Minggu, 16 Agustus 2009

Working Mom..

Membaca buku La Tahzan for working mothers karangan Izzatul Jannah, membuat saya merasa tak sendiri dengan permasalahan yang saya hadapi di kantor. Betapa tidak, dalam buku tersebut di ceritakan oleh kurang lebih 15 Ibu Bekerja dengan berbagai problematika yang di hadapi. Tidak sedikit yang mengalami hal seperti saya. Saya harus "rela" meninggalkan buah hati di rumah untuk sekedar menjadi berarti bagi suami dan keluarga (walaupun tanpa bekerjapun kehadiran saya bagi Pasya dan Suami telah sangat berarti, kata Suami), dengan bekerja maka saya juga di tuntut "lebih" pandai membagi waktu antara tugas kantor, rumah dan waktu untuk diri saya sendiri. 
Saya tidak lagi bisa santai menikmati waktu luang saya sepulang kantor, karena saya masih harus membereskan beberapa pernak-pernik rumah dan kebutuhan yang harus saya dan suami bawa kekantor keesokkan harinya. Saya juga harus lebih tau diri, untuk "membayar" waktu kebersamaan saya dan Pasya yang jauh berkurang karena keberadaan saya di kantor. Tapi saya lagi-lagi tidak sendiri. Banyak Ibu bekerja di luar sana yang juga terbiasa menjalani rutinitas seperti saya. Pasya juga tidak sendiri, banyak kakak-kakak lain, juga adek yang usianya jauh di bawah dia harus berpisah sementara karena Ibu mereka bekerja. 
Tapi diam-diam terselip perasaan bangga, karena saat gajian tiba, ada sebuah kebahagiaan "kecil" dalam hati saat saya bisa membawa pulang buah tangan untuk Pasya. Hem... Romantika luar biasa yang sampai detik ini saya belum bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkannya. Terngiang dalam benak saya kata-kata seorang teman "Kamu ga harus bekerja untuk bisa menjadi berarti bagi keluarga, dengan menjadikan anak-anakmu menjadi orang hebat itu sudah sebuah pengabdian" Ya, memang...kata-kata teman saya tidaklah sepenuhnya salah, tapi dengan bekerja saya menunjukkan pada Pasya bahwa kita sebagai Wanita juga bisa berkarya, dan menjadi berguna bagi keluarga. Kita juga jadi lebih "sempurna" menjadi wanita, selama apa yang kita kerjakan tidak lepas dari kodrat kita sebagai wanita dan Ibu. Apalagi jika suami dan keluarga juga mendukung apa yang kita lakukan....
Terima kasih untuk suamiku tercinta, yang dengan tulus telah memahami dan mendukung keinginan istrinya ini untuk sekedar menjadi berarti dalam bentuk pengabdian yang lain dari kodrat saya sebagai Istri dan Ibu. Juga untuk kesanggupannya menunggui saya lembur dan menjemput saya setiap hari, sungguh cintamu tak bisa aku gambarkan di sini, biarlah ke Maha-an Allah yang membalasnya. Untuk Pasya (dan calon adik-adiknya), semoga kalian mengerti perjuangan Bunda, dan bisa memberikan Bunda banyak maaf karena kalian tidak bisa merasakan kebersamaan dengan Bunda sepanjang waktu. Bunda cinta kalian lebih dari apapun....

Tidak ada komentar: