Senin, 10 September 2007

Lelaki Hidung Belang

Pastinya judul BLOG saya kali ini membuat dahi berkerut, atau mata terbelalak. Tapi memang judul itulah yang menurut saya sangat cocok dengan isi BLOG saya kali ini. Terinspirasi dari sinetron religi yang saya tonton tadi pagi di TV, saya tergelitik untuk menulisnya dalam BLOG ini, menurut versi saya tentunya.
Dalam sinetron tersebut memang menggambarkan secara jelas kehidupan seorang PSK (Pekerja Seks Komersial) sehari-hari. Bagaimana mereka memulai hari sampai bagaimana mereka meratapi dosa yang selama ini menggelayuti hidup mereka. Tapi di BLOG ini bukan itu yang ingin saya tulis, melainkan tentang bagaimana perlakuan lingkungan terhadap mereka.
Di sinetron tersebut, jelas tergambar kalo limgkungan sekitar sangat membenci dan mencibir pekerjaan mereka. Saya tidak menyalahkan perlakuan mereka, tapi saya sangat tidak bisa menerima saat perlakuan buruk itu justru datang dari orang yang sebenarnya malah menjadi penggemar mereka. Para lelaki hidung belang yang setiap malam tanpa ragu duduk bersama mereka. Para lelaki itu seolah tak pernah perduli dengan status mereka. Padahal mereka banyak yang telah mempunyai istri dan anak, bahkan terkadang tak hanya satu istri. Lalu apa yang mereka cari sebenarnya ditempat itu. Bukankah dirumah mereka telah memiliki semuanya??!!
Tapi setelah para lelaki itu keluar dari sarang kenikmatan sesaat itu, mereka serasa lupa dengan kelakuan mereka didalam tadi. Mereka langsung membuang topeng diwajah mereka, seolah mereka tak mau kalo ada orang lain yang mengenali dan mengetahui perbuatan mereka. Apalagi saat mereka berada dirumah, mereka berbuat seolah mereka adalah para malaikat yang bersih hati dan kelakuannya. Mereka juga tanpa ragu mengomentari tentang banyaknya tontonan yang menggambarkan betapa tidak setianya para suami – suami diluar sana. Mereka tak sadar, bahwa mereka juga salah satu diantaranya.
Mereka juga memandang sinis ke arah para wanita yang berada di pinggir jalan, diwarung remang – remang, diskotik dan cafe – cafe. Padahal itu adalah tempat favorit mereka menghabiskan malam. Itulah gambaran manusia yang sebenarnya. Kadang kita lupa bahwa yang kita komentari adalah hal yang mungkin pernah kita lakukan sebelumnya. Sekarang waktunya kita belajar untuk melihat kedalam sebelum kita melihat jauh keluar. Jangan mendidik diri kita menjadi manusia yang selalu sibuk melihat pada kesalahan orang lain, sedangkan kesalahan kita tertinggal jauh dibelakang.

Tidak ada komentar: