Kamis, 19 Maret 2015

Prioritas

Apa sih prioritas kita...

Setiap dr kita pasti punya jawaban berbeda...

Prioritas juga akan berubah sesuai dengan waktu dan usia kita.

Untuk saya yang sudah menikah sekaligus punya anak, tentu prioritas saya adalah keluarga. Apapun keputusan yang saya ambil semua harus dengan pertimbangan keluarga. Sudah bukan saat nya lagi saya memprioritaskan diri sendiri. Membuat diri saya jadi yang utama.

Kadang saya merasa aneh dengan beberapa teman yang masih memikirkan diri sendiri, pergi ke sana kemari tanpa memikirkan keluarga.

Lalu...
Apa beda nya dengan sebelum menikah?!?
Sebelum punya anak...

Yuk liat lagi list prioritas kita...
Apa yang utama buat diri kita, sekarang.

Selasa, 10 Maret 2015

Curhat

Hari ini ada seorang teman yang curhat.

Jarak di antara mereka terpisah oleh keadaan pekerjaan sang suami.

Menjadi aneh jika seharus nya jarak yang bisa di lalui bersama menjadi di abaikan karna sang suami tidak ingin berdekatan...ehmmmm

Ada apa kah...

Bukan maksud suudzon...tapi sungguh harus waspada dengan keadaan di mana justru laki2 yang menolak kebersamaan.

Saya tidak memberi saran apapun.

Saya tidak sanggup berada dalam posisi seperti teman saya. Berjauhan 1 -2 hr saja sudah membuat saya sewot, apalagi harus terpisah dalam waktu yang lama.

Logis saja...

Suami istri ya harus dalam 1 rumah, anak2 harus punya ayah dan ibu yang tidak hanya fisik nya yang bisa di rasa tapi juga kasih sayang nya.

Sesimple itu koq.....

Indah

Tentu indah rasa nya jika kita mampu berempati kepada orang lain.

Membuka hati untuk mereka...

Semua kebaikan akan kembali pada kita, saya percaya itu. Apapun itu...

Bahkan jika kebaikan itu tidak terlihat ato di lakukan secara diam2.

Berbagi...
Melakukan yang terbaik...
Agar kebaikan nya kembali pada kita...

Sabtu, 07 Maret 2015

Mengasah nurani

Berkunjung ke rumah teman, atau saudara yang keadaan nya tidak senyaman rumah kita membuat lidah ini tak kunjung selesai mengucap syukur.

Allah maha baik...
Itu yang saya rasakan...

Menapaki sudut rumah kami yang sederhana tapi Alhamdulillah nyaman melayangkan angan saya pada kondisi rumah teman yang kemarin kami kunjungi. Berkerut dahi membayangkan keberadaan mereka dalam rumah tersebut sehari2 nya.
Allah... Allah... Allah...
Dalam hati berteriak saya memanggil nama Allah... bersyukur atas keadaan kami. Bersyukur atas kebaikan yang Allah berikan, bersyukur atas kemudahan yang Allah bagi untuk kami.

Saya dan suami memang berusaha memberikan kenyamanan untuk anak2. Walau tidak mewah, tapi Alhamdulillah anak2 tidak perlu merasakan panas dan hujan setiap mereka keluar rumah. Anak2 pun tercukupi kebutuhan mereka... sandang, pangan, papan bahkan mainan.

Alhamdulillah ya Allah...
Bersyukur karunia Mu...

Nurani kami menjadi peka untuk terus memberikan yang terbaik untuk sekeliling kami. Semoga bisa bermanfaat untuk mereka. 

Selasa, 03 Maret 2015

Belajar

Allah mengingatkan saya akan banyak hal dalam 1 minggu ini, lewat beberapa teman.

Teman pertama bercerita tentang kehidupan rumah tangga nya yang sedang kurang harmonis dengan suami. Cerita miris yang membuat saya mensyukuri kebersamaan saya dan suami saat ini. Betapa teman berjuang menaklukan kekerasan sifat suami nya yang sekarang sedang memasuki titik jenuh pernikahan. Saran terbaik saya, tidak banyak... Saya meminta teman mengembalikan semua permasalahan dalam doa. Membawa nya dalam shalat jamaah bersama. Saya juga menyarankan untuk melakukan ritual berpelukan dengan pasangan sesering mungkin. Banyak artikel menarik yang saya baca terkait pelukan. Kenyamanan yang di dapat, aroma tubuh yang saling berbaur sungguh membuat sensasi tersendiri. Semoga teman saya segera membaik dalam hubungan nya dengan suami.

Teman kedua datang dengan cerita kesulitan membayar formulir sekolah anak nya. Harga sebuah formulir yang mungkin untuk sebagian orang sangatlah murah... Namun untuk teman saya sungguh sangat mencekik. Saya tertegun saat dia bercerita, dia dan suami nya pasrah dalam doa di setiap shalat malam nya untuk rezeqi terbaik bagi pendidikan si anak. Ya Rab... bergetar hati ini. Betapa untuk pendidikan anak, orang tua mampu melakukan apapun. Bergetar hati ini karna dalam kepasrahan nya teman saya menumpahkan tangis nya dalam doa, bukan keluhan semata.

Teman yang lain bercerita betapa dia rindu keberadaan hidayah pasangan nya. Sang suami tercinta. Betapa ingin shalat berjamaah, mengaji bersama. Ah... hidayah...andai bisa di beli rela rasa nya teman saya membeli untuk suami tercinta. Menatap jauh ke dalam kehidupan nyata saya, melihat suami begitu khusuk dalam doa malam nya, begitu rajin dalam shalat subuh berjamaah nya. Kontras sekali... Betapa Allah sayang pada saya, memberikan pasangan surga yang selalu menyadarkan saya bahwa hidup ini terlalu singkat untuk sebuah kebencian, kesia2an ... Masyaallah.

Allah menegur saya dengan rangkaian cerita kehidupan orang2 terdekat saya. Allah memberikan saya sentilan kecil bahwa kenikmatan yang selama ini saya dapatkan begitu di rindu teman2. Allah membuat saya mensyukuri setiap detail kehidupan saya sekarang, bukan karna sempurna ada nya tapi karna kehidupan ini begitu singkat untuk di habiskan dengan terus mengeluh... melihat saldo dan mendongak ke atas mengagumi kehidupan orang lain.
Allah membuat saya terus ingin memeluk mahluk indah ciptaan nya, suami tercinta. Sebagai kado kehidupan indah, penuntun ke surgaNya kelak. Allah membuat saya mensyukuri kebersamaan dengan si buah hati, sebagai hadiah surga yang paling indah... amanah dunia investasi akhirat yang kelak akan menarik kami ke surga Nya. Insyaallah...

Terima kasih teman...
Cerita kalian akan menjadi pelajaran berharga untuk ku... untuk terus belajar tentang kehidupan.