Senin, 20 Desember 2010

Mengapa Harus Takut Menikah??!!??

Rasa itu hadir sesaat setelah kau ucapkan sumpah setiamu di hadapanNya. Memintaku mendampingimu sampai kematian memisahkan kita. Penuh kemantapan kau ucapkan ikrar itu, membuatku semakin yakin bahwa kau adalah pasangan terbaik yang Allah kirimkan hanya untukku. Ini adalah rasa yang sesungguhnya. Rasa cinta tak terbatas, bukan penuh keegoan yang meluap-luap.
Lembut kecupanmu mendarat di keningku, dengan khusuk kau bacakan do'a untukku sebagai Istrimu. Meminta Allah menjaga selalu cinta kita, abadi sampai para bidadari iri. Ku cium tanganmu sebagai simbol hormatku padamu, ku tundukkan kepala seolah syarat aku akan selalu tunduk padamu. Dan di hari itulah aku tak lagi menyandang status gadis.....
Malam itu, penuh debar kita bersama. Berdua di kamar yang kini menjadi saksi awal tumbuhnya kasih sayang di antara kita. Kau bimbing aku shalat 2 rakaat, sebagai pembuka perjalanan rumah tangga kita. Berdiri gagah kau membimbingku sebagai imam, menuntunku mengarungi do'a demi do'a yang nantinya akan menjadi penolong kita. Malam itu aku rasakan, inilah cinta yang sesungguhnya, bukan cinta yang berbalut nafsu semata.
Saat ini pun aku masih saja merasakan hal yang sama. Tak sedikitpun berubah. Kau masih saja mengecup keningku lembut sehabis kita shalat bersama. Aku pun selalu tunduk mencium tanganmu, meletakkan semua keegoanku jauh di sudut hati. Kau masih seperti dulu, memberikan cinta terbaikmu tak terbagi oleh waktu. Inilah cinta yang sesungguhnya, cinta yang tak terselubung nafsu. Walau fisikku tak lagi seperti dulu, tapi matamu masih menatapku penuh kasih sayang tak berkurang sedikitpun. Inilah cinta yang sesungguhnya, yang Allah anugrahkan pada kita...Aku m encintaimu, suamiku.

Jumat, 17 Desember 2010

Kita Memang Berbeda

Bagaikan perumpamaan planet, kita dengan pasangan bagaikan planet Mars dan Venus.
Kita yang selalu memakai perasaan kita, kelembutan kita dan segala hal yang memakai hati. Di pasangkan dengan pasangan yang selalu bersikap sebaliknya, mereka selalu memakai rasio mereka, kesimple-an mereka dan segala hal yang berbau instant dalam tingkah laku mereka.
Lalu bagaimana dengan penampilan...
Seperti di tulisan saya sebelumnya, kita selalu saja ribet dengan hal berbau penampilan. Baik di dalam rumah, apalagi di luar rumah. Lalu pasangan, terkadang hanya dengan memakai deodorant saja mereka sudah merasa cukup untuk keluar rumah.
Untuk masalah perhatian, kasih sayang dan Cinta...
Kita sering kali merasa "haus" perhatian, kasih sayang dan cinta dari pasangan, kita merasa mereka tidak lagi cinta kepada kita karena kesibukannya. Kita sibuk mencari cara untuk memecah keheningan dalam peraduan demi untuk mendengarkan keluh kesahnya.
Dan mereka, mereka menganggap dengan "naik"nya status sosial kita, dengan bertambahnya nominal saldo di buku tabungan kita sudah merupakan perhatian berlebih pada kita. Pasangan terkadang menilai sebuah perhatian tidak lebih dari pulang kantor tepat waktu, membawa buah tangan untuk anak dan Istri atau menghias seisi rumah dengan perabot bermerk.
Ya... Kita memang beda.
Dua makhluk yang di perumpamakan dengan planet Mars dan planet Venus.
Makhluk lembut yang harus di sandingkan dengan makhluk luar biasa cuek.
Itulah kita sayang, pasangan Suami Istri yang telah menyatu dalam balutan kasih.
Tanpa kita sadari, kita memang berbeda. Tanpa bisa di paksakan untuk selalu mengerti apa yang masing-masing kita mau.
Karena kita memang berbeda......

Kita (baca:Perempuan) tuh Ribet...

Di sadari atau ngga, kita (baca: Perempuan) tuh ribet banget. Mau tau alasannya...
Coba ingat-ingat saat kita masih remaja, bagaimana kita sangat menjaga penampilan kita. Makan di jaga, gemuk dikit cermin jadi korban omelan. Belum lagi biaya yang harus di keluarkan untuk sekedar ke salon tiap bulannya. Ritual di salon yang memakan waktu lama, seolah tak menjadi masalah, asalkan penampilan bisa lebih baik (walaupun kadang ga berpengaruh...xixixiix).
Nah setelah menikah, kita sibuk menurunkan berat badan setelah mengembang sana sini karena melahirkan buah hati. Kebahagiaan menimang si kecil rasanya hanya bertahan 1-2bulan saja, setelahnya mulai sibuk deh membuka referensi tentang produk pelangsing tubuh juga olahraga sana-sini. Belum lagi kita yang termasuk berkulit sawo matang ala asia tenggara, banyak nya produk pemutih wajah dan tubuh rasanya ingin satu persatu kita coba demi memperbaiki penampilan. Kita juga sibuk belajar memasak demi menyenangkan pasangan dengan sejuta resep masakan yang menjadi favorite nya. Bukan hanya masakan dari timur, yang dari daerah barat pun kita coba sajikan di meja makan demi memanjakan lidahnya.
Bagaimana setelah usia tidak muda lagi. Keriput di mana-mana membuat kita sibuk mencari produk untuk menipiskannya, membuatnya samar bagai noda saos di baju yang di hapus oleh detergent mahal.
Hem... lalu mari kita tengok pasangan kita. Makhluk yang berjenis kelamin laki-laki itu seolah sangat cuek dengan penampilannya. Ok, mungkin mereka juga ke salon seperti kita, tapi berapa kali dalam setahun... dan apa yang di lakukan nya di sana. Tentulah lebih simple dari yang kita lakukan. Lalu perubahan bentuk tubuhnya itu lho, mereka seolah lebih cuek lagi dengan lekukan lemak di sana-sini. Bahkan mereka menganggap, semakin "gemuk" mereka berarti semakin makmur hidupnya. Lalu, mengapa ya kita yang sibuk memperindah diri, baik di rumah maupun di luar rumah kok rasanya masih saja kurang di hargai bahkan sering kali menjadi bahan penilaian saat suami atau pasangan beralih hati.
Kita di soroti semakin tajam saat suami tidak lagi menyukai kita. Kita juga jadi bahan perbincangan saat suami memutuskan memilih hati dan body lain untuk menjadi pelabuhannya.
Hem...
Manusia memang tidak ada yang sempurna, bahkan cinta itu sendiri. Mungkin tampil sesempurna mungkin di hadapan pasangan adalah sebuah keharusan, tapi bagaimana kita menghargai kerja keras untuk menampilkannya lah yang lebih patut di puji. Kita yang nota bene selalu "sibuk" mengurus rumah, anak-anak, bukan tidak mungkin sering melupakan hal-hal untuk memperhatikan diri kita. Di sini lah, peran pasangan di perlukan. Sekedar mengucapkan "Kamu cantik pake baju itu..." tentulah sudah bisa membuat kita sejenak melupakan kepenatan karena seharian di rumah.

Selasa, 14 Desember 2010

Selamat Hari Ibu, Bunda....

Tahun ini, Pasya punya cara tersendiri untuk mengungkapkan "perasaannya", terhadap peringatan hari Ibu. Aku yakin, dia pasti belum tau makna peringatan hari Ibu. Tapi di sekolah, dia dan kawan lain nya sibuk membuat kartu ucapan sederhana untuk kami, para Ibu.
4tahun sudah aku menjadi Ibu bagi Pasya, 9bln dalam kandunganku dan 3tahun bermain bersamaku sampai hari ini. Tak sedikit kelakuan nya yang membuatku kesel, marah bahkan sampai menghukumnya. Tapi bukan sekali dua kali juga dia membuatku bersyukur karna Allah telah berbaik hati menitipkan dia di rahimku, untuk menjadi bagian dari hidupku.
Pulang sekolah tadi Pasya serta merta memelukku dan mendaratkan ciuman di pipi kanan-kiriku sambil mengucapkan "Selamat Hari Ibu, Bunda...". Ah, sebuah kata sederhana yang keluar dari mulutnya membuat air mataku mengembang. Mungkin kalo kejadian itu bukanlah di sekolahnya, aku sudah pasti akan menangis haru...
Pasyaku yang kecil, yang dulu selalu ku bawa dalam rahimku.
Yang selalu berbagi nafas denganku selama 9bulan, kini sudah bisa membuatku terharu dengan tingkahnya.
Bunda bangga padamu nak....
Tidak seperti kawanmu yang "hanya" tanpa ekspresi saat bertemu dangan Ibu mereka, kau seolah ingin berkata lebih pada Bunda tentang peringatan hari Ibu, bahwa kau juga bersyukur menjadi anak Bunda...

Senin, 13 Desember 2010

Cemburu Ini Membunuhku.....

AKU CEMBURU...
Cemburu pada tawamu saat memandang layar itu. Lepas tanpa beban...
AKU CEMBURU...
Cemburu pada perhatianmu yang tak pernah jauh dari layar itu, fokus seolah tak ada hal lain yang jauh lebih penting.
AKU CEMBURU...
Pada gambar yang kau tatap tanpa berkedip....Apa kau tak memandangku yang sedari tadi resah mengamati tingkah lakumu.
Aku tak mungkin sanggup bersaing dengannya. Bahkan akupun tak tau bagaimana dia bisa menyita perhatianmu.
Sayang aku sungguh tak ingin jadi yang kedua....
berbagi perhatianmu,
Sayang...
Sungguh Cemburu ini membunuhku.....

Sabtu, 04 Desember 2010

Memang Susah...

Ternyata kesulitanku bergaul dengan para sejenis (sesama perempuan), ga cuma berlaku saat aku masih di bangku sekolah aja. Sekarang pun, saat aku menyandang status Nyonya dan Ibu dari 1 anak perempuan dan calon bayi yang ku kandung, aku masih juga kesulitan memahami jalan pikiran sesama jenisku itu...hem??!!! Ada banyak hal yang membuat aku jadi begitu extrovert dengan sesama jenisku. Semua itu bukan tanpa sebab, tapi banyak sekali "perdebatan" ga penting yang kadang timbul dari sekedar perbincangan biasa. Sekarangpun, aku merasakan hal itu...

Bisa di hitung dengan jari deh berapa temanku sesama jenis.Rasanya ga lebih dari 20 orang, itupun sudah di gabung dari aku sekolah dulu sampai sekarang. Maka jangan di tanya deh bingung nya aku saat harus mengadakan acara yang melibatkan sesama jenis, sapa yang mau aku undang itu pertanyaan pertama yang nongol di kepalaku. Sikap cuek dan blak-blakanku yang kadang "bertentangan" sama sikap "kelenjean" sesama jenisku. Aku yang cuek walau ga bisa masak, di tanggapi sinis oleh mereka yang berpendapat " mau di buat seperti apa rumah tangga kalo Istrinya ga bisa masak...", ato cemooh lainnya yang lebih kejam lagi " bagaimana suami mau betah kalo Istri nya ga bisa masak di rumah...". Ada lagi sikap cuek aku yang kadang menimbulkan kehebohan di antara sesama jenisku, yaitu aku yang selalu berusaha "apa adanya menilai". Mereka selalu menekuk muka dan akhirnya menjauh saat aku memberi komentar tentang apa yang mereka pakai, ato keputusan apa yang mereka ambil. Padahal sebelumnya mereka bertanya padaku, kenapa sekarang jadi berbalik marah padaku.....??!!! Aneh.

Timbul masalah baru saat aku harus dekat dengan beberapa Istri teman-teman mas. Aku yang ga suka berakrab-akrab dengan sesama jenisku jadi harus berusaha pasang tampang sumringah saat ketemua mereka. Bahkan ga jarang menghabiskan waktu bersama mereka. Aduh, ga kebayang deh gimana tersiksanya aku... Entah lah, sejak sering tersakiti oleh tingkah laku dan kata-kata mereka, aku jadi parno sendiri. Males ngumpul dengan gerombolan yang nota bene berjenis kelamin perempuan. Aku lebih suka mandiri, menggeluti duniaku tanpa harus ribet dengan segala hal yang berbau mereka. Sekarangpun, aku males banget buka Facebook. Karena di Facebook mayoritas temanku perempuan (ya demi menjaga perasaan Mas...). Isi status mereka yang ga jauh dari urusan masak apa hari ini, kemana hari ini, sampai urusan cinta dengan suami yang terumbar begitu saja dengan vulgar di sana, membuat aku eneg. So selain buat ajang belanja dan cuci mata, Facebook ku ga lagi aku aktifkan, alias ga update status maupun kasih coment. Males eui... Ga mutu!!!Gara-gara Facebook juga aku jadi suka uring-uringan. Saat butuh hiburan, buka internet eh malah di suguhi dengan status yang bikin eneg. Gimana hidup mau sehat, kalo kerjaan kita "ngintip" dapur orang lain. Buktinya, kita tau apa yang dia lakukan, apa yang dia masak... Ga banget kan??!! Memang susah mengerti jalan pikiran perempuan, jangankan laki-laki aku saja yang perempuan suka bingung kenapa seh perempuan itu sebegitu ribet nya, ga praktis, aneh-aneh dan 1 lagi suka banget "mempertontonkan" pada dunia apa yang dia punya, Oh God..!!! Untung aku menikah dengan laki-laki, ga kebayang bagaimana harus hidup dengan perempuan juga...argh!!!