Rabu, 19 Maret 2014

Respon

Kadang saat kita curhat ingin sekali cerita kita mendapat respon baik. Tidak hanya sekedar menyalahkan, atau menghakimi. Tanpa hal tersebut saja hati dan perasaan sudah penat, malah di tambah dengan respon negatif.
Banyak orang, termasuk saya kadang sulit menempatkan diri. Harus bagaimana merespon cerita yang di dengar agar tidak memperkeruh suasana. Kadang, saya memilih menjadi "bahu" untuk sandaran  atau "telinga" untuk mendengar bagi siapapun yang ingin curhat.

Perbedaan gender pun kadang bisa membuat masalah. Dulu saat kuliah jika curhat dengan teman yang sejenis alias wanita, cerita saya bisa berkembang kemana2. Bisa meletup2 dan seru layak nya cerita action dalam film. Setelah nya bisa mengutuki keadaan dan menangis sampai puas. Heheheh.
Hal berbeda saat curhat dengan lawan jenis,mereka cenderung jadi pendengar setia. Membuat saya menyelesaikan cerita tanpa gejolak berlebih. Mereka juga mampu memberi sudut pandang lain, ya dari perspektif mereka sebagai laki2. Setelah bercerita, tak jarang hati lega tanpa harus bermandi air mata, dan kadang kami menemukan solusi untuk curhatan saya.

Di rumah, saya temukan "bahu" dan "telinga" untuk berbagi. Apapun masalah nya, saya selalu sharing dengan mama. Mama selalu punya dua telinga untuk sabar mendengar cerita saya, mama selalu menyediakan bahu nya untuk saya meratapi keadaan. Dan mama jua yang selalu memberikan saya pandangan lain dari sisi beliau sebagai orang tua sekaligus pendengar.

Yup, tidak mudah menemukan orang yang tepat untuk berbagi cerita. Salah pilih maka cerita akan tersebar kmana2 dan solusi pun tak akan di temukan. Teman memang banyak, tapi untuk mencari teman curhat yang baik tidaklah mudah.

Buat saya, sosok mama sebagai tempat curhat terbaik belum tergantikan ...

Tidak ada komentar: