Minggu, 14 Oktober 2007

Belajar Dari Pasya

Tak terasa 2 minggu sudah Pasya (panggilan untuk putri pertama kami), berada di tengah - tengah kami. Banyak kebiasaan - kebiasaan kami yang dulu tak pernah kami lakukan sekarang harus kami lakukan. Begitu juga dengan kebiasaan yang pernah kami lakukan sekarang malah tak bisa kami lakukan.
Pasya membawa banyak hal baru dalam kehidupan pernikahan kami. Juga kehidupan spiritual kami. Malam hari kami tak lagi bisa "mengukir" mimpi senikmat biasa, karena kami harus tetap terjaga untuk mengawasi Pasya, apa dia mengompol, apa dia haus dan sebagainya. Siang hari pun kami tak bisa leluasa jalan - jalan menikmati libur Lebaran bersama keluarga, karena kondisi Pasya yang baru lahir masih rentan untuk bisa di ajak jalan - jalan jauh.
Tapi keberadaan Pasya juga membuat kami jauh lebih pasrah dan tawakal menghadapi hidup. Kami tak lagi "ngoyo" menjalani hidup, tal lagi memaksakan hal yang terkadang di luar kemampuan kami, kami juga tak lagi memandang hidup hanya milik kami seorang. Kami lebih mampu melihat bahwa segala hal bisa diselesaikan dengan kesabaran dan do'a. Kami juga belajar untuk mengerem kemauan kami, dengan lebih memperhatikan segala hal yang ada di sekitar kami.
Segala hal yang berhubungan dengan Pasya memberikan pembelajaran tersendiri untuk kami. Kami belajar untuk menjadi lebih dewasa lagi. Dan satu hal, setiap kami tidak sepaham tentang suatu hal, kami langsung melihat wajah Pasya yang lugu. Wajah yang tak pernah lelah tersenyum untuk kami, walaupun dia sedang kehausan ingin minum ASI. Kalau sudah begitu, hilanglah segala rasa yang tak enak dalam hati kami. Berganti dengan rasa yang penuh syukur atas segala kepercayaan yang Allah serahkan ke kami. Dan kami berusaha untuk tidak menyianyiakannya.
Ternyata anak sekecil Pasya mampu membuat kami, orang tuanya belajar banyak hal tentang sesuatu yang sebelumnya kami lupakan. Makasih nak, semoga kamu mampu menjadikan kami orang tua yang jauh lebih baik lagi, dan menjadi manusia yang selalu bersyukur.

Selasa, 09 Oktober 2007

Hebatnya si Ayah

Kebahagiaan kami sekarang lengkap sudah, dengan lahirnya si buah hati belahan jiwa Althofunnisa Naifa Pasya. Putri pertama kami yang lahir 27 September 2007 lalu di RS. Sari Asih melalui operasi caesar pada pukul 09.58 WIB dengan berat 3,6 Kg dan panjang 51 Cm. putri kami ini memang pintar, dia lahir pada saat Ayahnya menungguinya, padahal beberapa saat sebelumnya Ayahnya sering kali meninggalkan Jakarta untuk tugas keluar kota. Kalaupun tidak keluar kota, Ayahnya biasa mengemban tugas yang tak kalah memakan waktu. Tapi saat Pasya (panggilan kami pada si bidadari kecil) lahir, Ayah berada di luar ruang operasi menunggui dengan setia. Bahkan Ayah mengadzankan Pasya beberapa menit setelah dia lahir.
Beberapa hari di Rumah Sakit setelah operasi, keadaan saya belum sepenuhnya membaik. Bahkan bisa dikatakan masih banyak yang perlu di “benahi” di sana sini. Saya juga masih belajar banyak hal tentang bayi. Dari mulai memandikan sampai urusan menyusui. Nah untuk urusan yang terakhir itu, suami saya banyak sekali membantu. Terutama jika saya menyusui saat tengah malam. Suami biasa meluangkan waktu tidurnya untuk sekedar mengambilkan saya air minum, maklumlah kegiatan menyusui ini banyak sekali menghabiskan stamina saya. Suami juga memijit bahu saya yang pegal karena terlalu lama menyusui sambil duduk. Saat siang hari atau sore hari saya harus menyusui Pasya, suami juga selalu berusaha sebisa mungkin mendampingi. Suami biasa mengipasi badan saya dan Pasya yang basah karena keringat, maklum udara sekarang sangat kurang bersahabat. Suami juga tak pernah absen membuatkan saya susu Ibu Menyusui, sebagai penambah stamina saya dalam menyusui. Kalau sudah begitu, semua rasa lelah setelah menyusui takkan terasa lagi. Semua hilang dengan sendirinya. Apalagi melihat Pasya yang tertidur lelap dalam pelukkan saya setelah kenyang menyusu.
Saya bersyukur dengan apa yang saya dapatkan sekarang. Semua anugrah yang tak pernah saya duga sebelumnya. Mendapatkan seorang suami yang sedemikian perhatian, sampai anak yang lucu dan membanggakan. Semuanya memang anugrah tak terkira. Semoga segala kebahagiaan ini tak pernah hilang sampai kapanpun. Amin.

Rabu, 03 Oktober 2007

Bidadari Kecilku...

Bidadari Kecilku...
Menangis perlahan dalam pelukkanku...
Memeluk erat tanganku dengan tangan kecilnya...
Bidadari Kecilku...
Tersenyum cantik dalam pelukkanku...
Terima kasih ya Allah, kau telah memberikan aku Bidadari Kecil yang cantik
Althofunnisa Naifa Pasya....
Nama Cantikmu kan selalu terukir dalam hati Bunda...
Segalanya hanya untukmu,anakku sayang....
Alhamdullilah...
Telah lahir, putri pertama kami yang cantik. Pada tanggal 27 September 2007, Pukul 09.57 WIB, di Rumah Sakit Sari Asih. Berat Badannya 3.6Kg, dengan Panjang 51 Cm. Lahir lewat Operasi Caesar, tapi Bayi dan Ibunya sehat.
Semoga Allah Menjadikannya anak yang cerdas, sehat, cantik dan menjadi kebanggaan Orang Tua.