Kamis, 19 Juli 2007

MENGINGATKAN TAK HARUS MENGHAKIMI….TERUTAMA KEPADA SEORANG TEMAN

Yang ingin saya share saat ini adalah sebuah pelajaran berharga yang pernah saya dapatkan dari sebuah pertemanan. Saya termasuk orang yang sulit bergaul dengan teman yang sejenis dengan saya (perempuan), entah kenapa sedari kecil saya justru banyak mempunyai teman – teman yang berjenis kelamin laki – laki. Dengan mereka saya merasa lebih “hidup”, lebih dihargai dan lebih nyaman dalam berbicara banyak hal. Sedangkan dengan teman – teman perempuan saya, saya justru selalu merasa “terancam”, tidak nyaman dan terkadang membuat saya risih dengan topik – topik perbincangan mereka. Dan ternyata ketidakcocokan saya dengan kaum saya itu membuahkan sebuah pelajaran yang membuat saya semakin “berhati – hati” dengan mereka. Ringkas cerita saya dan dia (sebut saja X), menjadi sahabat, sebenarnya bukan sahabat juga sih, karena kami kenal juga baru, dan kami sama sekali “berbeda” dalam banyak hal. Kedekatan kami dilandasi rasa saling percaya, setidaknya itulah yang saya lakukan terhadap dia, saya percaya sama dia, saya leluasa bercerita tentang banyak hal ke dia. Termasuk beberapa cerita pribadi saya. Itulah tonggak “perpecahan” antara saya dan dia.
Beberapa saat yang lalu, saya mendapati X menulis sebuah surat singkat kepada calon suami saya (sekarang sudah menjadi suami saya), memang isi suratnya bukanlah ungkapan perasaan dia kepada calon suami saya. Tapi lebih ke bentuk “kepedulian” X terhadap proses saya dan calon suami. X menasehati saya dan suami dengan berbagai dalil agama. Jujur sebagai seorang yang awam terhadap agama saya takjub dengan pengetahuan agamanya, saya juga sangat terkesima dengan perhatiannya terhadap saya dan calon suami. Tapi membaca surat singkatnya dengan seksama membuat dada saya sesak. Saya menjadi orang paling hina. Saya tidak menyangka sebagai seorang yang pada suratnya itu dia mengaku sebagai seorang sahabat dia sanggup menulis seperti itu. Ingin saya menumpahkan semua kekesalan saya kepadanya, tapi untuk apa…Bukankah itu hanya membuat saya sama dengan dia, sama – sama tidak menghargai persahabatan??!!
Saya belajar banyak sekali lewat peristiwa “berdarah” itu. Saya tidak ingin peristiwa yang sama terulang lagi. Cukup sekali dalam hidup saya, orang memperlakukan saya seperti itu. Calon suami juga menguatkan saya, entah apa yang terjadi kalau calon suami tidak membesarkan hati saya waktu itu. Tentu saya akan sangat terpukul. Semua saya pendang dengan kebesaran hati. Saya tidak ingin terus meratapi kisah saya dengan X, bagi saya masih banyak teman yang jauh lebih perduli kepada saya melebihi dia.
Saya lebih berhati – hati lagi dalam melangkah, bercerita dan memilih teman. Buat saya, teman yang baik tidak hanya bisa membuat kita lebih baik, tapi juga menjaga segala hal yang kita percayakan kepadanya. Seorang teman yang baik juga tidak akan pernah membuat temannya kecewa. Seorang teman yang baik juga akan menjaga perasaan temannya, walaupun dalam hal mengingatkan, ada bahasa yang lebih bijak untuk menyentuh hati, bukan bahasa yang menghakimi ataupun membuat teman kita justru semakin jatuh dalam permasalahannya.
Saya belajar untuk menjadi seorang teman yang baik, saya belajar untuk menjaga apapun yang diamanahkan teman saya, kalaupun harus saya bagi dengan orang lain, tentu cerita itu akan saya bagi dengan orang terpecaya seperti suami. Dan tentunya dalam mengingatkan saya akan belajar untuk menggunakan bahasa yang jauh lebih bijak dan menyejukkan bukan menghakimi, apapun kesalahan teman saya itu. Karena tiada satupun manusia yang sempurna.......ya kan??!!

Tidak ada komentar: