Panas Pasya kecilku semakin merambat naik seiring berjalannya hari, sampai pada saat malam setelah semua orang lelap dalam tidurnya, aku harus memeluk tubuh mungilnya yang telah tergolek lemas ke Rumah Sakit. Wajahnya yang tak lagi "perduli" dengan kehadiranku dan Ayahnya, membuat kami di landa ketakutan yang sebelumnya tak pernah kami rasakan. Panas itu telah membuatnya lemah, tak berdaya, tidur namun tetap sadar dalam pelukkan ku...
"Ini di rawat aja ya, Bu. Tubuhnya sudah kekurangan cairan..." Kata Dokter di UGD. Aku termangu, tanpa sadar timbul rasa bersalah dalam hatiku, kenapa harus kamu nak, yang merasakan sakitnya jarum infus itu, kenapa tidak Bunda atau Ayah saja. Pasya kecilku tertidur dengan infus bergelayut di tangan kirinya.
Pagi harinya, Panas badannya turun, bahkan mendekati ambang normal. Dia juga sudah tidak selemah semalam. Senyum sudah menghiasi wajahnya yang cantik, walau sedikit di paksakan. Aku, dan Ayahnya lega. Kami berdua tak hentinya berucap syukur, ternyata do'a kami semalaman tak sia - sia. Kami mendekati tubuh mungilnya, memeluknya dengan kasih yang tak pernah kami tau berapa ukuran besarnya. Tapi sungguh kami sangat menyayanginya...
"Hari ini Pasya sudah boleh pulang, Bu.." Kata Dokter anak yang merawatnya. Alhamdulilah...hanya Allah yang Maha Menggenggam segala kerisauan hati dan hanya Dia pulalah yang sanggup mengabulkan segala do'a. Aku dan Ayahnya menghela nafas lega, bayi kecil kami telah sembuh, dia tak lagi sakit, tak lagi lemah dan sudah bisa ceria seperti sedia kala.
Kami pulang dengan sejuta do'a, semoga ini adalah sakitnya yang pertama dan terakhir. Aku takkan sanggup lagi melihatnya tergolek lemah dalam pelukkanku.... Cepat sembuh ya Pasya kecil Bunda, Do'a Bunda Dan Ayah selalu untukmu, sayang.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar