Minggu, 27 April 2008

Perang Urat Syaraf

Ada beberapa persamaan yang aku temukan antara menghPasya_senyumadapi Boss ku yang baru dengan menyuapi Pasya. Aku memang karyawan baru di kantor itu, tapi rasanya tak pernah 1 hari saja aku tak di tegur oleh Boss ku, entah karena hal yang menyangkut pekerjaan sampai hal lain yang hanya sekedar basa - basi. Begitu juga dengan menyuapi Pasya, kalo ga menghadapinya yang ngambek, ga mau buka mulut, nangis, sampai muntah. Selalu aja ada kejutan saat mengahadapi Boss ku juga saat menyuapi Pasya.

"Perabossng Urat Syaraf" itu lama - lama membuatku terbiasa "naik darah" bahkan tak jarang menjadi migran. Boss ku juga punya kebiasaan yang "aneh". Gimana nggak coba, kalo bicara sama dia, ga jauh beda dengan bicara sama Pasya, semuanya harus jelas dan detail. Ga boleh kita menunjuk sesuatu hanya dari jauh. Harus lengkap di hadapkan ke "hidung" nya. Ga jauh beda kan seperti kita menghadapi anak - anak kita. Wajarlah kalo anak - anak, mereka memang masih butuh banyak pengertian dalam setiap hal nya. Tapi kalo udah Bapak - bapak kaya Boss ku, rasanya kok keterlaluan banget ya...

Ya itulah romantikanya antara kerja versus punya anak. Sama - sama ribet dan penuh "Perang Urat Syaraf". Tapi aku berusaha menikmatinya, toh anak adalah anugrah terindah yang pernah Allah kasih kan, dan kerjaan adalah kesibukan baru yang aku pilih, pastinya akan ada konsekwensinya kan....

Sabtu, 12 April 2008

Back 2 Work......

Mulai 7 April kemaren aku mulai aktif lagi beraktifitas di luar rumah. Pasya aku titipkan di tempat Eyangnya. Tentu saja hal itu aku lakukan dengan seijin Ayahnya Pasya. Kali ini aku ga seambisius sebelumnya, aku ga lagi "nafsu" dengan hal - hal yang dulu menjadi prioritas untukku. Aku mencoba rileks manjalani semuanya.

Kerjaanku sekarangpun sebenarnya menjadi perdebatan tersendiri dengan Ayahnya Pasya. Bagaimana tidak, baru hari pertama aja aku da pulang telat ke rumah. Apalagi kalo bukan karena kerjaan yang memang harus segera di selesaikan. Ayahnya Pasya memberikan banyak sekali pertimbangan ke depannya kalo aku harus selalu pulang malam seperti sekarang. Ya, semuanya menyangkut tanggung jawabku sebagai seorang Ibu. Aku ga lagi bebas seperti saat aku masih single. Sekarang aku harus memikirkan perasaan Pasya dan juga masalah - masalah lainnya. Aku juga ga mau Pasya jadi lebih dekat dengan Eyangnya di banding dengan aku, Ibunya.

Aku ga menjanjikan banyak hal pada Ayahnya Pasya. Aku hanya bilang " Kita liat saja nanti ke depannya Yang, kalo pun memang kondisinya ga berubah ya kenapa juga harus di paksakan....." Sekarang aku mencoba melihat "dunia" dari sisi yang lain. Dari kacamata Ibu yang "jauh" dari anaknya. Bagaimana aku menikmati setiap detik kerinduanku sama Pasya. Rasa ingin segera pulang ke rumah saat jam sudah menunjukkan pukul 5.30 sore. Rasanya kemacetan lalu lintas membuatku semakin tak sabar untuk melihat senyumnya yang lucu.

Memang aku merasakan ada perubahan dalam diri Pasya. Dia jadi sedikit manja, aku ga menyalahkannya. Mungkin itu ungkapan kerinduannya karena selama 1 minggu ini dia tidak lagi bisa bermanja denganku setiap siang seperti hari sebelumnya, padahal dari lahir dia tak pernah jauh dari aku.

Aku berharap semuanya berjalan baik - baik saja. Pasya bisa tetep sehat selama aku tinggal, dan kerjaanku juga bisa berjalan dengan baik. Ya semoga saja...