Rabu, 18 Juli 2007

MEMPENGARUHI MELALUI KEBAIKAN

Kebersamaan kita dengan orang lain dalam waktu yang sama akan membuat dua kemungkinan. Kita yang terpengaruh dengan segala kebiasaan orang tersebut, atau justru sebaliknya kita yang mempengaruhi orang tersebut dengan kebiasaan – kebiasaan kita, entah kita sadari ataupun tidak. Banyak contoh kasus yang terjadi dalam simbiosis ini. Salah satu contoh sederhananya adalah saat kita mempunyai teman akrab dari mulai kita kecil sampai kita dewasa sekarang, pastilah ada beberapa kebiasaan teman kita yang tanpa sadar kita tiru, atau mungkin saat teman kita melakukan sesuatu tanpa sadar juga dia melakukan kebiasaan – kebiasaan kita, baik yang baik maupun yang buruk.
Dalam pernikahan, hal tersebut sangat banyak terjadi. Ada kalanya sang istri yang mengikuti kebiasaan sang suami, tapi kadangkala sang suami yang mengikuti kebiasaan sang istri. Dalam pernikahan saya, banyak hal kecil yang kadang membuat saya dan suami tersenyum saat kita bersama, karena ternyata walaupun pernikahan kami masih berusia dini tapi ada banyak hal yang telah membuat kita saling terpengaruh satu sama lain. Contohnya saat saya belum menikah saya sangat sulit bangun pagi, bahkan mungkin bisa dikatakan saya bangun pagi dengan terpaksa kalau memang ada hal – hal mengharuskan saya untuk melakukannya, tapi setelah menikah karena suami punya kebiasaan bangun pagi yang bisa dikatakan ekstrim, maka saya jadi terpengaruh, walaupun tak jarang kami harus “bersitegang” terlebih dahulu. Sedangkan suami setelah menikah banyak terpengaruh dengan kosa kata yang saya gunakan, padahal sebelum menikah suami termasuk orang yang “kaku” dalam berbahasa. Belum lagi dengan gaya bercanda kita yang saling mempengaruhi. Suami “mengajarkan” saya gaya bercandanya yang “kaku” tapi lucu, sedangkan saya “mempengaruhi” suami dengan bercanda saya yang blak – blakan dan cenderung rusuh.
Pernikahan memang satu lembaga yang bisa dibilang tidak ada sekolahnya, baik formal maupun non formal. Dalam pernikahan kita belajar secara otodidak tentang apapun yang terjadi didalamnya. Saat ijab kabul di ucapkan, saat kita telah sah menjadi suami istri, maka saat itu juga kita berdua (suami & istri) mulai belajar tentang apapun yang terpampang didepan mata. Kita belajar tentang sifat & sikap masing – masing pasangan kita, kita juga belajar tentang keluarga masing – masing, belum lagi kita belajar tentang bagaimana mengelola rumah tangga dengan baik, untuk kita sendiri juga anak – anak nantinya.
Itulah sebabnya kenapa kita harus “mengenal” terlebih dahulu pasangan kita. Karena setelah kita memasuki sebuah ruang yang namanya pernikahan kita tidak bisa merubah lagi apapun yang telah terpampang didepan kita, kita hanya bisa menjalaninya dengan baik. Karena itu adalah pilihan kita. Tapi jangan takut terpengaruh dengan kebiasaan orang lain, apalagi saat kebiasaan itu adalah kebiasaan yang baik. Namun alangkah lebih baik lagi kalau kita yang mempengaruhi orang lain dengan kebiasaan – kebiasaan baik kita, karena orang akan selalu mengingat kita dengan kebiasaan – kebiasan baik yang kita tularkan kepadanya. So mulai dari sekarang mari kita mulai mempengaruhi orang lain dengan kebiasaan – kebiasaan baik kita....Dan menjadikan berbuat baik menjadi kebiasaan.

Tidak ada komentar: