februari 2014

Santai

Dengan bermacam kebaikan Allah yang kami rasakan sekarang, kadang terbersit dalam benak saya ....
"Apakah ini bentuk kasih sayang Allah... atao justru bentuk ujian?!?"
Layak nya kita tau, bentuk ujian tidak selalu dalam kasat mata kesulitan, melainkan juga kenyamanan.
Saya kembali intropeksi diri dengan keadaan kami sekarang, serta flash back dengan kondisi sebelum nya. Memang banyak kemudahan yang Allah beri pada kami, bahkan Allah cenderung terlalu sayang pada kami.
Tapi saya tidak ingin terlena dengan semua ini. Pelan tapi pasti saya mencoba membuat Allah semakin sayang. Saya mencoba merayu Allah. Dengan hal2 simple yang saya bisa.
Saya berusaha membahagiakan orang sekitar, berbagi sebisa saya. San terutama memuliakan guru dan orang tua. Bukankah guru juga "orang tua" kita saat kita menimba ilmu .... Memuliakan guru apalagi guru shaleh shalehah akan membuat do'a nya mengalir menembus langit. Insyaallah...
Berbagi dengan siapapun di mana pun saya berada. Tak hanya lewat media komersil, tapi juga lewat hadiah2 manis untuk ponakan2. Simple tapi membuat bahagia kenapa tidak...
Semoga usaha saya ini membuat Allah semakin sayang, dan menjadikan semua kemudahan dan kebaikan yang kami rasakan selama ini sebagai hadiah kenikmatan, bukan ujian. Amin ....

Kekurangan

Semalam saya bercerita pada si sulung mengenai kekurangan manusia. Saya bercerita bahwa setiap manusia pasti punya kekurangan, tidak mungkin ada yang sempurna.
Saya memberi contoh sederhana pada diri saya, contoh yang lekat sekali pada keseharian nya.
Saya bilang "kak, bunda tidak bisa masak... tapi kakak bisa makan makanan apapun yang kakak mau. Tau kenapa?!?" Pasya menggeleng.
Saya lanjut cerita ...
"Karna walau tidak bisa memasak, bunda bisa menutupi kekurangan bunda dengan berusaha memenuhi kebutuhan pasya. Dengan cara apa .. ya beli makanan yang pasya mau. Sekarang, banyak orang bisa memasak, tapi mereka kadang tidak mampu membeli bahan masakan yang di perlukan.. nah kalo udh gitu, percuma kan bisa memasak..." saya tatap mata pasya dalam.
Pasya lalu tersenyum dan bilang ...
" Iya, bunda ga bisa masak, tapi punya uang buat beli. Kalo yg lain bisa masak tapi ga bisa belanja.. percuma y bun ...."
Saya tersenyum mantap ...
"Yup.. kekurangan bunda dalam hal masak ga menjadikan bunda diam lalu pasya ga makan apa2 kan.. bunda berusaha agar pasya tetep bisa makan apapun walau bunda ga bisa masak." Saya lanjut..
"Pasya ga usah kecil hati dengan kekurangan.. tonjolkan kelebihan pasya. Fokus sama kelebihan ... nanti kekurangan akan hilang sendiri"
Percakapan malam itu saya tutup dengan senyum bahagia di wajah pasya. Pasya yang kadang mengalami ejekan dari teman2 nya karna masih suka ngambek, BT di kelas sekarang mencoba meyakinkan diri nya sendiri bahwa di setiap kekurangan yang dia punya, ada kelebihan yang menyertai nya...

Kamis, 27 Februari 2014

Tetep Bangga

Ga perduli ya apa kata orang soal anak2 saya, jauh di lubuk hati saya tetep bangga sama mereka.
Membesarkan anak2 dengan tangan saya sendiri tanpa di dampingi baby sitter sejak mereka lahir, hingga kini bukan lah hal mudah. Maka saya patut "sombong" kan ...
Tidak mudah memang, tapi saya mampu menjalani sampe saat ini. Kerja keras pasti, terutama saat badan saya sedang ingin rebahan sedang anak2 ingin sebalik nya, yaitu bermain. Tapi ... kasih sayang mereka begitu lekat saya rasakan saat mereka bergantung pada saya. Betapa mereka selalu ingin merasakan kedekatan dengan saya.
Buat sebagian orang, anak2 saya kata nya kurus, bahkan ada yg memvonis kurang gizi..
Is it true ...
Saya ga tau, karna saya bukan ahli gizi. Kemampuan saya sebagai ibu hanyalah mengandalkan naluri keibuan saya. Memberi anak2 makanan "terbaik" menurut saya. Terlepas dari tepat ato tidak nya soal gizi. Siapa sih ibu yang mau mencelakakan anak2 nya?! Tiap ibu pasti akan memberikan yang terbaik ...
Buat saya, apa yang saya lakukan sekarang walau jauh dati kesempurnaan seorang ibu yang berhati lembut, bertutur kata menawan dan bersikap anggun ... saya adalah ibu yang tidak bisa melihat anak2 jauh dari saya, tidak tenang jika mereka gelisah dan paling sedih jika mereka sakit.
Bagi saya menjadi ibu adalah moment yang tidak semua orang mampu mendapatkan nya, maka saat saya bisa berkesempatan melakukan nya kenapa saya tidak lakukan secara maksimal?!?
Lelah, capek, marah, bosan ... semua akan "terbayar" dengan melihat mereka tumbuh menjadi pribadi yang mencintai ibu mereka dengan tulus, karna setiap detik tak akan kembali ....

Selasa, 18 Februari 2014

Do'a

Membaca artikel tentang orang2 shaleh dan cerdas, beberapa di antara nya tumbuh karna do'a sang ibu. Ya banyak orang percaya do'a ibu kemujaraban nya melebihi obat apapun di dunia ini. Insyaallah ...
Saya belajar merubah kepenatan saya pada anak2 dengan do'a. Seperti sekarang saat si kecil sakit, sering kali saya bisikkan di telinga nya, "ga pa2 nak kamu sekarang membuat bunda susah, besok besar kamu yang rawat bunda ya... jadi anak kebanggaan" itu contoh salah satu nya di antara banyak do'a lain.
Si kakak pun begitu, saat sakit begini saya sering bilang "kak, kalo besar gantian ya rawat bunda anak shalehah ..." .
Tidak di pungkiri merawat anak2 saat sedang sehat saja kadang menguras tenaga sekaligus emosi, apalagi anak2 yang sedang di uji dengan sakit. Berkali2 naik pitam, menarik urat syaraf sampai harus teriak2 saat sudah sangat penat.
Lelah ...
Cuma do'a yang bisa saya bisikkan di telinga mereka, agar kelelahan saya hari ini kelak membekas di hati mereka dan membuat mereka menyayangi saya lebih dari apapun. Amin

Minggu, 16 Februari 2014

Sakit

Saat anak sakit tidak hanya anak yang sedang di uji Allah ketahanan fisik nya. Kita sebagai orang tua juga di uji. Di uji kesabaran nya dalam merawat mereka, di uji pengetahuan kita bagaimana menangani anak sakit sesuai dengan kebutuhan mereka juga di uji keuangan kita karna sakit pasti butuh pengobatan.
Dalam 1 bulan ini, anak2 sakit berturut2. Setelah si kecil panas selama 1 minggu, sekarang setelah membaik giliran kk yang meminta perhatian dengan sakit cacar.
Mengeluh ... ya, awal2 saya mengeluh dengan keadaan anak2 yang sakit. Tapi dalam keluhan saya tidak berisi kemarahan saya pada Allah, juga tidak berisi kebosanan saya dengan ujian ini.
Keluhan saya berisi tentang lelah nya fisik saya dalam mengurus balita2 ini, berisi tentang ketidak tauan saya bagaimana meringankan sakit yang mereka dera sekarang.
Saya masih perlu banyak belajar. Belajar menjadi sandaran anak2 saat sakit seperti sekarang, belajar kuat memberi semangat si kk yang rewel karna cacar nya mulai gatal. Ya saya harus banyak bebenah.
Saya mencoba menangkap makna ujian ini. Kami jadi lebih sering bersama, karna saat sakit begini pasti anak2 tak mau lepas dari saya. Saya jadi lebih sering browsing, tentang penanganan cacar. Saya juga berusaha membuka diri dari banyak nya masukkan2 soal sakit nya si kecil.
Lalu dalam hati kecil saya menguatkan diri dan berkata "Dan ... nikmat Tuhan mu yang mana yang kau dustakan?!?"

Rabu, 12 Februari 2014

Gemuk

Miris liat tubuh kurus el sehabis sakit kemarin. Tergolek panas hampir 1minggu membuat tubuh nya lebih dari di sebut langsing. Sedih...
El dan pasya termasuk anak2 yang sulit sekali naik timbangan badan nya saat usia2 3tahun begini. Tidak sakit saja beberapa orang melebel nya dengan kuyus, sakit ini lah, kurang gizi lah.
Hampir 2minggu ini berjibaku dengan el yang rewel karna sakit nya. Di tambah si kakak yang tetap beraktifitas membuat saya juga harus membagi tenaga. Walau kondisi nya sudah membaikpun, el masih rewel. Selalu ingin di dampingi, fiuh...
Selera makan nya sudah membaik, walau belum kembali ke normal. Entah berapa lama kondisi tubuh kurus nya akan kembali seperti semula. Aktif ... tentu. Kedua anak saya tipe yang tidak bisa diam. Tapi entah kenapa asupan yang masuk seolah tak membekas di tubuh mereka.
Ehmmmm...
Ini salah satu alasan saya enggan memberi adik pada el. Saya tidak sanggup jika anak ketiga kami juga langsing, lalu mendapat label sama seperti kakak nya.
Ya Allah .....
Apa yang salah dalam pengasuhan saya?!?!

Senin, 10 Februari 2014

Bangga

Bangga pada suami yang sekarang semakin pintar membahagiakan anak2 dan saya ;)
Teringat pada awal menikah penghasilan suami tidak lah sebanyak sekarang. Masa sulit kami jalani bersama, dengan segala trik kami berusaha hidup berpegang pada saldo tabungan.
Anak pertama lahir, kehidupan sedikit mambaik. Walau saya juga ikutan mencari nafkah, tapi suami mulai mendapatkan celah agar bisa menambah pundi2 tabungan. Pelan tapi pasti semua nya membaik. Alhamdulillah...
Anak kedua lahir, saya sama sekali off dari kegiatan kantor. Semua saya curahkan untuj anak2. Suami berjanji akan meng-cover semua kebutuhan kami, sedang tugas saya ya mendampingi anak2.
Pelan2 samua lebih baik lagi. Anak2 bisa menikmati perjalanan ke tempat wisata dengan nyaman, walau masih seputar indonesia. Fasilitas mainan dan pakaian pun tidak terkurangi. Bahkan pelan2 sekarang kami sedang membangun impian untuk bisa memberikan penghidupan lebih baik lagi untuk anak2.
Bangga ....
Suami telah memegang janji nya. Do'a saya semoga kebahagiaan ini tidak hanya sampai di sini, tapi bisa selama nya. Semoga Allah selalu menjaga kebahagiaan ini hanya milik kami, tidak terbagi. Semoga Allah selalu mengingatkan jika suatu saat suami "lupa" pada tanggung jawab nya, pada janji nya. Bahwa sebaik2 nya laki2 adalah yang paling baik pada keluarga nya. Insyaallah ..

Sakit

Apa yang lebih membuat sedih hati orang tua selain melihat anak sakit. Tergeletak lemah berhari2, sungguh pemandangan yang menyiksa.
Di cuaca yang tidak menentu seperti sekarang, anak2 mudah terserang sakit. Tak terkecuali si bungsu kami, el. Beberapa hari tergolek lesu di tempat tidur, badan nya panas demam. Belum lagi kakak pasya juga ikutan batuk pilek.
Bolak balik ke rumah sakit sambil memeluk si buah hati yang panas tinggi sungguh menyiksa. Kakak pun terpaksa di titipkan eyang untuk kegiatan sekolah dan les nya.
Saat anak sakit, tak terbayang bisa tidur nyenyak, apalagi istirahat dengan tenang. Anak pasti akan rewel, minta perhatian lebih. Kemana2 selalu nempel dengan saya. Tapi itu tak berarti daripada saya harus terus mendengarkan ngigau nya karna panas tinggi semaleman. Sedih...
Menjadi seorang ibu menjadikan saya pribadi yang tidak boleh lemah, terutama saat anak sakit. Saya harus mempersiapkan stamina double untuk merawat anak2. Bangun sampai larut malam, sedang pagi tetap harus sigap mempersiapkan kebutuhan rumah.
Sebagai ibu pun saya tidak boleh jijik. Saat anak sakit, mereka pasti akan lemah, PUP di sembarang tempat, belum lagi muntah karna kondisi tubuh yang memang lemah.
Saat anak sakit, saya semakin kuat dan dekat denga pasangan. Mencari solusi terbaik pengobatan untuk anak. Batin yang teriris melihat keadaan nya yang lemah tidak boleh kalah denga kondisi yang harus tetap fit.
Semoga anak2 selalu sehat, bukan karna saya tidak ingin merawat mereka tapi lebih karna sakit itu bukan lah pilihan ... karna sehat jauh lebih baik.

Senin, 03 Februari 2014

Diam

Catatan teman

Dalam diam kutemukan bahasa tubuh mu yang merindukan ku ...

Banyak kata yang tertahan ....

Aku selalu menunggu ....

Karna aku tak ingin untuk memulai mengakhiri diam ini ....

*mencoba memahami*

Sabtu, 01 Februari 2014

Tidak lagi sama

Membaca catatan teman

Bertambah nya usia kebersamaan dengan pasangan semakin terlihat semua hal yang dulu tertutup rapat.
Hal indah di awal kebersamaan yang dulu sering di lakukan perlahan surut seperti arus banjir. Hilang menguap terbawa angin.
Kebersamaan yang ada tak ubah nya sebuah kebiasaan. Bahkan yang dulu adalah kebiasaan indah, kini tidak pernah lagi terjadi.
Bertambah nya waktu bersama membuat saya terbiasa menerima kritik lebih sering di keseharian saya. Tentang apapun. Pujian indah nan menyejukkan jiwa tidak lagi pernah saya dapatkan. Apa saya merindu nya.. tentu saya wanita, tentu pujian adalah hal indah yang selalu saya tunggu. Tapi hal itu surut perlahan bertambah nya hari yang kami lewati. Saya diam, menerima kenyataan bahwa pasangan bukan lah type romantis. Saya tidak menuntut, karna sadar memang tidak sedikit pun pujian yang dulu keluar pantas saya dapatkan (mungkin dulu hanya karna ingin memikat hati saya).
Dulu awal kebersamaan, saya selalu menemukan telepon saya berdering tepat jam makan siang. Suara canda khas yang selalu saya rindu bercerita dari seberang telepon. Tidaklah lama hanya 10 menit, tapi sanggup membuat hari2 saya menjadi "hidup". Tapi sekarang, bahkan saat berjauhan sekalipun saya yang lebih dulu menelpon. Saya diam, menerima kenyataan bahwa romantisme bukan lagi milik kami yang sudah berumur.
Dalam diam saya terus berfikir. Hari2 yang saya lalui bersama anak2 membuat saya kadang melupakan keinginan2 saya terhadap pasangan. Anak2 membuat saya lupa romantisme yang saya rindukan. Anak2 mambuat saya tidak perduli lagi pada kritik yang saya terima atas kesalahan2 saya. Anak2 membuat saya sadar ... bahwa kebersamaan yang ada ini bertahan pun karna mereka, demi mereka.
Saya buang jauh2 harapan saya bisa bersama layak nya pasangan2 dalam sinetron. Saya kubur dalam2 keinginan saya mendapat puja puji layak nya pengantin baru dulu.
Saya berusaha tidak perduli pada apapun kritik yang membuat air mata saya meleleh. Saya tidak lagi perduli kepada keinginan nurani saya, bagi saya keinginan pasangan lah yang utama.
Karna saya tidak lagi "hidup" sekarang ini .. karna jiwa saya telah mati saat ini.

*merenung*