Rabu, 17 Oktober 2012

It's Easy To Say...

Mudah untuk beberapa orang bilang kalo menghadapi anak - anak harus sabar.
Ehm... Kalo mereka sedang "tenang", saya pun betah berlama - lama main dengan anak sulung saya, atau bahkan dengan si bungsu yang masih sangat muda. Tapi kalo mereka sedang rewel... apa masih bisa menghadapi mereka dengan senyum??
Ok, sekarang kita tengok peristiwa ini ...
Pagi saat sedang sibuk membuat sarapan untuk anggota keluarga, salah satu anak rewel. Kita tak mungkin meninggalkan rutinitas membuat sarapan karena memang hanya kita "tenaga" yang di andalkan di rumah. Lalu, bagaimana dengan si anak yang sedang rewel?? Harus kah kita abaikan.. tidak mungkin juga. Baik, mari kita gendong si anak sambil terus membuat sarapan. Atau jika yang rewel si anak yang berumur lebih besar, mari kita "diskusi" apa yang dia mau. Lalu apa semua persoalan selesai.. tentu tidak, tangan manusia yang memang memiliki keterbatasan tentu lah membuat gerakan kita juga terbatas jika harus "membaginya". 1 tangan sibuk menggendong, sedang tangan lain sibuk membuat sarapan, atau 1 tangan sibuk membuat sarapan sambil tangan lain sibuk "meladeni: keinginan si anak yang jauh lebih besar.
Lalu kemana pasangan yang kata nya akan selalu siap membantu kesulitan kita...
Ehm, sekeliling mata menyapu ruangan, aha... ketemu dia sedang asyik masyuk dengan gadget nya. Bahkan seolah tak terganggu dengan "pemandangan" di hadapan nya, yaitu sin istri yang sedang kerepotan. 
Ehm..
Ok, situasi kedua..
Saat badan masih sangat lelah karena aktifitas seharian di rumah, tiba saat istri membayangkan kasur empuk untuk sekedar merebahkan tubuh, istirahat. Tapi, ternyata masih ada aktifitas mengajari si sulung yang sudah bersekolah, belum lagi anak lain yang juga tak kalah menyita perhatian. Lalu kemana si pasangan nya..
Oh, dia ada sedang sibuk bermain games di gadget nya, atau sibuk update status via FB nya dengan alasan yang tidak logis saat di tegur "Anak itu hanya mau sama kamu kan... Jadi percuma kan saya pegang dia tetap nangis juga". 
Ehm...
Dari 2 contoh kejadian simple di atas masih kah bisa kita tersenyum menghadapi situasi yang ada...
Bukan saya memberikan pembenaran terhadap kemarahan yang terkadang memang meluap pada anak - anak, tapi ketahuilah, rasa jenuh, lelah dan tidak ada nya "bantuan" itu yang membuat kami para istri kerap kali tidak dapat menajaga emosi. Belum lagi pasangan yang terkadang sibuk dengan "kesibukannya" sendiri tanpa perduli dengan kerepotan istri. Masih bisakah istri tersenyum dalam situasi tersebut...
Pernahkah anda para suami bertanya pada istri kalian bagaimana repot nya, lelah nya mengurus rumah dan anak - anak di tambah lagi dengan kerepotan mengurus kebutuhan anda??

** Mari kita bertukar posisi, sejenak saja... 
Jika pasangan anda (para suami) mampu menghadapi kerewelan anak - anak tanpa mengeluh, tanpa emosi dan tetap tersenyum mari kita beri mereka pelukan hangat dan "hadiah" istimewa **


Tidak ada komentar: