Sejak Pasya sekolah, maka sejak itu juga aku mulai "aktifitas" baruku sebagai "Emak-emak" yang rajin nongkrong di kantin sekolah Pasya. Sebelumnya aku udah survey kegiatan apa aja yang di gandrungi emak-emak di sana. Bukannya apa, aku paling ga hobby ngumpul ga jelas ngobrol yang ga jelas juga.
Awalnya mau ga mau aku ngumpul sama emak-emak itu (kan Pasya belum mau di tinggal di sekolah...), ngobrol ga jelas. Bermula dari obrolan ringan mengenai anak-anak kami, kegiatan kami di rumah sampai akhirnya obrolan itu bermuara ke para suami. Aneh memang, aku yang tadi nya jengah dengan obrolan ini, mau ga mau ikut menimpali sebisaku sambil sesekali membuang senyuman jika aku "terpojok" dengan sindiran mereka. Tapi lama kelamaan, aku ga bisa berdamai dengan situasi ini, bukannya apa, tapi kok lama-lama aku sendiri ga nyaman dengan bahan perbincangan yang di angkat mereka. Walau hanya sebatas obrolan ringan, tapi terkadang banyak pihak yang ga ikut nimbrung jadi ikut di "absent" namanya alias di omongin. Belum lagi, mulai membahas soal uang belanja, kerjaan suami dsb... Sedangkan aku paling menghindari obrolan jenis ini, aku paling ga suka orang lain tau mengenai "dapurku" dan "segala jenis masakan didalamnya."
Apalagi ada pengalaman nyeleneh yang pernah aku alami bersama "emak-emak" itu...
Suatu hari, si emak yang bertugas sebagai bendahara kelas Pasya memintaku melunasi uang kas sampai akhir tahun, tanpa banyak basa basi aku langsung mengiyakan dan uang kas lunas hari itu juga. Nah, si emak yang jadi koordinator kelas meminta catatan nama-nama yang menunggak uang kas, ternyata Pasya tercantum baru membayar sampai bulan September saja. Tapi aku diam, ku pikir ah bukan wewenangku toh yang penting aku sudah bayar dan ada bukti bayarnya. Tanpa basa basi si emak koordinator langsung "menembak"ku di tempat...
"Mama Pasya belum bayar lunas ya...."
Aku hanya senyum...lalu bu bendahara bilang "Udah, tapi segitu aja deh yang di tulis, toh buat apa seh uang kas nya....??!!!"
Argh....
Untung aja, aku selalu bayar tepat waktu apapun iuran dari sekolah Pasya, termasuk si uang kas tadi gimana jadi nya coba kalo saja aku menyepelekan hal itu bisa-bisa saat aku ga ada, namaku tetep di "absent" sama emak-emak tadi....xixiixixiix
Jumat, 29 Oktober 2010
Senin, 25 Oktober 2010
Pasyaku Sakit...
"Sudah seminggu Pasyaku sakit. Awalnya panas biasa, trus lanjut sama pilek dan batuk deh. Tapi lagi-lagi panas nya tuh tinggi banget, sampai 39 derajat. Kebayangkan gimana panik nya aku dan ayahnya. Bolak balik ke RS. Mayapada sampai akhirnya di putuskan cek darah, khawatir demam berdarah atau typus. Aduh.... jadi makin ciut nyaliku, tes darah kan sakit kasihan Pasya ;(
Test darah bilang semua penyakit yang di khawatirkan negatif, alhamdulillah...
Pasya kena radang dan infeksi saluran nafas biasa, katanya sih karena ketularan sama sekitar nya yang batuk, ups... beberapa hari sebelumnya memang aku flu, tapi aku ga mengira akan menular dan membuat nya jadi sakit.
Antibiotik nya sudah habis, vitamin penambah nafsu makan juga sudah di kasih, cepat sembuh ya cantik... Bunda sayang Pasya, selalu.... ;) "
Test darah bilang semua penyakit yang di khawatirkan negatif, alhamdulillah...
Pasya kena radang dan infeksi saluran nafas biasa, katanya sih karena ketularan sama sekitar nya yang batuk, ups... beberapa hari sebelumnya memang aku flu, tapi aku ga mengira akan menular dan membuat nya jadi sakit.
Antibiotik nya sudah habis, vitamin penambah nafsu makan juga sudah di kasih, cepat sembuh ya cantik... Bunda sayang Pasya, selalu.... ;) "
Senin, 18 Oktober 2010
Bisa Juga...
Sudah beberapa hari terakhir ini aku memberanikan diri meninggalkan Pasya di sekolah, sendiri tanpa aku dan mbak nya. Hanya Pasya, Guru nya dan teman-teman lain nya. Ga sekali dua kali rasa khawatir menyergap, takut dia nangis, rewel dan merepotkan pihak sekolah. Tapi banyak juga orang tua yang berjuang "melepaskan" anaknya sendiri di sekolah demi kemandirian si anak. So... aku ga sendiri kan??!!
Hari pertama di tinggal sudah barang tentu berlimpah air mata, Pasya nangis mencari-cari aku. Tapi setelah hari kedua, nangis nya lebih sebentar dan segera berhenti begitu bergabung dengan teman-temannya. Hari berikutnya lebih baik lagi, hanya rewel beberapa saat aku lepas dia di pintu, dan... hopla bergabung dengan teman nya lalu lupa aku di mana.
Aku memang terlalu keras mendidiknya, kadang ga sekali dua kali aku ingin dia menjadi seperti yang aku ingin kan, tanpa sadar bahwa sebagai anak pun dia punya hak untuk punya keinginan. Sekarang, aku belajar untuk mencari solusi antara apa yang dia inginkan dan apa memang dia butuhkan. Aku juga membawa nya dalam do'a. Ga sedikit orang yang bercerita, bahwa kita ga bisa mengubah hati keras seseorang, kita harus memintanya pada si pembuat hati tersebut, melalui do'a. Pelan-pelan aku ga lagi emosi menghadapi Pasya yang kadang masih rewel, tapi membawa nya berdo'a agar dia lebih tenang.
Semoga pembelajaran ini bisa menjadikan aku dan Pasya jauh leih baik lagi, amin...
Hari pertama di tinggal sudah barang tentu berlimpah air mata, Pasya nangis mencari-cari aku. Tapi setelah hari kedua, nangis nya lebih sebentar dan segera berhenti begitu bergabung dengan teman-temannya. Hari berikutnya lebih baik lagi, hanya rewel beberapa saat aku lepas dia di pintu, dan... hopla bergabung dengan teman nya lalu lupa aku di mana.
Aku memang terlalu keras mendidiknya, kadang ga sekali dua kali aku ingin dia menjadi seperti yang aku ingin kan, tanpa sadar bahwa sebagai anak pun dia punya hak untuk punya keinginan. Sekarang, aku belajar untuk mencari solusi antara apa yang dia inginkan dan apa memang dia butuhkan. Aku juga membawa nya dalam do'a. Ga sedikit orang yang bercerita, bahwa kita ga bisa mengubah hati keras seseorang, kita harus memintanya pada si pembuat hati tersebut, melalui do'a. Pelan-pelan aku ga lagi emosi menghadapi Pasya yang kadang masih rewel, tapi membawa nya berdo'a agar dia lebih tenang.
Semoga pembelajaran ini bisa menjadikan aku dan Pasya jauh leih baik lagi, amin...
Selasa, 05 Oktober 2010
Bukan hal mudah...
Menghadapi tangisan anak di sekolah bukanlah hal yang mudah. Kalo di rumah, dalam keadaan seperti ini, aku mungkin sudah masuk kamar dan mengunci diri sambil menenangkan emosi yang pasti nya naik turun. Tapi bagaimana kalo di sekolah... Saat Pasya mulai "ngambek" ga mau di tinggal sendirian di kelas, aku mulai habis akal.
Rasa nya semua rayuan sudah aku kerahkan, bahkan nekat meninggalkannya dengan guru nya sudah aku lakukan. Tapi apa di nyana, dari mulai aku antar ke sekolah pagi harinya, sekitar jam 8, tangisan nya tidak juga berhenti sampai jam 11 siang saat dia pulang sekolah. Kalo sudah begini, siapa yang sanggup menahan emosi di hati.....
Ga sekali dua kali aku marahi dia, (udah sampai ubun-ubun rasanya kemarahanku...), tapi nangis nya bukan reda malah berpindah dari gendonganku ke gendongan wali murid lain. Ga mungkin kan aku biarkan anakku di gendong-gendong Ibu-ibu lain sambil nangis kesana kemari. Argh....pusing!!!!
Kehabisan akal, aku "tarik" dia pulang... Tapi kok melas juga liat muka nya yang ketakutan melihat kemarahanku. Aku kembalikan dia ke kelas, sambil bernegosiasi bahwa aku bakal menemaninya di depan kelas.
Ok, dia tenang sejenak... Belajar seperti biasa, sambil sesekali nengok ke arahku dan berkata "Bunda di situ aja ya, jangan kemana-mana ya...." Argh.... Capek badan sekaligus hati bikin air mataku leleh. Aku pangku dia sambil mengusap air mataku yang meleleh....
"Pasya kenapa seh.. kok ga mau di tinggal" kataku lembut menahan air mata yang terus mengalir.
"Pasya ga mau di tinggal Bunda, mau nya sama Bunda...." katanya memelas.
Argh.....
Rasa nya semua rayuan sudah aku kerahkan, bahkan nekat meninggalkannya dengan guru nya sudah aku lakukan. Tapi apa di nyana, dari mulai aku antar ke sekolah pagi harinya, sekitar jam 8, tangisan nya tidak juga berhenti sampai jam 11 siang saat dia pulang sekolah. Kalo sudah begini, siapa yang sanggup menahan emosi di hati.....
Ga sekali dua kali aku marahi dia, (udah sampai ubun-ubun rasanya kemarahanku...), tapi nangis nya bukan reda malah berpindah dari gendonganku ke gendongan wali murid lain. Ga mungkin kan aku biarkan anakku di gendong-gendong Ibu-ibu lain sambil nangis kesana kemari. Argh....pusing!!!!
Kehabisan akal, aku "tarik" dia pulang... Tapi kok melas juga liat muka nya yang ketakutan melihat kemarahanku. Aku kembalikan dia ke kelas, sambil bernegosiasi bahwa aku bakal menemaninya di depan kelas.
Ok, dia tenang sejenak... Belajar seperti biasa, sambil sesekali nengok ke arahku dan berkata "Bunda di situ aja ya, jangan kemana-mana ya...." Argh.... Capek badan sekaligus hati bikin air mataku leleh. Aku pangku dia sambil mengusap air mataku yang meleleh....
"Pasya kenapa seh.. kok ga mau di tinggal" kataku lembut menahan air mata yang terus mengalir.
"Pasya ga mau di tinggal Bunda, mau nya sama Bunda...." katanya memelas.
Argh.....
Langganan:
Postingan (Atom)