Di kantor, saya sering bertukar cerita tentang keluarga dengan teman saya yang kebetulan juga sudah berkeluarga. Suatu hari dia curhat tentang kecemasan hatinya. Anaknya yang sekarang berusia 3 tahun (yang pertama) dan 7 bulan (yang kedua), belum di Aqiqah. Bukan karena dia tak ingin melakukannya, tapi karna keadaan keuangan lah yang menundanya. Dia juga bercerita tentang kesedihan hatinya karna belum bisa membahagiakan istrinya. Dengan gajinya yang tidak seberapa itu, dia masih harus menyisihkannya untuk sanak saudara dan mertuanya. Jangankan untuk memberikan sesuatu yang special untuk istrinya, untuk memberikan gajinya utuh saja kadang bisa kadang juga tidak.
Miris memang mendengarnya, apalagi dia sering banget bilang gini "Aku kasihan liat Istriku, tiap hari berkutat ngurusin anak- anak, ga bisa istirahat, tapi aku belum bisa ngasih apa-apa yang bisa ngebahagiain dia." Uh..sedih banget kan dengernya...
Saya ingin tau apakah jeritan hati itu juga di miliki banyak suami lain, termasuk suami saya. Saya memang tak pernah menanyakannya pada suami. Tapi saya bahagia kok dengan keadaan kami sekarang, terlepas dari segala kekurangan yang memang masih kami miliki, kapan seh manusia merasa sempurna dan cukup, ya kan??!! Saya dan suami "tak pernah" lagi memikirkan tentang diri kami lagi, kami lebih berfikir tentang buah hati kami, Pasya. Bagaimana kami membahagiakan Pasya, bagaimana kami memberikan yang terbaik untuknya.
Ah ternyata tak mudah ya menjalani hidup ini. Masih banyak orang yang memperdulikan tentang perasaan pasangannya, walapun dia sibuk berkutat dengan pekerjaan dan rutinitas yang melelahkan. Saya berharap semua kesulitan yang membelit bisa segera berakhir, agar para suami di luar sana bisa membahagiakan istri mereka, walaupun ukuran kebahagiaan tak hanya lewat materi semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar